bc

Nine Zombies A Day

book_age18+
77
FOLLOW
1K
READ
zombie
tragedy
scary
genius
ambitious
captain
male lead
soldier
high-tech world
war
like
intro-logo
Blurb

Hari itu seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan untuk Evander yang melangsungkan pernikahan dengan wanita yang sangat dia cintai. Namun, bagaimana jadinya jika hari yang paling spesial itu justru berubah menjadi sebuah malapetaka mengerikan ketika para zombie tiba-tiba berdatangan dan menyerang semua orang? Bahkan orang-orang yang disayangi Evander tewas dalam penyerangan itu, termasuk sang istri.

Evander menjadi satu-satunya orang yang selamat dalam insiden itu karena anggota militer menyelamatkannya dan membawanya ke markas mereka. Aegis nama badan militer yang khusus menangani para zombie.

Kini tak ada lagi yang tersisa dalam diri Evander setelah dia hidup sebatang kara selain bergabung dengan Aegis untuk membasmi para zombie yang ingin menginvasi bumi sehingga mendirikan kerajaan sendiri.

Namun, tentu saja tak akan mudah bagi Evander dan pasukan militer Aegis untuk menghancurkan para zombie karena ada pemimpin mereka di sana ... sang Zombies Alpha yang menjadi musuh terberat mereka.

Berhasilkah pasukan militer Aegis mengembalikan kedamaian di bumi? Ikuti petualangan mereka menghadapi pasukan kerajaan zombies yang penuh teror dan ketegangan yang mencekam.

chap-preview
Free preview
Prolog
Suara langkah kakinya begitu menggema. Suara sepatu yang berbenturan dengan lantai menjadi satu-satunya suara yang terdengar di lorong sepi tersebut. Sang pemilik kaki merupakan pria dengan tubuh tinggi tegap dan mengenakan seragam militer sehingga membuatnya terlihat begitu rapi dan gagah. Setibanya di depan sebuah pintu berlapis baja, dia mengeluarkan sebuah kartu dari saku seragamnya. Kartu itu dia tempelkan pada sebuah alat pendeteksi, dan beberapa detik kemudian pintu itu pun terbuka secara otomatis.  Si pria melangkah masuk ke dalam ruangan luas yang begitu terang benderang di mana terdapat banyak layar plasma ukuran besar terpasang di dinding. Peralatan komputer pun tengah menyala di mana beberapa orang terlihat sedang sibuk berkutat di depan komputer masing-masing.  “Lapor, Pak. Saya mendapat panggilan untuk datang ke ruang komando,” ucap pria itu begitu kini dia berdiri tepat di depan seorang pria yang sepertinya memiliki jabatan lebih tinggi darinya.  “Ah, ya, Kapten Esteban. Kami mendapat laporan ada ufo yang berhasil dilacak satelit kita.”  Pria itu yang ternyata bernama Esteban dan memiliki jabatan sebagai kapten, melebarkan mata mendengar kabar yang begitu mengejutkan tersebut. “Lalu apa yang terjadi pada ufo itu, Pak?” tanyanya tampak penasaran. Selain itu, dia yakin terjadi sesuatu yang tidak beres sehingga dia sampai dipanggil ke ruangan tersebut.  “Ufo mendarat di sekitar utara Atlanta City. Kami sudah menghubungi pihak pemerintahan Atlanta City agar melarang penduduknya menghampiri lokasi, tapi tetap saja kita harus bertindak cepat. Karena itu, saya menugaskan pasukanmu untuk menjalankan misi memeriksa lokasi ufo itu mendarat.” Esteban menganggukkan kepala, kini paham alasannya dipanggil. Dia pun siap menjalankan tugasnya. “Siap, Pak. Saya dan pasukan Aegis akan segera meluncur ke lokasi.” “Tapi Kapten, berhati-hatilah karena kita belum mengetahui makhluk apa yang berada di dalam ufo. Kalian harus berhati-hati dan waspada.” “Baik, Pak,” sahut Esteban sambil memasang sikap hormat pada atasannya dan berjalan pergi dari ruangan karena sudah siap menjalankan misi cukup berbahaya yang diberikan pada timnya.    ***   Beberapa pesawat tempur kini tengah mengelilingi sebuah benda misterius berbentuk bulat yang tertanam di tanah, di lahan kosong menyerupai gurun pasir. Benda yang diperkirakan sebuah ufo yang berasal dari luar angkasa itu kini mengeluarkan asap, pertanda benda itu memang belum lama mendarat di sana bahkan sisa-sisa asap saat benda itu menghantam tanah masih bisa terlihat.  “Kapten, kami sudah berada di posisi. Apa yang harus kami lakukan selanjutnya?”  Esteban mendengar suara anak buahnya dari walkie talkie pesawat yang sedang dia naiki. Pesawat yang Esteban naiki berbeda dengan pesawat tempur lainnya yang hanya menampung satu orang sebagai pilot. Pesawat tempurnya cukup besar sehingga mampu menampung beberapa orang. Esteban hanya berdua di pesawat itu bersama dengan seorang pilot yang mengendarai.  “Kalian pantau ufo itu terlebih dahulu. Setelah lima menit dan tidak ada pergerakan yang terjadi, kalian periksa langsung ke lokasi,” titah Esteban memberikan komando. “Baik, Kapten.”  Esteban mengembuskan napas pelan, kedua matanya menelisik ufo tersebut. Ini pengalaman pertamanya melihat benda luar angkasa bernama ufo yang sempat diragukan keberadaannya oleh manusia, siapa sangka benda itu benar-benar ada dan bahkan berada tepat di depan matanya. Kini dalam pikirannya penuh dengan tanda tanya, makhluk apa yang sebenarnya ada di dalam ufo itu?  “Pak, sudah lima menit. Kami akan segera memeriksa langsung ke lokasi.”  Esteban yang sempat melamun itu tersentak kaget saat mendengar suara salah satu pasukannya yang baru saja memberikan laporan. “Ya, laksanakan sekarang.”  “Siap, Kapten!!” Beberapa pasukan Esteban menyahut dengan serempak.  Setelah itu, beberapa pesawat tempur yang sejak tadi terbang mengelilingi ufo, dengan serempak mulai turun dan mendarat sempurna di tanah berpasir. Hanya menyisakan pesawat Esteban yang masih terbang di udara.  Esteban terus memperhatikan pergerakan anak buahnya yang kini sudah keluar dari pesawat masing-masing dan sedang mengendap-endap mendekati ufo yang masih mengeluarkan asap hitam. Senjata laras panjang sudah berada di tangan mereka sebagai alat untuk pembelaan diri.  “Kapten, kami sudah berada tepat di depan ufo.” Salah seorang prajurit baru saja memberikan laporan pada Esteban. “Apa ada yang mencurigakan di sana?” “Sejauh ini tidak ada, Kapten. Semua tampak normal. Tapi kami tidak bisa masuk ke dalam karena pintunya tertutup dan sulit untuk dibuka.”  Esteban terdiam, menimbang-nimbang keputusan apa yang harus dia ambil selanjutnya. Hanya saja dia dan pasukannya diperintahkan untuk memeriksa ufo sekaligus makhluk yang ada di dalamnya karena itu tentu saja mereka harus nekat memeriksa ke dalam walau bagaiamanapun caranya.  “Coba hancurkan pintu ufo itu dengan granat. Tapi ingat, kalian harus waspada karena kita tidak tahu alien seperti apa yang ada di dalam ufo itu.” Hingga akhirnya keputusan seperti itu yang diambil Esteban. “Baik, Kapten!”  Suara ledakan terdengar setelah itu, Esteban melihat pasukannya berhasil menghancurkan pintu ufo dan mereka mulai berlarian memasuki ufo itu.  Namun, meski hampir 10 menit berlalu sejak mereka memasuki ufo, tak ada tanda-tanda pasukannya yang keluar atau memberikan laporan padanya melalui walkie talkie. Esteban menyadari ada kejanggalan di sini.  “Bagaimana kondisi di dalam? Apa yang kalian temukan?” tanya Esteban, meminta laporan dari pasukannya.  Sayangnya walau sudah tiga menit berlalu, dia tak mendapatkan laporan dari satu pun anak buahnya.  “Hei, apa yang terjadi di dalam? Cepat berikan laporan kalian,” desak Esteban yang mulai merasa panik dan khawatir sesuatu yang mengerikan telah menimpa pasukannya.  “Pak, sepertinya ada sesuatu yang buruk menimpa mereka.”  Esteban berdecak, dia menyadari yang dikatakan sang pilot memang benar. Sepertinya sesuatu yang mengerikan memang telah menimpa anak buahnya.  “Aku menunggu laporan kalian. Ada apa di dalam?” “Kap ... ten ...”  Esteban dan sang pilot saling berpandangan ketika mendengar suara yang berasal dari walkie talkie, suara yang terdengar samar dan putus-putus.  “Ada apa? Kalian baik-baik saja di dalam, kan?” “To ... long. Aaaaaarggghhh!!”  Esteban kini melebarkan mata karena dia yakin mendengar suara teriakan dari anak buahnya yang baru saja berhasil menghubunginya.  “Kapten, bagaimana ini?” tanya pilot. Esteban mengepalkan tangan, kembali dilanda dilema dengan keputusan yang harus diambilnya. Setelah berpikir sejenak, dia akhirnya memutuskan untuk memeriksa keadaan pasukannya di dalam ufo karena itu dia nekat keluar dari pesawat dan berjalan dengan penuh hati-hati mendekati ufo.  Esteban mengibaskan tangan untuk menyingkirkan asap hitam yang mengepul dari ledakan granat yang dilemparkan anak buahnya demi menghancurkan pintu ufo, kini asap itu menghalangi penglihatannya. Dia pun memberanikan diri melangkah masuk. Namun, belum terlalu dalam dia masuk ke dalam ufo, dia menemukan tubuh beberapa pasukannya tergeletak di bawah dalam kondisi yang mengenaskan karena tubuh mereka sudah tak utuh lagi.  Esteban tercengang, dia yakin semua anak buahnya yang dia lihat itu sudah tak bernyawa lagi jika dilihat dari anggota tubuh mereka yang sudah tak utuh.  “Ck, sial. Apa sebenarnya yang terjadi di sini?”  Bersamaan dengan terkatupnya mulut Esteban, dia tercekat saat melihat satu demi satu mayat anak buahnya itu kembali bergerak. Esteban sempat bernapas lega karena berpikir mereka masih hidup. Dia pun berniat menghampiri, tapi gerakannya terhenti saat menyadari ada keanehan dari mereka.  Mereka tiba-tiba kembali berdiri, padahal itu mustahil terjadi pada manusia normal setelah memiliki luka yang sangat parah. Apalagi Esteban melihat bola mata mereka kini putih seutuhnya, mulut mereka terus meneteskan darah segar dan terus menyeringai seram. Yang semakin membuat Esteban menyadari memang ada yang tidak beres dengan anak buahnya karena mereka terus mengeluarkan suara geraman layaknya hewan buas.  Ketika mereka tiba-tiba berlarian ke arahnya seolah ingin memburunya, detik itu juga Esteban sadar mereka bukan lagi manusia dan dia berada dalam bahaya jika tidak cepat-cepat melarikan diri.  Demi  melindungi diri, dia melepaskan tembakan dari senapan laras panjang di tangannya ke arah beberapa anak buahnya yang bukan lagi manusia itu, tapi percuma karena mereka yang terkena tembakan kembali berdiri dan terus mengejarnya.  “Sial, sebenarnya apa yang terjadi?!!” teriak Esteban, dia sadar tak ada gunanya melawan mereka yang seolah tak bisa mati itu. Dia pun memilih berlari menuju pesawatnya terparkir.  “Kapten, kenapa kalian berlarian seperti itu? Ada apa di dalam ufo?” tanya pilot begitu melihat Esteban kini sudah kembali ke pesawat dan di belakangnya terlihat banyak pasukan Esteban yang berlarian menghampiri pesawat mereka. Namun, sang pilot melebarkan mata saat menyadari kondisi mereka sangat aneh dan menyeramkan.  “Cepat pergi. Mereka sangat berbahaya!”  Sehingga saat Esteban memberikan perintah seperti itu, sang pilot pun menurut. Dia menerbangkan kembali pesawat. Beberapa pasukan Esteban yang mengejar ada yang berpegangan pada pesawat, mereka masih bersikeras untuk menerobos masuk ke dalam pesawat.  “Tembak mereka. Lepaskan misil!” titah Esteban, yang langsung dituruti sang pilot. Pesawat tempur yang dilengkapi senjata untuk menembak itu pun mulai melepaskan peluru secara bertubi-tubi pada pasukan Esteban yang terus berusaha menerobos masuk ke dalam pesawat, hingga tubuh mereka berjatuhan.  “Mereka masih hidup walau sudah tertembak, Kapten. Sebenarnya apa yang terjadi pada mereka?”  Esteban tak menjawab pertanyaan sang pilot karena fokusnya sekarang tertuju pada pasukannya di bawah sana yang tidak salah lagi memang telah berubah menjadi monster yang sulit untuk dikalahkan karena mereka masih tetap hidup walau sudah terkena tembakan, walau dia menyadari ada beberapa yang tak lagi bergerak karena peluru sepertinya mengenai titik vital yang membuatnya tak bisa lagi bangkit.  “Kita kembali ke markas. Kejadian ini harus segera kita laporkan. Di dalam ufo itu ... sepertinya ada makhluk yang sangat berbahaya dan bisa mengubah manusia menjadi monster. Tidak ... lebih tepatnya mengubah manusia menjadi zombie,” ucap Esteban sambil mengepalkan tangan karena makhluk apa pun di dalam ufo sepertinya akan menciptakan teror yang mengerikan untuk umat manusia, terlebih untuk penduduk di Atlanta City.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Marriage Aggreement

read
81.3K
bc

Di Balik Topeng Pria Miskin

read
861.1K
bc

Scandal Para Ipar

read
694.5K
bc

Pulau Bertatahkan Hasrat

read
625.4K
bc

Menantu Dewa Naga

read
177.4K
bc

TERPERANGKAP DENDAM MASA LALU

read
5.6K
bc

Aku Pewaris Harta Melimpah

read
153.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook