+#- 4

1281 Words
Rangga. Gue menatap kedua sahabat gue yang masih mengacak dapur dengan seenak hatinya, Adit terlihat sibuk dengan semua makanan ringan yang ada di lemari sedangkan Anjar sudah menguasai seisi lemari pendingin gue. "Lo orang pada ngapain?" Tanya gue mendengus malas, gue nggak tau apa yang membawa mereka kerumah gua di pagi buta seperti ini bahkan, jam masih menunjukan pukul 5:30 dan kedua sahabat gue ini sudah bertandang kerumah gue, dan. Sekarang mereka sepuas hati menghancurkan seisi dapur gue. "Minta makan, mamak nggak masak semalem." Jawab Adit santai, tangannya penuh membopong makanan ringan yang ada di lemari dan gue lihat hampir semua di keluarkan sama dia, salah satu penyakit mereka saat kerumah gue ya cuma menghabiskan makanan gue. "Terus, Anjar?" "Dia nginep di rumah gue, dan kami sama-sama kelaperan!" Gue berdecak pelan, membiarkan dua sahabat nggak tau diri ini memuaskan hasrat mereka, toh semisal makanan gue habis, besok bakal penuh juga, untuk masalah makanan gue nggak ambil pusing. Orang tua gue juga udah paham dan hapal sama tingkah kedua sahabat gue ini. gue memilih membuat kopi untuk mengisi perut gue, kafein di pagi hari mungkin bukan cairan yang bagus untuk remaja seperti gue, tapi mau gaimana lagi saat candu sebuah kopi nggak bisa gue hilangkan dari kehidupan gue. Jadilah gue pecinta kopi, tiada hari tanpa kopi dan tak bisa melewati hari tanpa gelapnya cairan kopi. "Njar, kopi kagak?" Gue berteriak saat mesin pembuat kopi mulai mengeluarkan cairan hitam pekat dengan aroma yang selalu gue suka. "Boleh sekalian!" Gue mengangguk, meracik satu gelas lagi untuk Anjar, sahabat yang menjadi pecandu kopi juga. Adit? Jangan tanyakan pemuda satu itu, dia lebih suka teh botol ketimbang kopi seperti ini, yang bisa saja membuat perutnya kembung saat itu juga begitu cairan kopi masuk kedalam perutnya. "Lo orang pagi-pagi pake kolor sama sepatu mau kemana?" Tanya gue ke mereka sembari meletakan kopi di hadapan Anjar. "Nggak mungkin kan tujuan Lo orang ngacak rumah gue doang." Lanjut gue memperhatikan penampilan mereka, Anjar dengan training panjang model joger dengan kaus oblong tanpa lengan, sedangkan Adit sudah siap dengan jersi kesukaannya. "Gowes lah skuy, minggu pagi olah raga dikit jadi lah." Ucap Adit membuka bungkus roti kesekian kalinya dan membuang bungkusnya begitu saja di atas meja. "Bawa sepeda emang?" "Bawa. satu doang tapi." "Anjar biar pake sepeda bokap." Ucap gue enteng, gue tau Anjar dan gue tau kehidupan nya bagaimana, jadi tanpa perlu memohon sebagai teman yang baik gue selalu berusaha menyediakan apa yang mereka butuhkan, "Nah itu yang gue maksud. Jadi gimana?" Tanya Adit girang mendengar ucapan gue. "Gowes kita?" "Jadiin!" Balas gue beranjak "gue mandi siap-siap dulu, kalian sarapan alakadarnya aja. Mbok Darmi masih ke pasar kayaknya jam segini." Gue meninggalkan kedua sahabat gue untuk bersiap, membiarkan mereka menikmati pagi mereka dengan makanan yang jarang mereka temui, bukan sombong tapi itu kenyataanya. Di antara kedua sahabat gue, cuma gue anak yang paling beruntung dalam urusan finansial, dan segala akses kemewahan, tapi untuk urusan kasih sayang gue jelas kalah dengan Adit. Orang tua gue selalu sibuk dengan dunianya dan pekerjaanya hingga melupakan bahwa mereka memiliki seorang anak yang masih sangat membutuhkan kasih sayang dari mereka. Mereka terlalu fokus mengejar keindahan dunia, kekayaan dan kekuasaan sampai lupa tujuan mereka bekerja untuk apa. Orang tua gue mulai di kuasai dengan keserakahan hingga melupakan kebahagiaan kecil yang dulu selalu ada sebelum posisi mereka menjadi sekarang ini. Kelakuan yang membuat gue melupakan keberadaan mereka dan lupa dengan rasanya kehangatan kasih sayang orang tua. Dan itulah alasan kenapa gue kadang iri dengan apa yang di dapatkan oleh Adit, keluarga yang harmonis, kebutuhan yang cukup, tidak kekurangan. Sedangkan gue? Gue hampir memiliki segalanya, uang dan fasilitas lainnya, tapi untuk kasih sayang, gue nol. Namun gue nggak mengeluh seperti kebanyakan orang. Gue lebih memilih menundukkan kepala ketimbang mendongak untuk selalu mengejar yang di atas, gue selalu sadar dengan keberadaan Anjar yang nggak seberuntung gue soal fasilitas, dan nggak seberuntung Adit soal kasih sayang. Gue tahu Anjar, dan gue tahu kisah hidupnya yang kelam. Jadi dari pada gue mengeluh untuk sesuatu yang nggak berguna, lebih. Sok gue menggunakan uang jatah bulanan gue untuk memberi atau membantu mereka yang membutuhkan. Contohnya kedua sahabat gue yang di bawah itu. "Jadi gowes rute mana?" Tanya gue setelah selesai mandi dan sudah berganti pakaian training panjang dan juga oblong tanpa lengan, gue sibuk mengeringkan rambut gue dengan handuk. "Rute sini aja lah, gue males capek." Keluh Adit malas "Nah, tujuan Lo ngajak gowes apaan Bambang!" Tanya Anjar kesal menimpuk dengan bungkus kopi bekas. Gue terkekeh pelan, kadang Adit ini emang kurang kerjaan kalo menurut gue, ngajak gowes tapi malas capek, terus untuk apa dia olahraga. "Buat bikin snap wa lah, emang apaan lagi? Biar keren kan, biar banyak ciwi-ciwi yang Dateng nyamperin." Gue mendengus sekilas dan selalu alasan nggak penting dari Adit. Dia ini nggak ada tujuan lain selain menarik perhatian para cewek, entah untuk tujuan apa, padahal hanya dengan tampang dan ucapan manisnya saja sudah bisa menarik perhatian para cewek. "Walau sepeda pinjem?" Gue terkekeh mendengar ucapan Anjar yang terkesan mengejek, pasalnya Adit malah memilih sepeda yang ada di garasi gue sedangkan Anjar malah di suruh menggunakan sepeda nya, Anjar mendengus untuk itu tak urung ikut tertawa bersama kami. "Coba Lo telpon dulu si, El. Mau ikut apa nggak dia." Kata gue berlalu menyiapkan segala hal untuk pergi gowes pagi ini, dan yang paling utama adalah dompet, jangan sampai ketinggalan benda sakral itu kalau nggak pengen kedua sahabat gue ini kelaparan nantinya. Mereka jelas nggak akan bawa uang setiap olahraga pagi gini. "Aelah, El masih tidur jam segini." Jawab Adit malas. "Yaudah biar gue yang nelpon." Gue meraih ponsel gue, menelpon El, dering pertama El yang menjawab panggilan gue, begitupun panggilan kedua dan ketiga. Dan kayaknya apa yang di ucapkan Adit ada benarnya. Gue malah nggak tau kalau anak gadis itu bakalan kesiangan di hari libur kayak gini. Gue mendengus, menyimpan kembali ponsel gue dalam tas. "Samperin aja sekalian, satu rute kearah taman kota, nanti kita keliling aja di sana." "Bebas gue mah, manut aja." Jawab Anjar santai dengan tangan dan tatapan masih sibuk dengan ponselnya. "Sama. kemana geh basing gua mah asal jangan capek aja." "Nggak mau capek pulang, gih. atau di sini aja, dari pada nanti telinga gue capek sendiri kan, karena denger prepetan dari mulut lumer lo!" Jawab Anjar sewot, gue hampir terbahak saat melihat apa yang di ucapkan sahabat gue itu. "Kalo gue pulang kagak bisa nampang, Bambang!" "Bisa aja, Lo tinggal foto di jalan, pake sepeda orang. bebas siapa aja juga orang bakal ngira Lo capek karena beneran gowes!" "Ahh, boleh tuh ide! Tumben ide lu jalan!" "Jadi lo nggak ikut?" Tanya gue mengeluarkan sepeda dari dalam garasi dan menghampiri kedua sahabat gue yang masih berdebat masalah capek dan enggaknya. "Ya ikut lah, yakali gue nggak ikut!" "Lah tadi katanya mau pake ide gue?" "Besok aja, kapan males gue pake ide Lo, sekarang gua lagi pengen gowes!" Ucap Adit yang langsung menghampiri gue meninggalkan Anjar di belakang. Gue mendengkus dan mulai menggowes sepeda dengan santai, meninkati tiap tiap Kayuhan. "Ini serius kita mampir kerumah El?" Gue mengangguk. "Iya, biar makin rame, kurang lengkap kalo jalan cuma bertiga doang." "Yaudah balapan Sampek rumah El, yang kalah traktir bakso buat sarapan!" Ucap Adit yang langsung menggoda sepeda nya dengan cepat. "Eh sialan, gue males ya suruh traktir!" Balas Anjar menyusul Adit dengan usaha yang patut di acungi jempol, tekad supaya uang tabungan tak tersentuh membuatnya semakin semangat mengalahkan Adit. Gue mendengkus santai, membiarkan mereka bersaing, toh walau gue yang menang pun tetap saja gue yang bakal traktir mereka. Jadi untuk apa gue mengabiskan keringat dan tenaga kalau ujungnya gue juga yang kena. Dua k*****t itu emang kebiasaan mereka memang suka yang gratisan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD