Himpunan Fakultas

1047 Words
Garry terus berjalan lurus, tanpa menoleh ka kanan kiri. Melirik saja tidak, yang padahal ada beberapa pasang mata mengenali dirinya. "Itu calon ketum himpunan kan?" "Denger-denger asian boy." "Hah? Asian boy? Yah, gua kira orang eropa lagi." Semua ocehan itu duacuhkan oleh Garry, yang padahal ingin sekali ia balas, dan menanyakan satu pertanyaan yang sudah ia fikirkan selama ini. "Emang kenapa kalo orang asi?" "Gak boleh? Kok terkesan direndahkan, ya." Tapi, sayang sekali. Garry tidak mau membuang tenanganya demi beradu argumen dengan mereka semua. Ia selalu menganggap semua adalah cobaan untuk melangkah ke puncak tertinggi. Padahal, sesungguhnya Garry juga tidak terlalu berminat untuk menjadi calon ketua umum himpunan. Karena Sebastian saja yang memilihnya, akibat nai pada lembar kerjanya yang sangat memuaskan untuk ukuran junior. Hmmm, mungkin karena ada bubuhan tanda tangan dari Freddy yang sudah dikenali serta disegani oleh beberapa mahasiswa di kota San Fransisco, jika mereka mengikuti channel youtubenya. "Roman!" Garry berteriak, memanggil temannya yang sedang duduk di taman dekat gedung kesenian. Garry menghampiri Roman, karena dirinya sama sekalu tidak mendengar serta bergerak dari tempatnya. "Weh! Napa lu?" Kaki Garry menyenggol oaha Roman, dengan sangat tidak sopan. Tapi untuk ukuran para lelaki, itu adalah hal yang biasa untuk menegur satu sama lain. "Napa si, Garr?" Kata Roman, dengan tatapannyang masih mengadah ke atas. Entah apa yang ia lihat, langit atau burung yang sedang berterbangan di sana. "Lo gak masuk kelas, kenapa? Kasian si Guntur." "Lo kenapa gak masuk kelas?" Balas Roman dengan cepat, tanpa menunggu ucapan Garry sudah selesai atau belum. "Gak, gua lagi galau." Singkat Garry, seraya merebahkan diri di sampinh Roman. Membiarkan rumput menusuk punggung belakangnya, serta menu taskan kerinduan untuk berbaring di alam bebas seperti dulu. Wait, seperti dulu? Sejak kapan Garry suka berbaring di ruang terbuka? Sungguh ironis. Tapi, entah kenapa ada memory kecil terbesit saat perjalanan singkat yang dilakukan tim channel youtube Fiola, beberapa waktu lalu. Sebelum dirinya sibuk dengan banyak tugas, menjadi calon ketua umum tentunya. Karena sekarang Garry tengah mengurangi jam bekerjanya, menjadi dua kali dalam seminggu. Yang biasanya setiap haripun Garry ayokan saja. "Sama gua juga galau, Garr." "Hah? Lo bisa galau, Man? Astaga drogon, gua gak sangka." Garry serta Roman langsung tersentak, setelah mendengar suara cempreng yang begitu mereka kenali. "Anjir, dari mana lu datengnya. Gak kedengeran tapak tanahnya." Pekik Roman, yang langsung terduduk. Sama dengan Roman, Garry juga terkejut dengan kedatangan Guntur yang secara tiba-tiba. Anak itu sudah berada di samping mereka, dan ikut berbaring pula. "Lo cutan kali ye, Tur." Kata Garry, dengan raut wajah dinginnya. Guntur menautkan alisnya, "Hah? Cutan? Apaan tuh?" "Cucunya setan." Pekik Roman, yang langsung diikuti oleh tawanya. Raut wajah Garry seketika berubah, yang kini ikut tertawa terbahak seperti Roman. Entah kenapa, meledek seorang Guntur kenapa sangat nikmat. Layaknya mendapatkan hadiah undian senilai 200 dollar secara cuma-cuman. Sementara mereka berdua tertawa, Guntur mengeluarkan ponsel dan membuka aplikasi ** miliknya. Cekrek' "Anjir! Ngapain lu?" "Kepo lo." Balas Guntur, yang langsung berkutat dengan ponsel pintarnya. ** Hati Ody sangat gusar, perihal tawaran Nathan yang menyebutkan jika dirinya beserta tim membutuhkannya. Untuk menjadi talent bersama Sofia, untuk kolaborasi memperkenalkan San Fransisco. Ada alasan di balik terpilihnya Ody, proses casting yang begitu panjang telah dilakukan Freddy beserta Nathan. Namun naas, semua gadis yang mendaftar tidak ada yang lebih baik dalam hal story telling dengan anak-anak kecil. Hanya Ody yang bisa melakukannya, entah kenapa bisa. Atau faktor 'suka anak-anak' sedari kecil yang mungkin terlihat. Ody pun juga mempunyai cita-cita lain, jika tidak berhasil masuk ke jurusan seni rupa seperti sekarang. "Dy, nanti abis kampun ikut gua yaa." Ajak Ivanna, dalam pesan singkat yang baru masuk pada ponselnya. Jari lentik Ody langsung memencet layar ponselnya tersebut, untuk membalas pesan Ivanna. "Gak bisa, gua abis kelas harus ke himpunan. Kata Salsa mau ada yg disampein sama gua." Ody langsung menyimpan kembali ponselnya dalam laci meja, dan kembali memikirkam tawaran lain menjadi calon sekretaris himpunan bahasa dan seni. "Mana yang harus dipilih." Gumam pelan Ody, seraya memangu wajah pada tangannya. Jika dirinya memilih kembali lagi ke channel Nathan, ada sisi positifnya. Yakni, Ody akan mendapatkan kembali tambahan uang jajan. Yang bisa digunakan untuk membeku skincare ataupum baju, bahkan hadiah untuk sang ayah yang sebentar lagi berulang tahun. Tapi, ada sisi negatifnya juga. Yakni, akan berimbas pada kesehatan Ody yang bisa menurun kembali saat mempunyai banyak jadwal syuting. Pasalnya, tubuhnya yang sangat ringkih membuat Ody malu dengan orang-orang sekitar. Apalagi saat bersama dengan oranh di agensi Freddy. Pernah suatu ketika, saat pulang syuting di Silicon Valley. Mendadak Ody langsung terkapar lemas di ranjang kamar base camp. Membuat Nathan panik setengah mati, yang mencari penyebab kenapa bisa keadaan Ody yang mendadak bisa begini. Yanh padahal, kala itu Ody hanya tergutur dengan rintikan hujan yang memang berfrekuensi sedang. Tapi, kala itu Ody pun sudah memakai baju hangatnya serta membungkus kepalanya dengan topi pada baju hangatnya. Akan tetapi, semua itu tetap saja membuat kepalanya pusinh dan semakin lama pusing itu menyebarkan kepusingan lain yang membuat Ody tidak bisa menahan tubuhnya sendiri. "Dooor!" Ody tersentak kala Diffaengangetkan dirinya, yang baru saja kembali entah dari mana. "Nanti lu jadi ke himpunan? Ngapain si, Dy. Mending ikut gua ke base camp." Celotehan Diffa membuat Ody semakin bingung dan sangat bimbang. "Lo emang mau jadi sekretaris? Sibuk banget lo, Dy. Belom lagi tahun ini eventnya berjejer. Lo belom selesai ngurus event yang ini, trs muncul lagi event yang lain." Diffa terus menyerocos, membuat kepala Ody semakin bingung. "Trs, menurut lu enakan kemana nih?" Tanya Ody, dengan sangat lemas. Ody mengajukan pertanyaan pada Diffa, yang padahal dirinya sendiri sudah bisa menebak akan dijawab apa. "Gua cape dah, Dy. Serah lo ajaa deh mau kemana. Kan lu yang bawa diri lu sendiri." DEG' Ody merasa ada yang salah dengan sikap temannya kali ini, yang entah kenapa cepat menyerah dengan dirinya. Yang padahal, Diffa adalah salah satu orang yang selalu memaksa Ody untuk mengambil keputusan dengan cepat, dan dirinya juga selalu mengajak Ody untuk bergabung kembali pada agensi Freddy. Tapi, kenapa sekarang sikapnya sangat berubah? Apa Diffa telah letih untuk mengajak dan menyakinkan Ody untuk mengakui dirinya bisa dan kuat untuk melakukan apa yang mau dan harus dilakukan. Ody menghembuskam nafas dengan gusar, dan kembali menenggelamkan wajah pada lipatan kedua tangannya. Merasa bersalah pada dirinya sendiri, yang mungkin membuat orang lain lelah menghadapi dirinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD