Chapter 08

1126 Words
Chang Kyun meninggalkan kamar Putra Mahkota untuk menyelidiki insiden saat perjamuan tadi pagi, sedangkan Tae Hwa masih tak sadarkan diri meski nyawanya tertolong. Tepat di samping tubuh yang tampak memucat tersebut, sang Putri Mahkota menangis tanpa suara dan membuat sedikit kepanikan di wajah Dayang Choi dan juga Yeon Woo. Pasalnya tidak biasanya sang Putri Mahkota menangis. Dayang Choi lantas memberanikan diri untuk mendekat. "Putri Mahkota, apa tidak sebaiknya Putri Mahkota beristirahat? Sudah lama Putri Mahkota duduk di sini." Hwa Goon mengusap wajahnya dengan kasar. "Tidak apa-apa, kalian pergi saja." "Putra Mahkota sudah baik-baik saja sekarang, Putri Mahkota tidak perlu khawatir." "Putra Mahkota baru saja kembali, tapi kenapa sudah seperti ini?" Dayang Choi merasa kesulitan untuk merespon tuntutan Hwa Goon, karena tidak ada satupun yang menyangka bahwa hal ini akan terjadi. "Siapa yang menaruh racun di minuman Putra Mahkota?" "Untuk itu, aku belum mendengar kabar. Aku dengar Hwarang Park Chang Kyun tengah memastikan hal ini." "Di mana dia sekarang?" "Aku tidak tahu, Putri Mahkota." Yeon Woo dengan takut-takut menyahut dari tempatnya berdiri, "anu ... Putri Mahkota, aku dengar Hwarang Park Chang Kyun sedang pergi ke dapur istana." Mendengar hal itu, Hwa Goon lantas berdiri dan bergegas menuju pintu keluar. Menciptakan kepanikan di wajah Dayang Choi. "Putri Mahkota, kau ingin pergi ke mana?" Tak mendapatkan respon, Dayang Choi segera berdiri dan menyusul Hwa Goon. "Kau ini!" hardik Dayang Choi ketika ia melewati tempat Yeon Woo. Keduanya pun segera menyusul Hwa Goon yang berjalan dengan terburu-buru meninggalkan paviliun. "Putri Mahkota ... mohon jangan berjalan seperti itu ..." Tak mempedulikan teguran penuh kekhawatiran dari Dayang Choi, Hwa Goon semakin mempercepat langkahnya ketika ia melihat sosok Chang Kyun yang berjalan mendekat. Selang beberapa detik, keduanya berdiri berhadapan dan Hwa Goon berhasil mengejutkan Chang Kyun ketika ia tiba-tiba mencengkram kedua lengan Hwarang itu. "Apa yang terjadi? Cepat katakan padaku!" tuntut Hwa Goon. Pandangan Chang Kyun sempat tertuju pada kedua dayang yang menyusul di belakang Hwa Goon sebelum kembali dijatuhkannya perhatiannya tersebut kepada sang Putri Mahkota. "Chang Kyun ... cepat katakan padaku!" "Sebaiknya Putri Mahkota kembali ke paviliun dan beristirahat." Hwa Goon menggeleng. "Katakan dulu padaku." "Semua sudah selesai. Seorang dayang dari dapur istana mengakui perbuatannya." Hwa Goon menatap tak percaya. "Kau berbohong?" "Kembalilah ke paviliun." "Apa motifnya? Kenapa dia meracuni Putra Mahkota?" "Putri Mahkota." "Katakan padaku!" suara Hwa Goon semakin meninggi. Masih bertahan dengan pendiriannya, Chang Kyun justru menjatuhkan pandangannya pada kedua Ddyang yang tampak serba salah itu. Mengerti maksud dari Chang Kyun, kedua dayang itu mengapit Hwa Goon dan menarik lembut tangan sang Putri Mahkota agar menjauh dari Chang Kyun. "Putri Mahkota, lebih baik kita kembali ke paviliun sekarang," ucap Dayang Choi, lembut. Chang Kyun lantas berucap, "akan lebih baik jika Putri Mahkota menetap di dalam paviliun. Aku akan mengirimkan seseorang ke paviliun jika Putra Mahkota sudah siuman." Hwa Goon tetap tak terima dengan penjelasan yang diberikan oleh Chang Kyun, namun dia tetap menurut ketika kedua dayang itu menarik lembut tangannya dan kembali berjalan menuju paviliunnya sendiri. Setelah jarak mereka cukup jauh. Chang Kyun kembali melangkahkan kakinya, mengikuti ketiga wanita yang berjalan lebih dulu. Hwa Goon yang kembali ke paviliunnya sendiri, sedangkan Chang Kyun yang berjalan memasuki paviliun Putra Mahkota. Pintu ruangan itu terbuka dan Kasim Cha yang sudah kembali berjaga di sana pun lantas beranjak berdiri untuk memberi hormat kepada Chang Kyun. "Tuan Muda sudah kembali?" "Bagaimana keadaan Putra Mahkota?" "Tabib istana mengatakan bahwa kondisi Putra Mahkota telah membaik, tapi beliau belum sadarkan diri." "Kau boleh pergi." "Ye." Kasim Cha bergegas keluar dan setelah pintu tertutup dari luar secara perlahan, saat itu Chang Kyun mendekati Tae Hwa dan duduk bersimpuh tepat di samping Putra Mahkota dengan pedang di tangannya yang ia biarkan tergeletak di lantai. Beberapa menit berlalu. Netra Chang Kyun bereaksi ketika mendapati pergerakan kecil dari jemari Tae Hwa sebelum kelopak mata itu yang terbuka secara perlahan. Berkedip secara perlahan untuk beberapa kali. Pandangan Tae Hwa lantas menemukan sosok Chang Kyun yang terlihat begitu khawatir, hingga seulas senyum lemah mampu ia berikan guna menenangkan hati sang Hwarang yang tengah mengkhawatirkannya. "Di mana ini?" berujar dengan lemah, kelopak mata itu sempat menutup kembali. "Di paviliun Putra Mahkota." "Apa yang terjadi? Kenapa tubuhku lemas sekali?" "Insiden di perjamuan pagi tadi, apa Putra Mahkota tidak ingat?" "Aku mengingatnya." "Hamba akan memanggilkan tabib untuk memeriksa keadaan Putra Mahkota." Tangan Tae Hwa menahan telapak tangan Chang Kyun dengan genggaman lemah pada jemari pemuda itu. "Tidak apa-apa, biarkan saja. Aku ingin bicara denganmu." "Apakah yang ingin Putra Mahkota bicarakan dengan hamba?" "Siapa pelakunya?" "Seorang dayang yang bertugas di dapur istana ditemukan tewas bunuh diri. Dia di curigai sebagai orang yang telah memberikan racun. Tapi ... ada sedikit hal yang janggal." "Katakan." "Tidak ditemukan racun di dalam arak." "Lalu?" "Racun itu dioleskan pada gelas. Namun racun itu justru ditemukan pada gelas Putri Mahkota," Netra sayu Tae Hwa sedikit membulat, dia ingat bahwa dadanya terasa panas setelah meminum arak di gelas milik Hwa Goon. "Hamba tidak mengerti. Mungkinkah seseorang telah menukar gelas itu?" "Tidak," sangkal Tae Hwa. "Aku yang meminum arak di gelas Putri Mahkota." Netra dingin Chang Kyun semakin menajam dan hal itu sudah cukup membuktikan bahwa pelaku, sebenarnya mengincar Hwa Goon dan bukannya Tae Hwa. Tae Hwa kembali berucap, "itu berarti, orang itu memang telah mengincar Putri Mahkota sejak awal." Rahang Chang Kyun mengeras ketika mendengar fakta yang sebelumnya masih simpang siur. "Lalu bagaimana dengan penyelidikannya?" "Mereka menghentikan penyelidikan karena dayang itu sudah tewas." "Jika tujuannya adalah Putri Mahkota, apa yang sebenarnya dia inginkan?" pertanyaan mengambang yang tak memiliki sebuah jawaban di saat mereka tidak tahu apa saja yang telah terjadi di dalam istana dalam satu bulan terakhir. Dan Chang Kyun merasa harus menyelidiki kasus itu secara diam-diam. Namun dia juga tidak bisa melakukan apapun yang berhubungan dengan istana tanpa izin dari Tae Hwa. Namun setidaknya karena insiden itu, mereka tahu bahwa seseorang tengah mengincar Hwa Goon. Meski dayang itu sudah tewas, keduanya memiliki pemikiran yang sama dan sangat berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh orang-orang di sekitar mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD