London

1336 Words
Dua tahun kemudian ... Di London “Alvaro! Tunggu ish.” Teriak seorang gadis berlari mengejar lelaki yang dia panggil. Merasa namanya dipanggil, lelaki bernama Alvaro itu membalikkan badannya untuk melihat siapa yang sudah memanggilnya, “loh Via, ngapain ngikutin gue ha?” Tanya Al panik, saat melihat sosok gadis bernama Via itu sudah berada tepat di depannya. “Gue mau ikut – hosh – ikut lo ke basecamp lah.” Ucapan Via terpotong karena dia masih sibuk mengatur nafasnya, “hosh – aduh capek banget jalan dari lantai empat sampe basement – hosh.” lanjutnya terengah - engah.  "Kenapa ada di sini? " Tanya Al.  "Mau nyusulin lo. " Cengir Via, "mau ikut. " Lanjutnya sembari menatap mata Al.  "Dokter bilang apa? " Tanya Al menatap Via yang sedang berjongkok dengan kedua tangan berpegangan pada sweater yang dia kenakan. Via menegakkan tubuhnya, "katanya gue udah bisa jingkrang - jingkrakkan, joget, sama balap motor... Terus-" "Stop." Potong Al.  "Yang bener. " Titah Al menatap tajam Via.  "Dokter bilang... Masih harus istirahat dulu. " Ketus Via mengalihkan pandangannya dari Al.  "Terus kenapa di sini? " Tanya Al.  "He." Cengir Via mengeratkan cekalnnya pada ujung sweater Al, "kan ikut. " Cicitnya pelan sembari mengeluarkan senyum manisnya.  "Hm... Gak usah ngasih tatapan gitu. " Ketus Al membuat Via tersenyum senang.  “Lo lewat tangga?” Tanya Alvaro.  “Huh.” Via kembali menegakkan badannya kemudian menatap Alvaro, “lift nya nyangkut di lantai empat.” Ujar Via. Al menatap Via penuh curiga, “bohong... lo kabur kan?” Selidik Al. Via menggelengkan kepalanya, “gak ada ya.” Ucapnya, “aku gak kabur, tadi tuh susternya pergi gak tahu ke mana, terus karena gue gak mau sendiri ya udah deh gue juga ikutan pergi buat nyusul lo.” Cengir Via seraya menundukkan kepalanya karena Al masih menatapnya tajam. “Beneran ih.” Ucap Via menghilangkan keraguan Al kepadanya. "Gak bohong? " Tanya Al memandang wajah Via.  "Enggak." Geleng Via masih menundukkan kepalanya.  "Kalo gak bohong tatap mata gue. " Titah Alvaro.  's**t. ' umpat Via karena kelemahannya adalah tidak bisa menatap mata seseorang saat dia sedang berbohong.  "Bohong kan? " Sinis Al.  Via pun langsung mengangkat kepalanya untuk menatap balik manik mata indah milik Al, "Al kan tahu kalo Via gak bisa bohong kalo sama Al. " Rengek Al.  Alvaro menganggukkan kepalanya, dia berjalan memutari mobil dengan menuntun Via berjalan kemudian membuka pintu mobil untuk Via, “kalo kabur juga bentar lagi nenek pasti telpon gue kok.” Ucap Al acuh. Via pun mendengarnya menghentakkan kakinya kesal, "Ish Al...Via beneran deh gak kabur. Via udah bilang sama Dokter nya kok, terus kata Dokter juga boleh tapi pas pulang harus banyak istirahat jangan capek – capek dulu.” Ucap Via. “Nah itu tahu.” Ujar Al seraya mengusap puncak kepala Via kemudian menutup pintu setelah Via duduk kemudian dia memutari mobil dan membuka pintu untuknya. “Kemarin juga bilangnya gak papa, tau – tau udah pingsan aja.” Kesal Al seraya mulai menyalakan mobilnya. Via mengerucutkan bibirnya kesal, “Ya kan kemarin gue capek banget Al.” Cibir Via seraya menatap Al di sampingnya. “Ya – ya – ya.” Balas Al malas, “pake sabuknya, gue mau ngebut.” Ucapnya melajukan mobilnya. Via menuruti ucapan Al, dia memasang sabuk pengaman dengan gerakan cepat. "Gue anterin ke rumah Nenek aja ya, lo gak usah ikut ke basecamp.” Via menggelengkan kepalanya, “pokoknya gue mau ikut!” Kekeuh Via seraya menatap Al kesal, "kalo Al gak mau aja Via... Via bakal marah sama Al selama tujuh tahun. " Ancam Via menyilangkan tangannya di depan d**a.  "Gak bisa marah barang semenit aja sama gue ancamannya mau tujuh tahun. " Ejek Al seraya mengacak rambut Viia.  "Ish Al... " Rengek Via, "ikut ya - ya - ya, nanti kalo Al mau bolehin Via itut, Via kasih Al satu kali ciuman deh. " Tawar Via pada Al.  "Di mana? " Tanya Al sembari menunjuk bibirnya membuat Via mendelik kesal.  "Cium mana aja, asal jangan bibir ya. " Rahul Via, "nanti Via cium pipi Al sepuluh balikan deh. " Tawar Via sembari mengadahkan wajahnya menatap Al.  "Kebanyakan itu. " Kekeh Al.  Via pun menggelengkan kepalanya, "enggak kok. " Kekeh Via, "Al lupa ya, dulu Via juga kan bisa cium pipi Al dia puluh balikan. " Kekehnya diiringi tawa Al.  "Itu kan waktu kecil Vi, kamu gak inget bibir kamu sampe kering pucet? " Ejek Al.  Via pun langsung terkekeh, "iya ya, bibir aku sampe pucet kering loh. Terus pipi Al merah semua, soalnya dulu Via minjem lipstik punya mama. " Tawa Via pecah mengingat tingkahnya saat kecil dulu.  Al terpaku melihat tawa renyah milik Via, "gemes deh, sini dulu. " Ujar Al menangkup wajah Via kemudian dengan cepat menggigit hidung kecil milik gadis itu.  "Awsh." Ringis Via cemberut kesal, "tau ah... Udah kayak gini pasti Al nyebelin. " Ketus Via, "sini lihat Via..." Al pun menatap Via, "mau ngapain? " Panik Al saat Via mengeluarkan liptint miliknya yang sering dia simpan di dashboard mobil Al.  "Ini bukan arah ke Basecamp, cepet puter balik atau Via cium. " Ancam Via menyadari kalau Al akan membawanya pulang ke rumah.  Al menghela nafas, “oke.” Putusnya seraya memalingkan wajahnya ke arah lain, "udah jangan merah - merah bibirnya... Gak suka lihatnya. " Omel Al.  "Gak suka atau gak tahan lihatnya? " Goda Via mencolek dagu Al.  "Udah punya pacar jangan genit. " Ketus Al.  "Al lupa ya, Via udah free sekarang. " Kekeh Via.  "Hm... Makanya cepet cari pacar lagi biar gak kesepian. " Ejek Al.  "Al juga kan gak punya pacar. " Ketus Via, "kalo Via punya pcar nanti Al jauhin Via kayak dulu gak? " Tanya Via pada Al.  "Kapan Al jauhin kamu? " Tanya Al.  "Waktu Via pacaran sama Geva kan Al sedikit jauhin Via. " Ujar Via.  "Bukan Al yang jauhin kamu, tapi kamu yang sibuk ngurus Geva. " Gerutu Al kesal, "sampe Geva sakit aja kamu nginep di rumahnya, udah kayak istrinya gitu. "  "Aduuuh Via gak tahu kalo Al cemburu, jadi Al jealous ya. " Kikik Via, "Al nya juga sibuk terus sama anak Fast... Jadi jarang maen sama Via. " Renggut Via kesal. "Udah ah, jangan ngomongin hal itu lagi. Via gak mau buka mulut lagi buat cerita itu. " Ketus Via, “Al, lo masih pake kaos kan? Via mau pinjem sweater ini, nanti banyak yang ngira Al culik pasien Rumah Sakit lagi.” Pinta Via seraya menarik – narik sweater milik Al. Al berdecak kesal, dia menepikan mobilnya di tempat yang sepi. “Nih.” Ketus Al seraya memberikan sweater miliknya, "tadi aku - kamu, sekarang lo gue. " Gerutu Al.  "Gak pap, Via kan suka gitu. " Ucap Via tersenyum senang seraya merebut sweater Al kemudian memakainya, “gak sekalian pinjemin gue celananya Al?” Tanya Via menatap Al dengan tatapan jahil. “Bawa aja semuanya Vi sama sepatunya juga, biarin gue gak pake apa – apa juga.” Ucap Al menanggapi candaan Via. “Bener nih?” Usil Via. “Ya kalo lo berani itu juga.” Ujar Al sembari menjalankan kembali mobilnya. Via terkekeh pelan, “lo nantangin ya Al. " Kekeh Via seraya memiringkan tubuhnya ke arah Al, “mau baju dulu atau celana dulu?” Bisik Via, “celana dulu kali ya.” Cengirnya seraya memajukan wajahnya menatap Al dari samping. "Hadeuh... Via mode m***m gini nih. " Gerutu Al.  Al menahan wajah Via dengan tangan kanannya saat perempuan itu hendak mendekati wajahnya, “duduk yang bener, Sivia” Ujar Al terdengar dingin di telinga Via, "gak usah macem - macem. " Via mengerucutkan bibirnya, “ish, lagian kan gue Cuma bercanda doang emangnya gak boleh ya, tadi aja nyuruh lah sekarang marah - marah.” Ketus Via tak terima, “ckckck, sepupu Via yang ini kagak asyik ah. ” Lanjutnya berdecak kesal seraya memalingkan wajahnya ke arah jendela. “Orangnya moodyan, tadi aja lagi bercanda eh sekarang malah dingin banget kayak air kalo pagi – pagi.” Ketus Sivia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD