1. Dio

1207 Words
"Kita putus," kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut cowok yang kini tengah berdiri dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku. Nama cowok itu Dio, playboy yang meraih penghargaan cowok dengan koleksi mantan terbanyak di SMA Aksara. Cewek di sebelahnya yang sedari tadi hanya menunduk pun sontak saja mendongak, memastikan jika indra pendengarannya tidak salah dengar. "Kamu ngomong apa?" Tidak ada yang tidak terkejut, jika pacar yang dicintainya dan baru dipacari selama satu minggu tiba-tiba minta putus. Begitu pula cewek bernama Bianca itu. Dia kini menatap Dio bingung. "Aku udah bosan, kita putus saja." Dio mengucapkan kalimat itu dengan mudah, bahkan di wajahnya, tak ada raut kekesalan sedikitpun. Semakin membuat Bianca tersulut amarah. Bianca menghembuskan nafas kesal. Mendengar kalimat yang baru saja diucapkan Dio membuat Bianca menyesal, kenapa dia tidak mendengar nasehat teman-temannya untuk tidak berpacaran dengan Dio. Karena benar kata mereka, Dio memang jahat sekali. Sekarang, Bianca hanya menyesali semuanya. Karena hatinya sudah jatuh pada orang yang salah. Ia tak bisa berkata apapun sekarang. Dio bingung kenapa Bianca hanya diam saja. Cowok itu pun menunduk, menyetarakan kepalanya dengan Bianca yang lebih pendek darinya. Setelah itu ia memiringkan kepala, membut Bianca bisa menatap wajahnya leluasa dari samling. "Pukul." "Apa?" "Udah pukul aja." "Maksudnya?" "Lo pasti sakit hati kan? Lampiasin sakit hati itu dengan mukul atau nampar gue. Sekalipun itu nggak bisa bikin sakit hati lo ilang, setidaknya lo akan lega." Tidak terduga. Dua kata itu mampu mendeskripsikan sosok Dio dimata Bianca sekarang. Kenapa Dio bersikap seperti ini? Kenapa dia seolah perduli pada sakit hatinya padahal dia sendiri yang menciptakannya. Ini benar-benar membuat Bianca gila. Jika dulu Bianca gila karena ketampanan Dio yang memang diatas rata-rata, atau karena sikap Dio yang romantis sekali. Maka sekarang Bianca gila karena luka yang baru saja Dio ciptakan. "Nggak usah, aku nggak papa." Dio pun kembali ke posisi semula. Menegakkan kepalanya dan menatap Bianca jengah. Kenapa para perempuan berlagak sok 'nggak papa'? Kenapa mereka selalu menyembunyikan sejuta kata dengan 'nggak papa'? Apa mereka tidak tau arti dari kata 'nggak papa' sendiri itu apa? Rasanya Dio sudah muak mendengar kata itu. "Kalau emang sakit hati bilang, jangan cuma ngomong nggak papa, tapi pada akhirnya nyalahin cowok nggak peka." Plak Satu tamparan yang tiba-tiba itu mendarat mulus di wajah Dio. Dan pelakunya adalah Bianca yang kini menatap Dio penuh amarah. Bianca sudah tidak sabar lagi menghadapi sikap Dio yang meburutnya sok kecakepan itu. "Gue nggak sakit hati! Gue nggak akan nangis sekalipun lo putusin!" Teriaknya seraya berjalan pergi meninggakan Dio sendiri. Bohong, Bianca hanya berbicara omong kosong. Karena setelah berbalik dan meninggalkan Dio, air mata Bianca sudah tidak bisa tertahankan lagi. Dia menangis sesenggukkan, hatinya pun sakit. Karena sekalipun dia dan Dio hanya pacaran selama satu minggu, tapi Dio berarti sekali untuk Bianca. Dio memandang punggung Bianca yang semakin mengecil seraya tersenyum kecut. Bertambah satu lagi, hati perempuan yang ia sakiti. Namun itu adalah yang terbaik. Karena bagi Dio, lebih baik melepaskan dari pada harus mempertahankan hubungan namun ada salah satu yang tersakiti. Oleh sebab itu Dio suka sekali gonta-ganti pacar. Karena Dio mudah bosan jika harus bertahan dengan satu cewek saja. Kadang satu bulan, Dio bisa sampai ganti pacar 5 atau 3 kali. Itu pun ada banyak sekali yang mengikhlaskan diri jadi yang kedua, namun Dio selalu menolak. Karena prinsipnya, playboy boleh selingkuh jangan. *** Dua hari berlalu semenjak insiden putus itu dan Dio sudah memiliki gebetan baru yang siap untuk dijadikan pacar. Tidak butuh waktu yang lama untuk Dio menyembuhkan luka. Karena Dio memang tidak memiliki luka. Terdengar jahat sih, tapi itu memang benar adanya. Selepas memutuskan Bianca, Dio hanya merasa kosong. Dan Dio benci jika merasa seperti itu. Cara terbaik menghilangkan perasaan itu adalah dengan mencari pacar baru. Maka disinilah Dio sekarang, di taman belakang sekolah dan siap mengutarakan isi hatinya pada cewek yang bernama Eriska--teman satu kelasnya waktu duduk di bangku kelas sepuluh. Selera musik yang sama, membuat Dio memilih Eriska dari sekian banyak perempuan yang siap menjadi pacarnya. "Kamu dengerin ini," ucap Dio seraya mengenakan sebuah earphone di telinga kanan Eriska. Terdengarlah sebuah lagu coldplay yang berjudul fix you dari Earphone itu. "Ini salah satu lagu kesukaan aku," imbuh Dio. Eriska pun mengangguk, ia kemudian tersipu malu karena sadar jika kini Dio mengganti panggilannya dari gue-lo ke aku-kamu. Artinya mereka kini semakin dekat kan? "Ini juga kesukaan gue, artinya dalem." Eriska tidak bohong, dia bukan tipe orang yang menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan Dio. Eriska benar-benar menyukai lagu itu sejak empat tahun yang lalu. "Mulai sekarang, panggilnya aku kamu aja." Dio tersenyum manis, kemudian menatap Eriska lekat. "Mau kan?" "Kenapa? Kenapa kita aku kamu-an?" Eriska tentu saja megerti jawaban dari pertanyaannya. Namun gadis itu hanya ingin memastikan dan tidak terjebak dalam hayalan imajenasinya sendiri. Dio tersenyum manis, lucu sekali gadis yang ada di depannya itu, pikirnya. "Because i want you fix me. Would you be my girlfriend?" Meleleh, Eriska benar-benar meleleh sekarang. Kakinya sudah kayak jelly, pipinya memanas, dan jantungnya pun berdetak sangat cepat. Akhirnya saat-saat yang gadis itu tunggu pun datang juga. Cinta yang selama ini ia pendam pun terbalas, dan tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu. Tentu saja Eriska mengangguk, dan tanpa menunggu lama ia pun menghambur ke dalam pelukan Dio. Masa bodoh jika ini masih di pelukan seseorang. Yang Eriska pikirkan, Dio sekarang adalah rumahnya. Eriska sekarang adalah rumah Dio. Dan mereka berdua akan saling melindungi dan menyayangi. Hanya itu harapan Eriska, hanya itu. Dio pun membalas pelukan cewek yang sekarang sudah menjadi ceweknya itu. Perasaan terisi inilah yang selalu membuat Dio tenang. Ia selalu merasa aman jika ada seseorang yang berada di sisinya. Dio selalu merasa aman jika ada orang yang mencintainya. Dan Dio juga merasa aman ketika ada seseorang yang mau berbagi duka dengannya. Dio selalu merasakan ini ketika ia punya pacar, namun sayangnya Dio mudah bosan dengan satu wanita. Oleh sebab itu Dio selalu gonta-ganti. Karena dari sekian banyak wanita, tidak ada yang membuat jantungnya begetar. Namun itu tidak penting, yang penting pacar-pacar Dio itu bisa membuat Dio nyaman. Senyaman berada di pelukan Eriska. Tak jauh dari kursi dimana Dio dan Eriska tengah berpelukan, ada Bianca yang menatap sepasang umat manusia yang baru jadian itu dengan nanar. Hatinya sakit sekali, air matanya pun tidak kunjung berhenti. Ini baru dua hari, dan kenapa Dio sudah bisa move on darinya? Kenapa? Kenapa dirinya malah masih mengingat lelaki b******k itu? Kenapa? Dan sialnya kenapa Bianca malah menguntit mereka berdua? Kenapa? Jawabannya adalah karena perasaan bodoh yang semakin membuat hatinya sakit. Bianca kira, sebuaya-buayanya cowok, dia tetep punya hati. Namun gadis itu tersadar jika buaya bernama Dio itu benar-benar tidak punya hati. Mungkin itu alasan kenapa Dio tidak pernah mengucapkan kata i love you. Karena untuk mengeksptesikan cintanya, Dio selalu berkata; aku butuh kamu, tetaplah disidiku. Dan dengan bodohnya, Bianca cukup dengan ungkapan cinta itu. Bianca dulu memang bodoh, namun gadis itu tidak akan mengulangi kebodohannya lagi. Dia akan membalas rasa sakitnya ini. Setelah menemukan ponselnya yang berada di saku bajunya, kini sambungan telepon Bianca terhubung dengan seseorang. Seseorang yang bisa membantunya membalas rasa sakit ini. "Habisi dia." Hanya kata itu yang keluar dari mulut Bianca namun sudah menjelaskan banyak hal. Setelah ini Bianca harap, bayang-bayang Dio pergi saja dari hidupnya. Karena cinta itu akan Bianca pastikan sudah lenyap jua. TBC! xoxo, muffnr
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD