Bab 2. Ilmu baru

1638 Words
Mata Ucok meneliti seluruh perpustakaan, beberapa meja bundar yang ditata di tengah ruangan terlihat penuh, bahkan meja yang menjadi komputer untuk mahasiswa yang belum memiliki laptop dan bisa mengerjakan tugas di komputer perpustakaan pun terlihat penuh, di perpustakaan ini juga tersedia Jerman corner, English corner, India corner, BI corner, dan juga Japan corner, yang di mana menyediakan tempat duduk lesehan, lengkap dengan buku-buku yang sesuai dengan nama negaranya, ruangan itu juga menyediakan tv masing-masing. Di antara semua itu, yang paling instagramnable adalah BI corner, di mana terdapat susunan buku yang membahas mengenai bank sentral. Di sana terdapat sofa dan juga komputer, dinding yang di hias sedemikian cantik, sehingga mahasiswa sangat nyaman berada di sana. BI corner kampusnya sendiri merupakan yang terbaik se Indonesia, dan baru saja memenangkan BI corner award. Tatap Ucok berhenti pada meja panjang tepat di samping kaca, sehingga Ucok dapat melihat keadaan di luar, perpustakaan ini berada di lantai 3, di mana lantai pertama merupakan sebuah aula utama yang besar, di lantai ke dua ada pusat informasi dan juga komputer universitas, di mana setiap mahasiswa yang bermasalah portal dan data dirinya, maka ia akan melapor pada ke pusat informasi dan teknologi ini, dan yang terakhir merupakan perpustakaan yang dipenuhi dengan buku-buku. Ucok menatap tepat langsung ke arah gedung fakultas ekonomi dan juga fakultas agama Islam, dari atas sini ia bisa melihat bidadari surga yang keluar dari gedung F, fakultas agama Islam. Yang terkenal akan ukhti-ukhti bergamis panjang dan juga hijab yang lebar, jika ingin mendapatkan calon istri yang sholeha, silahkan ke fakultas agama Islam. Ucok terkekeh geli melihat pemikiran nya. Kalau kata rekan-rekannya, jika mencari bidadari dunia, ada di fakultasnya, fakultas ekonomi, yang terkenal dengan perempuan cantik lengkap dengan baju yang modis dan sedikit press body, lalu hijab model kini yang tipis dan tidak menutup d**a. Kebanyakan mahasiswi di fakultasnya juga dari golongan berada, di mana mobil merupakan kendaraan yang rata-rata mereka punya, berbeda lagi jika ingin mencari bidadari dunia akhirat, masuk saja ke fakultas agama Islam, hati langsung adem. Begitu masuk ke gedung fakultas agama Islam, langsung di suguhi dengan lantunan ayat suci yang selalu dihidupkan, dan begitu masuk, masyaallah, akan ada banyak mahasiswi mengenakan pakaian tertutup, sopan, dan juga berwajah bersih tanpa make up. Ucok sudah berulang kali masuk ke dalam gedung F. Dan ia sudah membuktikan itu semua, mahasiswi Fakultas agama terkenal dengan kesederhanaan nya, apalagi yang jurusan pendidikan agama Islam, calon guru dan madrasah anak-anaknya kelak, eakk... "Woy, Bang. Di sini juga?" Ucok tersentak kaget, ia menatap sumber dari hilangnya lamunan masa depan dirinya. Abdullah, atau sering di sapa Adul. Mahasiswa semester 6 yang merupakan mahasiswa jurusan pendidikan agama Islam, tempat bidadari itu berada, Ucok sering meminta Adul mengenalkannya kepada salah satu rekan sekelas Adul, akan tetapi jawaban pria di sampingnya itu selalu menohok hatinya. "Kalau mau kenalan itu sama ayahnya langsung, Bang. Mereka mana mau punya hubungan yang semu." Ya kali, Ucok langsung ingin nikah, ia tidak ingin nikah muda, diberi makan apa nanti anak bininya? Meskipun ada istilah berjuang dari nol, Halah taik ayam! Jadi laki-laki itu harus mikir, ya kali anak gadis orang mau dibawa susah, sedangkan bapaknya aja berusaha buat nyenengin anak gadisnya. "Ngelamuni apa nya kau, Bang? Diem-diem aja ku liat." "Biasalah, Dul. Mandangin bidadari dari kejauhan. " "Hahahah.... Aku bosen liat mereka bang, apalagi cewek-cewek di kelas aku itu, cerewet banget, behhh.... Apalagi wakil ketua relator kami kan cewek, nah mantep kali kalau udah ngamok," ucap Adul mendramatis. "Yang bener kau, Dul. Tegas berarti?" Tanya Ucok dengan penasaran, sangat jarang cewek mau menjadi perangkat kelas seperti itu, bukan apa-apa, menjadi perangkat di kelas SMA dengan kelas mahasiswa itu sangat berbeda, dan lebih ribet kelas mahasiswa. Karena jika salah satu temannya bermasalah dengan nilai, portal, maka perangkat kelas yang jadi sasaran biro kemahasiswaan. "Tegas gak sih, Bang. Orangnya enak di ajak becanda, nyambung juga, wawasannya luas, tapi, jangan coba-coba berdebat sama dia, kalau gak ada bukti kuat nya yang menjadi dasar jawaban kita, bakal di tanya sampai ke ujung dunia." Ucok terkekeh, ada mahasiswi yang begitu? Kalau mahasiswa mah, sudah biasa bagi Ucok, tapi ini perempuan? Keren. "Siapa namanya?" "Kalau di kelas kami, panggilan dia Bunda, mamaknya fakultas, dialah bang. Semua orang di fakultas itu yang kenal dia pasti manggilnya bunda. Namanya nya itu Ulfa, penulis dia." Mata Ucok melebar mendengar ucapan terakhir Adul, kenapa gadis yang diceritakan Adul membuatnya sangat penasaran? "Cantik gak?" "Kalau cantik, gak sih, malah ada yang lebih cantik dari dia, namanya Angel, hidungnya mancung, putih, lucu juga, tapi udah ada doinya, relator kami, ibu negara kami, Bang." Baru saja Ucok ingin menanggapi ucapan Adul, matanya terpaku kepada cewek berhijab abu-abu, dengan gamis pink datang ke arah mejanya. "Woy Adul, emang minta aku geprek kau yah, kan udah aku bilang, di bawah aja biar ada WiFi." Adul sendiri meringis pelan. "Dah lah, Fa. Di sini aja kita, sekalian list pemandangan, adem juga, di gazebo sana mana ada AC nya." Gadis itu tampak menghela nafas, lalu pandangan mereka bertemu. "Eh, kawan Adul yah, Bang? Ketua mapala itu, kan yah?" Ucok mengangguk kaku, gadis ini termasuk cerewet juga, bahkan tidak ada rasa segannya. "Kenalan lah dulu, bang Ucok. Mana tau jodoh." Anjir emang si Adul, membocorkan niatannya bahkan sebelum ia berkenalan, dasar kadal buntung. "Kenapa, Bang? Mau kenalan? Nama aku Ulfa, nama Abang Ucok kan? Soalnya tadi si Adul markundul ngomong gitu." "Iya, namaku Ucok. " Ternyata tidak semua gadis di fakultas agama Islam terlihat kaku jika berbicara dengan lawan jenisnya, buktinya Ulfa ini, gadis yang humble dan juga sangat ramah, gadis ini juga sangat periang, tidak jaim, namun tetap menjaga jarak. "Fa, gimana, kau setuju gak yang dibilang pak Pohan?" Suara Adul membuka obrolan, setelah sekian menit diam dan fokus kepada tugasnya masing-masing. "Apa? Yang poligami?" Ucok terkejut mendengar pembahasan kedua manusia berbeda genre ini. "Iya, poligami itu, setuju kau?" Astaga, Adul cari mati ternyata. Bertanya seperti itu pada kaum wanita? Sama saja menggali lubang kuburan. "Setuju aja sih," ucap Ulfa dengan nada tenang, Ucok membelakkan matanya, tidak salah dengar, kan? Gadis ini setuju? "Nah, mantap kalau gini." Adul kegirangan, seperti ada orang yang satu pendapat dengan kaum Adam yang gila terhadap poligami. "Iya, setuju kalau aku hidup di jaman Rasulullah SAW. Soalnya pada masa itu nabi menikahi lebih dari satu wanita kan karena menyelamatkan mereka, nabi juga bukan menikahi gadis, rata-rata yang menjadi istri nabi adalah wanita yang ditinggal mati suaminya yang berperang di jalan Allah. Jadi kalau sekarang mau poligami, dengan siapa?" Adul terdiam, sepertinya temannya itu belum konek. Tapi Ucok sendiri membernarkan apa yang dikatakan Ulfa, meskipun ilmu agamanya cetek, tapi ia sedikit bisa mengerti. "Kalau jaman sekarang, kebanyakan nikah malah sama gadis, emang gadis perlu di bantu apa? Konsepnya juga udah berbeda, cuma nuruti nafsu doang, lagian nih yah, emang bisa adil? " "Bisalah, masa gak bisa, nanti 3 malam di rumah istri pertama, 3 malam lagi di istri kedua." Jawab Adul dengan menggebu-gebu, Ucok sendiri hanya melihat dan mendengarkan perdebatan anak-anak agama, yang memang sangat berbeda dari yang lain. "Yakin bisa adil? Adil di sini bukan adil materi doang loh yah, tapi perasaan, nafkah lahir batin, harus adil. Manusia cenderung akan mencintai satu orang saja, lain halnya dengan sayang dan suka. Dikira perihal adil masalah pembagian jam malam dan juga harta. Gak semudah itu ferguso." "Tapi kan di Al-Qur'an ada tertera. " "Coba bacakan, sekalian sama artinya." "وَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تُقْسِطُوْا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوْا مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَاۤءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۚ فَاِنْ خِفْتُمْ اَلَّا تَعْدِلُوْا فَوَاحِدَةً اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰٓى اَلَّا تَعُوْلُوْاۗ Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.¹" Baca Adul dengan lancar. "Disitu apa katanya? Jika yakin bisa berbuat adil. Kalau kaunya gak bisa adil, maka nikahilah seorang saja, jadi laki-laki jangan tamak, Rasulullah pernah marah ketika tau Ali bin Abdu Muthalib ingin meminang putri dari abu Jahal, Abu Yamân meriwayatkan kepada kami dari Syu'aib dari Zuhri dia berkata, Ali ibn Husain meriwayatkan kepadaku bahwa Miswar ibn Makhramah berkata, Sesungguhnya Ali meminang anak perempuan Abu Jahal. Kemudian Fatimah mendengar tentang hal itu lalu kemudian dia datang kepada rasulullah ﷺ dan berkata, "Kaummu mengira bahwa kamu tidak marah karena putri-putrimu, dan ini Ali (ingin) menikahi anak perempuan Abu Jahal." Lalu rasulullah ﷺ berdiri, maka dia pun berdiri. Kemudian aku mendengarkan Dia ketika mengucapkan tasyahhud (seperti pada khutbah) dan berkata, "Amma Ba'd, Aku telah menikahkan Abu Âsh ibn Rabî' kemudian dia berbicara kepadaku dan jujur kepadaku, dan sesungguhnya Fatimah adalah darah dagingku dan aku tidak senang ada sesuatu yang menyakitinya. Demi Allah, tidak berkumpul anak perempuan rasulullah ﷺ dengan anak perempuan musuh Allah pada satu laki-laki. Kemudian Ali meninggalkan pinangannya²" Ucok tercengang, sepertinya berteman dengan anak fakultas agam islam akan menambah ilmunya tentang Islam, banyak yang tidak mengetahui kisah ini, namun di sini hanya dalam waktu hampir satu jam, ia sudah mendapatkan satu ilmu dan dua dalil yang akan ia ingat seumur hidup. Adul tampak terdiam, ia sudah tidak bisa lagi menyangga pernyataan gadis di hadapannya. Lalu tak lama gadis itu pamit mencari referensi untuk makalah kelompok mereka. "Gimana, Bang? Mantep kan? Makanya kalau lagi presentasi, gak ada yang mau nunjuk dia buat bertanya, susah." Aduk terkekeh geli, sama hal nya dengan Ucok yang merasa takut juga jika sekelas dengan mahasiswi model seperti Ulfa begitu. Horor. --------------- NB: ¹Hadits Sahih dan diriwayatkan oleh Imam Muslim (halaman 1903-1904), Abu Daud (nomor 2069), Ibnu Majah (hadits (1999) dan al-Muzzi menisbatkannya juga kepada riwayat Nasa` ²https://m.merdeka.com/quran/an-nisa/ayat-3
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD