“Angin VS Racun”

1186 Words
Aku berdiri di halaman markas musuh yang kini dipenuhi bangkai prajurit dan genangan darah. Pedangku mengarah lurus ke Kapten Rohha Sinoda. Waktu terus berjalan. Dua puluh tujuh menit. Rohha tidak lagi tertawa mengejek. Ekspresinya kini adalah perpaduan antara kemarahan yang membara dan ketegangan karena melihat kekuatan yang tak terduga. Racun ungu-hitam di sekelilingnya berputar dengan ganas, bereaksi terhadap emosinya. Duel 1 VS 1 antara: Wing Glory (Rune of Wind) VS Rohha Sinoda (Rune of Poison). Rohha mengambil posisi. Dia mengangkat kedua tangannya ke langit yang kini mulai diselimuti kabut racun dari pertempuran sebelumnya. "Racunku menyebarlah!!!" Energi gelap keluar dari tubuhnya, bukan lagi asap, melainkan kabut tebal yang naik dengan cepat ke udara. "Zone Poison" Dalam hitungan detik, kabut itu naik dan menyebar di atas langit-langit, membentuk lapisan awan tebal, berwarna ungu pekat, menaungi seluruh area markas. Efeknya instan: udara di luar gelembung angin yang kubuat menjadi mencekik. Di dalam lingkaran angin, pasukan desa terengah-engah, meskipun aman. Kakek White Sphere menatap ke atas dengan cemas. Aku tahu aku harus bertindak cepat. Awan racun itu adalah ancaman jangka panjang bagi desa itu sendiri jika dibiarkan. Aku mengaktifkan Rune of Wind. Mata Surgawi di tanganku bersinar terang, menyalurkan energi mentah. Angin murni berputar di sekelilingku. "Body Storm" Dalam sekejap, angin itu mengeras. Aku mengaktifkan perisai badai berbentuk seperti baju zirah yang menutupi tubuhku. Itu bukan baju besi fisik, melainkan lapisan angin yang bertiup sangat kencang, menciptakan gesekan dan turbulensi yang konstan di permukaanku, siap untuk membelokkan atau menguapkan racun apapun yang datang. Dari dalam gelembung perlindungan, Kakek White Sphere bergumam, kagum sekaligus khawatir: Dia sudah bisa mengubah bentuk angin sesuai keinginan dia, Kalian tetap hebat... Takdir apa yang kalian lihat dari anak ini Angela, Dharma?!? Kakek mengenali pola kekuatan yang familiar dari masa lalu. Kekuatan Angin yang murni. Aku melihat langit, dan kini sudah dipenuhi awan keungu-unguan. Awan yang dibuat Rohha itu berdenyut, bukan dengan air, tetapi dengan racun kental. Rohha menyeringai. "Rasakan ini bocah k*****t!" Dia merentangkan tangannya, menarik awan racun itu ke bawah. Poison Drain Zraaasssshhhhh!!! Hujan berupa racun turun dari awan yang dibuat olehnya. Itu bukan tetesan, tetapi aliran cairan kental berwarna ungu gelap yang jatuh dengan kekuatan asam yang menghancurkan. Hujan ini bahkan mengikis tanah, menghasilkan suara mendesis dan asap beracun yang tebal. Aku melihat lambat laun hujan asam racun itu mengikis perisai angin milikku. Setiap tetes yang mengenai Body Storm-ku menyebabkan angin berputar lebih cepat, berusaha menyingkirkannya, tetapi racun itu terlalu pekat. Aku harus mengeluarkan energi yang sangat besar hanya untuk mempertahankan diri. Sial!!! Aku harus melakukan sesuatu!!! Kataku dalam hati. Jika perisai angin ini jebol, itu akan menjadi akhir. "Menyerahlah bocah!!! Hahahahaha!!!" Rohha tertawa puas, menikmati penderitaanku. Dia yakin bahwa pertarungan ini telah dimenangkan. Racunnya tidak hanya mematikan, tetapi juga melelahkan. Aku tidak bisa membiarkan dia terus-menerus menarik racun dari atmosfer. Aku harus menghancurkan sumbernya—awan itu sendiri. Aku memegang pedangku dengan dua tangan, mengarahkannya ke langit. Aku memutarkan pedangku di atas kepalaku dengan cepat, membentuk pusaran mini di ujung bilahnya. Pusaran angin itu mulai menjangkau dan menarik awan yang ada di langit. Perlahan-lahan, awan itu berputar membentuk badai yang mengerikan di atas kepalaku. Aku tidak hanya menarik racunnya; aku menarik seluruh massa udara, menciptakan tekanan anjlok yang dahsyat. Semakin kencang pusaran itu berputar karena aku tambah dengan rune power anginku. Warna pusaran itu berubah dari ungu kental menjadi hijau murni dan biru, tanda bahwa aku sedang menyaring dan memurnikan racun Rohha. Rohha mulai cemas. Senyum kemenangan di wajahnya memudar, digantikan oleh kengerian. Dia menyadari aku tidak hanya bertahan, tetapi juga mencuri kekuatannya. "Apa?!? Apa yang akan kau lakukan?!?" Rohha berteriak, panik. Aku tidak menjawab. Aku hanya memfokuskan semua sisa amarah dan kekuatan Mata Surgawi. Aku menarik pusaran yang kini sebesar badai mini, memadatkannya menjadi bola udara bertekanan tinggi yang menakutkan, mengandung semua racun Rohha yang telah diserap dan dipadatkan. WUUUUUNNNGGGGG!!!! Aku menghempaskan pusaran angin maut itu ke arah Rohha. Ini bukan hanya angin; ini adalah pukulan yang mengandung massa padat udara, kecepatan supersonik, dan racun yang dia ciptakan sendiri. "Windmill Smash" Serangan itu melesat seperti peluru raksasa, menghantam Rohha dan segala yang ada di belakangnya. BLAAAAAAARRRRRRRRRR!!! Benturan keras terjadi. Itu adalah suara ledakan yang memekakkan telinga, bukan hanya dari benturan udara, tetapi dari ledakan energi Rune yang bertabrakan. Tanah bergetar. Dinding batu markas musuh yang kokoh hancur berantakan akibat seranganku tadi. Debu, puing-puing, dan asap tebal menyelimuti area itu. Aku mendarat, terengah-engah, Body Stormku hampir habis. Asap tebal mengepul di mana Rohha sebelumnya berdiri. Markas musuh kini hanya berupa reruntuhan. Pasukan desa di dalam perisai angin menatap dengan mulut ternganga, terkejut oleh kekuatan kehancuran yang baru saja kulepaskan. Aku berpikir sudah berhasil mengalahkan dia. Tidak mungkin ada yang bisa selamat dari serangan seperti itu. Namun, di tengah asap tebal dan puing-puing, ada suara yang tertawa. "Hahahahahahahaha!!!" Suara itu serak, tetapi jelas. Itu bukan tawa kesakitan, melainkan tawa kemenangan. Sret...sret...srettt Bentuk cairan ungu gelap mulai merangkak dari reruntuhan, bergerak dengan kecepatan tinggi, menyatu kembali. Rohha kembali muncul. Dia berdiri, tidak terluka, bahkan pakaiannya tampak tidak robek. "Lumayan untuk seorang bocah ingusan sepertimu!!!" Rohha muncul dibalik asap yang ditimbulkan serangan ku. "Kau berhasil menghancurkan sebagian kecil tubuh racunku. Sayangnya, tubuh racunku tidak memiliki inti, tidak memiliki kelemahan struktural." Kengerian merayapi hatiku. Rohha Sinoda benar-benar pengguna Rune Poison. Tubuhnya adalah racun itu sendiri. Aku harus tetap tenang. Aku kembali memasang kuda-kuda, mengumpulkan sisa-sisa energi angin. "Cukup hebat mengingat kau hanya kepulan kentut!!!" Aku mencoba memanas-manasi dia lagi, mencoba memancingnya kembali ke serangan frontal yang bisa ku hindari. "Kau berani mengulanginya?" Rohha mendesis, matanya menyala. Namun kali ini, dia tidak langsung menyerang. Dia menyadari bahwa provokasi ku hanyalah taktik. "Saksikanlah kekuatanku yang sebenarnya!!! Hahahahahaha..." Rohha tidak lagi ingin bermain-main. Dia mengangkat kedua tangannya ke atas, menarik semua racun sisa di udara dan di tanah. Dia membiarkan racun itu menyelimutinya sepenuhnya. Wuuuuuuuunnnnnnggggggg... Tubuhnya mencair. Itu adalah pemandangan yang menjijikkan dan mengerikan. Dagingnya, tulangnya, semua meleleh dan menyatu dengan racun cair ungu-hitam yang dipanggilnya. Cairan itu berputar, membesar, dan memadat. Ketika proses itu selesai, yang berdiri di hadapanku bukanlah lagi Rohha Sinoda yang kurus. Di sana, menjulang di tengah reruntuhan, terbentuk monster racun yang mengerikan. Tingginya sekitar 7 meter. Monster itu memiliki cakar besar, dan tubuhnya terlihat seperti cairan yang terus-menerus mengalir dan berubah bentuk. Setiap gerakan tubuhnya meneteskan racun korosif ke tanah. Mata Surgawi bergetar hebat di tanganku. Peringatan bahaya mencapai puncaknya. "Ini adalah wujud sejatinya," bisik Kakek White Sphere dari belakang, suaranya tegang. "Bentuk Rune Amplified. Wing, kau harus menghentikannya sekarang!!!" Waktu yang tersisa: sekitar dua puluh menit. Aku harus mengalahkan monster ini sebelum racunnya mencapai level yang tidak dapat diatasi. Monster Rohha meraung, raungan yang terdengar seperti asam yang mendesis. "Sekarang, bocah! Tidak ada lagi tawa atau ledekan! Mati dalam genangan racunku!" Monster itu mengangkat cakar besarnya, yang kini meneteskan racun cair pekat, dan menghempaskannya ke arahku, menciptakan gelombang racun yang menyebar ke seluruh halaman. Pertarungan yang sesungguhnya baru saja dimulai. Aku harus menemukan inti, atau kelemahan struktural, dari tubuh racun yang tak berbentuk ini. Aku harus menjadi badai murni yang melenyapkan kotoran. Rune of Wind melawan Rune of Poison, hidup melawan kematian. Aku melompat mundur, pedangku siap menghadapi monster racun yang sangat tinggi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD