1. Mansion tua misterius

1532 Words
AIMEE New Castle, musim panas 2019 "Jadi ke mana kamu dan keluargamu akan menghabiskan liburan musim panas tahun ini?’’tanya Roxana yang sedang mengaduk gula di kopinya yang baru saja datang diantarkan pelayan. Saat ini Roxana dan aku berada disebuah café Cleamere tidak jauh dari toko buku yang baru saja kami kunjungi dari sepulang sekolah. "Kami akan mengunjungi bibi buyutku di London. Mom bersikeras untuk mengunjunginya, karena sudah dua tahun tidak bertemu dengannya. Sebenarnya aku tidak mau ikut, tapi Mom memaksaku. Dia tidak akan membiarkanku berada sendirian di rumah dalam jangka waktu yang lama. Sebenarnya aku tidak ingin bertemu dengan bibi Adrienne. Dia wanita tua aneh. Selain itu aku tidak begitu suka kepadanya dan sepertinya dia juga tidak suka kepadaku.’’ Aku menyesap espresso macchiatoku tepat pada saat pintu café kembali berdenting. Aku melihat teman sekelasku yang paling cantik dan paling popular di sekolah kami baru saja memasuki café bersama dengan seorang pria tampan dari balik cangkir kopi. "Lihat siapa yang baru saja datang,’’kataku . Tatapanku masih tertuju kepada pasangan yang baru saja masuk. Roxana menengok ke belakang sambil bersiul pelan. "Wilona ratu sekolah kita bersama dengan pacar barunya.” "Menurutmu itu pacar barunya?” Roxana mengangkat kedua bahunya."Tidak tahu dan itu mungkin saja. Dia kan selalu berganti-ganti pacar.” Roxana kembali meminum kopinya yang tinggal setengahnya lagi. Aku masih memperhatikan pasangan itu dari kejauhan. Kehadiran mereka sangat mencolok di café ini. Aku menghela napas panjang merasa iri dengan kecantikan Wilona, jika dibanding denganku yang terlihat biasa-biasa saja. Itu sebabnya Wilona terpilih menjadi ratu di sekolahnya. Dia memiliki tubuh sempurna dan berdada besar tidak seperti dadaku yang terlihat rata dan tubuh yang sangat kurus. "Kamu kenapa?”tanya Roxana. "Dia wanita yang beruntung dikaruniai wajah cantik dan tubuh yang sempurna sehingga banyak pria yang ingin menjadi pacarnya, sedangkan aku sampai sekarang tidak pernah memiliki pacar. Sepertinya tidak ada seorang pria pun menyukaiku.” "Oh ayolah Aimee sebenarnya kamu juga cantik hanya saja kamu tidak menyadarinya. Kamu jangan membanding-bandingkan dirimu dengan ratu sekolah kita itu. Dia memang cantik, tapi sifatnya jelek . Dia selalu memandang remeh kita dan selalu bersikap angkuh. Apa lagi waktu dia tadi memamerkan tas bermerknya dan juga sepatu barunya. Dasar tukang pamer.” Aku tersenyum melihat Roxana memasang ekspresi kesal saat membicarakan ratu sekolah kami. Roxana melirik ke arah kantong plastikku di meja yang penuh dengan novel historical romance yang baru aku beli tadi. "Kamu yakin akan membaca semua novel itu?’’tanya Roxana skeptis. "Tentu saja. Novel-novel itu akan menemani perjalananku ke London dan selama aku berada di rumah bibi Adrienne.” "Sejak dulu kamu memang suka dengan novel-novel itu sampai terobesi memiliki seorang kekasih dan hidup bahagia seperti di dalam novel-novel itu.” "Itu benar.” "Ayolah Aimee! Jangan terus berkhayal ! Nanti otakmu jadi rusak. Itu kan hanya cerita.” "Aku tahu, tapi tidak ada salahnya aku berharap seperti itu.” "Tapi kamu jangan terlalu berharap. Aku tidak ingin kamu kecewa nantinya.” "Aku yakin suatu hari nanti aku akan bertemu dengan pangeranku.” Pikiranku melayang membayangkan sang pangeran tampan yang akan menjemputku nanti. "Hei Aimee!”seru Roxana. "Apa?”kataku terkejut. "Jangan melamunkan sang pangeranmu lagi. Ini sudah sore, sebaiknya kita pulang kalau kita tidak ingin di marahi oleh orangtua kita.” Aku cepat-cepat membereskan barang-barangku, meminum espresso macchiatoku yang masih tersisa dengan sekali teguk. ”Roxana, tunggu!” Aku dan Roxana sempat bertemu pandang dengan Wilona yang menatap terkejut saat kami akan menuju pintu keluar. "Halo Wilona!”sapaku. Aku dan Roxana memaksakan tersenyum kepadanya. "Aku tidak menyangka akan bertemu dengan kalian berdua di sini,’’ujar Wilona dengan sikap genitnya.”Oh ya kenalkan, ini Adam . Pacar baruku,’’katanya dengan bangga. "Halo!”sapaku dan Roxana bersamaan. Pria yang bernama Adam tersenyum. Aku memperhatikan pria itu baik-baik. Pria itu terlihat lebih tua dua atau tiga tahun dari Wilona. Tampan dan memiliki sepasang mata coklat yang tajam. Ada perasaan aneh saat aku menatapnya . Ada perasaan dingin yang tiba-tiba menjalari tubuhku. "Bagaimana pacar baruku? Tampan, bukan?’’tanya Wilona sembari menatap pacar barunya dengan tatapan penuh damba kepada pria di sampingnya. "Selamat untuk kalian berdua!’’kata Roxana dengan suara sinis.”Maaf. Kami harus segera pulang. Ayo Aimee!” Aku segera mengikuti Roxana yang sudah terlebih dahulu mencapai pintu, tapi Wilona menghalangi jalanku dengan mengulurkan kakinya dengan sengaja dan aku pun terjatuh begitu juga dengan belanjaanku yang berhamburan keluar dari kantong plastik. "Maafkan aku Aimee! Kamu tidak apa-apa, kan?’’tanya Wilona yang berpura-pura merasa bersimpati. "Aku tidak apa-apa.” Dalam hati aku menggeram marah dan menghela napas kesal. Aku tahu Wilona sengaja melakukannya untuk mempermalukanku di depan orang banyak dan ingin memancing keributan denganku, tapi aku tidak akan membiarkan Wilona mendapatkan apa yang diinginkannya. Aku tersenyum lebar. "Ini salahku yang tidak memperhatikan jalan.” Sekilas aku melihat raut kekecewaan di wajahnya dan aku pun tersenyum puas. Rasanya aku ingin sekali mencakar wajahnya yang sombong itu. Roxana menghampiriku dan cepat-cepat membantuku membereskan novelku yang berhamburan keluar. Saat kami sudah di luar café, Roxana langsung menumpahkan kekesalannya. "Memangnya siapa dia? Dasar tukang pamer. Dia itu tadi sengaja memamerkan pacar barunya yang tampan. Apa kau lihat sikap genitnya tadi?” Aku mengangguk cepat membenarkan perkataannya. "Itu membuatku merasa muak.” "Sudahlah. Biarkan saja! Dia memang seperti itu.” "Dan yang membuatku sangat kesal saat tadi dia sengaja membuatmu terjatuh.” "Aku tahu. Tadi dia sengaja membuatku terjatuh, tapi aku tidak mempedulikan hal itu.” "Yang tidak aku mengerti kenapa Adam mau pacaran dengan wanita seperti Wilona. Ah sudahlah memikirkan dia membuat kepalaku pusing.” Aku hanya tersenyum melihat kekesalan Roxana. Kami berlari-lari menuju halte dan cepat-cepat naik saat bus telah berhenti di halte. *** Kami turun di dua halte bus berikutnya yang disambut oleh angin musim panas yang menguarkan aroma harum bunga yang berasal dari taman kota yang kini banyak di tumbuhi oleh macam-macam bunga. Halte bus tempat pemberhentian kami tepat berada di taman kota Greenhill banyak anak-anak yang ditemani para orangtua bermain di sana. Jeritan dan tawa anak-anak memenuhi taman itu. Mereka terlihat sangat gembira. Dulu aku pun seperti mereka. Dad dan Mom selalu menemaniku bermain di sana saat aku masih kecil. Kenangan itu kembali lagi, kenangan akan rahasia kecilku yang tak pernah aku ceritakan kepada siapa pun. Aku bertemu dengan peri. Pasti kalian akan menyebutku gadis remaja gila mana mungkin ada peri di dunia ini, bukan? Tapi peri benar-benar ada. Aku melihatnya dan masih mengingatnya sampai sekarang, meskipun aku tidak pernah bertemu dengan peri itu lagi sampai sekarang. Pasti kalian bertanya-tanya bagaimana aku bisa bertemu dengan peri, bukan? Baiklah akan kuceritakan. Kejadian itu berawal musim panas tiga belas tahun yang lalu saat aku masih berusia enam tahun. Dad menemaniku bermain di taman kota Greenhill, taman kota terbesar di kotaku. Saat itu aku sedang bermain bersama anak-anak lainnya. Waktu aku kecil aku termasuk anak yang sangat lincah dari anak-anak yang lainnya. Ketika berlari-lari di dekat bunga-bunga, aku melihat seekor kupu-kupu yang mengeluarkan cahaya biru yang sangat indah. Aku mengikuti kemana kupu-kupu itu pergi dan tanpa sadar aku telah memasuki bagian lain dari taman kota. Banyak pepohonan tua di sekelilingku dengan akar berbonggol-bonggol dan menampilkan siluet seram membentuk monster. Aku ketakutan dan mulai terisak menangis, memanggil-manggil Dad. Aku juga telah kehilangan kupu-kupu bercahaya itu. Berkali-kali aku terjatuh oleh akar pohon , wajahku kotor oleh tanah yang terkena air mataku. Saat terus berjalan mencari jalan keluar dari rimbunan pepohonan tua, aku terjatuh ke dalam lubang jebakan yang di atasnya ditumpuki oleh daun-daun kering. Kakiku terkilir dan kesakitan. Aku menangis dan memanggil Dad dan Mom untuk menolongku. Pada saat itulah aku melihat kupu-kupu bercahaya biru lagi, tapi kali ini kupu-kupu itu datang bersama kupu-kupu lainnya yang memiliki cahaya hijau dan merah. Ketiga kupu-kupu itu masuk ke dalam lubang. Kupu-kupu itu ternyata bukan kupu-kupu biasanya. Mereka terlihat seperti manusia mungil yang memiliki sayap bahkan mereka bisa berbicara. Saat itulah aku tahu mereka adalah peri. Ketiga peri itu menolongku keluar dari lubang . Mereka bertiga mengangkatku dengan cara menerbangkanku. Salah satu peri itu mengobati kakiku. Aku mendengar teriakan Dad memangil-manggilku, ketiga peri itu langsung terbang dan menghilang. Dad berlari menghampiriku wajahnya terlihat sangat cemas , kemudian ia mengendongku dan aku menangis dalam pelukannya. Sejak saat itu aku tidak pernah mengungkit-ungkit tentang ketiga peri itu lagi selama tiga belas tahun ini, karena bagiku itu seperti mimpi di musim panas. Aku dan Roxana berpisah jalan dan kini tinggal aku sendirian menyusuri jalanan menuju rumahku. Jalanan yang aku lalui sepi hanya ada suara gemerisik pepohonan yang tertiup angin. Aimee Aku berdiri membeku saat ada seseorang memanggil diriku. Aku mencoba mendengarnya sekali lagi mungkin itu hanya suara angin . Aku kembali berjalan dan suara yang memanggilku terdengar lagi. Aimee Aku berbalik."Siapa itu?” Angin berhembus dengan sangat kencang dan aku melindungi wajahku dengan kedua tanganku. Tidak jauh aku melihat sebuah mansion tua yang berada tepat diseberangku. Aneh pikirku. Selama ini aku tidak pernah melihat ada mansion tua di sana. Sudah ribuan kali aku melewati jalanan ini. Kenapa mansion tua itu bisa berada di sana? Mansion itu nampak misterius. Suara itu kembali terdengar. Aimee Tubuhku meremang. Aku menolehkan kepala ke kiri, ke kanan, ke samping, ke depan mencari orang yang sudah memanggilku, tapi tidak ada seorang pun di sekitarku. Aku mengambil langkah seribu berlari secepat mungkin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD