Satu

1380 Words
Seorang gadis muda mengenakan seragam hitam dan berkucir kuda. Sesekali senandung kecil terdengar riang. Di tangannya sudah penuh dengan nampan berisi makanan yang di pesan oleh pelangganya “Bell, satu porsi lagi untuk mejaku” teriak seorang pelanggan di sudut rumah makan kecil ini “Baik, Mr. Witzch segera aku antarkan” jawab Ara atau yang banyak di kenal dengan Belle “Bell, tambah minuman lagi” “Baik, Mrs. Laura. Tunggu sebentar” jawwab Ara riang Seseorang memperhatikan Ara yang berlalu hilir mudik sibuk dengan pesanan yang mengantre untuk di antarkan. “Franz, keluar bantu Ara mengantarkan pesanan” teriak sang bos “Sebentar bos, di dapur juga kekurangan orang” jawab Franz dari dapur “Tenang Bos, Ara bisa menangani semua” ujar Ara yang mencuri dengar ucapan Bosnya “Sudah dari tadi kau, berjalan di depanku seperti model” keluh Pak Bos “Ara memang model di rumah makan kita kan” celetuk Stefan yang datang dengan sekeranjang bahan masakan “Oh kau Stefan, cepat bantu Ara di depan” ujar Pak Bos saat melihat Stefa masuk ke restoran “Lalu, bahan ini siapa yang akan memasaknya?” “Ada istriku yang sudah memasaknya, juga ada Franz yang di dapur. Kau letakkan itu bahan dan segera kemari” ujar Bos memberikan instruksi perintah “Baiklah Bos Besar” kelakar Stefan yang membuat Ara terkikik geli “Dasar bocah tengik!!” Stefan yang mendengarnya hanya tersenyum semakin lebar Dari dapur, Mrs. Luisa yang mendengarnya langsung keluar dari dapur dengan membawa spatula di tangan kanannya dan celemek yang menempeli tubuh bagian depannya “Andy, dilarang mengumpat di sini” tegur Mrs. Luisa “Oh istriku!! aku hanya kesal pada Stefan” rajuk Andy yang langsung bergelendot di lengan istrinya “Bos sedang butuh lawan Mrs. Lui” timpal Ara yang baru saja meletakkan nampan di meja pesanan “Bell, satu porsi sup labu” teriak Stefan dari depan “Baik, tunggu sebentar” jawab Ara yang sudah berdiri dan sebelumnya menuliskannya di kertas pesanan “Sudah aku mau kembali ke dapur, ada pesanan lainnya” ucap Luisa yang melepaskan tautan tangan suaminya dan kembali ke dapur Ara tersenyum melihat interaksi mereka. Dua orang pemilik rumah makan tempatnya bekerja ini sangat baik padanya. Menganggap Ara seperti putrinya sendiri. Meski selalu adu mulut namun, mereka malah terlihat mesra dengan caranya “Bell, nanti jangan lupa bawa bubur ayam di dekat kompor itu untuk nenek” ucap Mrs. Luisa yang baru masuk ke dapur dan melihat Ara selesai berganti baju “Wah, terimakasih Bu Bos. Nenek pasti suka” Mrs. Lusia tersenyum mendengarnya “Sisakan untuk nenekmu jangan di habiskan sendiri” sindir Mr. Andy yang baru masuk ke dapur “Huh!! Pak Bos ini tau-tau aja” ucap Ara berakting merajuk “Bell, ayo pulang” ajak Stefan yang melongokkan kepalanya ke ambang pintu dapur “Oh iyaa sebentar” “Pak Bos, Bu Bos, Ara pamit pulang. Terimakasih sup ayamnya” ucap Ara yang bergegas mengambil tas juga rantang berisi sup ayam Stefan juag Ara berjalan pelan menuju rumah mereka. Sesekali mereka bercanda dan saling usil. Stefan terlihat nyaman bercanda dengan Ara, gadis kecil yang membuatnya slalu tersenyum. Mengusak ramput kemerahan Ara pelan dan di tepis oleh Ara “Dih Stefan stop it!! Rambut aku berantakan” gerutu Ara sambil memperbaiki rambutnya “Halah bentar lagi juga sampai rumah trus mandi kan. Bisa di sisir” sangkal Stefan Ara hanya mendengus sambil cemberut kesal sedangkan Stefan tersenyum sambil menatap Ara yang kesal. Pipi memerah dan chubby Sampai di persimpangan jalan mereka berhenti. Stefan menatap Ara “Oke Stef, Ara jalan ke sini. Sampai jumpa besok” ucap Ara sebelum melangkah pergi “Hati-hati” Ara menganggukkan kepalanya dan berjalan pergi. Sedangkan Stefan masih berdiri di sana dan menatap Ara. Memastikan gadis kecil itu masuk ke rumahnya Setelah melihat punggung kecil itu masuk ke rumah di ujung jalan, barulah Stefan berjalan menuju rumahnya. . . . . Luke memandangi langit malam yang sepertinya tertutup awan. Terlihat bulan sabit yang mengintip di balik awan mendung. Bintang-bintang juga terlihat beberapa menghiasi awan. Hembusan angin terasa menggoyangkan dedaunan yang mulai menguning bersamaan dengan bergantinya musim. Suara burung hantu yang bertengger juga memeriahkan suasana malam ini. Sedikit sunyi dan hanya terdengar gesekkan ranting juga langkah kecil yang akan terdengar menggema Sekilas Luke melihat orangnya mendekatinya. “Pangeran, ada pergerakan dari orang Ratu sebelumnya” Luke terdiam. Memberikan kode dengan tangan kanannya, tak lama orang suruhannya itu pergi menembus malam Menghela napas pelan. Seperti dugaannya, sang ibu mulai bergerak. Entah rencana apalagi yang akan dilakukan ibunya kali ini. Bahkan Luke merasa desas desus yang berkeliaran beberapa minggu ini juga ada campur tangan dari ibunya. Ia mencoba diam. Belum tahap ia ikut campur akan ia lihat dulu maksud dan tujuan sebenarnya sang ibu sebeum mengambil langkah nyata kemudian. Ketukan di pintu kamarnya membuat Luke menoleh. “Siapa?” “Saya Pangeran” “Masuk” Tak lama seseorang masuk ke dalam kamarnya. Dengan pakaian resmi biasanya. Semiformal. Jas hitam “Ada apa?” tanya Luke langsung tanpa menoleh seolah ia tahu siapa yang datang “Saya mendapatkan sedikit informasi mengenai Raja dan Ratu, Yang Mulia” Luke menoleh dan berbalik. Menatap ajudan sekaligus sahabatnya sejak kecil “Katakan” “Perjalanan Raja ke Barat tidak hanya masalah perbatasan namun ada kerjasama di bawah meja, Yang mulia” Luke diam. Ia mengalihkan pandangannya. Pamannya sudah bergerak ternyata “Aku mengerti” Henry menganggukkan kepalanya “Yang Mulia, sudah malam waktunya Anda istirahat” ucap Henry sebelum keluar “Aku tahu, keluarlah” “Baik, saya permisi” Luke menatap lukisan wajah Ayahnya, pandangnnya berubah. Ada raut kerinduan di kedua mata Luke “Ayah, lindungi Luke juga Ibu” gumamnya penuh harap Menatap kembali langit mendung yang tidak terlalu kentara dengan redupnya cahaya bulan yang mengintip di sana juga bintang yang berkerlip bergantian. “Apa yang harus ku lakukan nantinya” Pagi hari sudah merayapi bumi sekitar Kerajaan Alore. Sinar matahari mulai menampakkan sinarnya. Hawa dingin namun masih terasa sisa pergantian musim juga mulai merayapi permukaan bumi. Luke merasakan silau dari sinar matahari yang menembus gordennya. Ia lupa menutupnya kemarin malam. Dan membiarkannya menatap keluar dengan bebas Matanya menyipit karena silau bahkan terdengar erangan kesal dari bibir Luke. Beralih dengan membalikkan tubuhnya dan kebali untuk terlelap. Kemarin malam ia baru bisa memejamkan kedua matanya saat shift jaga gerbang depan terlihat. Menunjukkan tengah malam. Ketukan juga panggilan di depan pintu kamarnya oleh Henry membuat Luke makin menggerang malas. “Yang Mulia sudah waktunya Anda bangun, ada pertemuan dengan kepala tentara kerajaan” ujar Henry masih di depan pintu kamar Luke Luke menggerang malas dan mencoba membuka kedua kelopak matanya “Hm” Henry yang mendengar erangan Tuannya segera masuk ke dalam kamar Luke sebelumnya ia sudah mengetuk untuk meminta izin “Selamat pagi Yang Mulia” “Hm” jawab Luke dengan mata sedikit terbuka Henry membuka gorden kamar Luke lebih lebar membuat cahaya matahari semkain memenuhi kamar Luke yang mulanya gelap menjadi terang. “Sudah saya siapkan kamar mandi serta baju Anda, silakan bersiap” ucap Henry lagi Luke yang masih merasakan sisa kantuk terduduk dengan mata terpejam. Seolah sadar sesuatu Luke menyipitkan kedua kelopak matanya mencari keberadaan Henry “Henry, soal Ibu bagaimana?” tanya Luke pelan dengan suara serak “Menurut informan memang ada keterlibatan Yang Mulia Giorgina, namun…” Luke menatap Henry dengan kedua matanya yang masih menyisakan kantuk di bawah matanya “Ada apa?” “Anda masih ingat Perdana Menteri adalah Paman Yang Mulia?” Luke menganggukkan kepalanya “Paman Alex maksudmu?” tanya Luke “Benar Yang Mulia, kakak Yang Mulia Girogina yang banyak menjalankan anak buahnya” jelas Henry Luke terdiam. Kepalanya sedikit berdenyut. Henry yang melihat perubahan raut Luke yang terlihat mengurut pangkal hidungnya “Silakan minum dulu Yang Mulia” ucap Henry menyodorkan segelas air putih yang ada di meja samping tempat tidur Luke menerimanya dan menenggaknya hingga sisa separuh. Dan memberikan kembali pada Henry “Silakan Anda mandi dulu, Yang Mulia” Luke menganggukkan kepalanya dan segera beranjak berdiri berjalan pelan menuju kamar mandi. Tak lama terdengar kran shower menyala. Henry mempersilakan pelayan masuk dan membersihkan kamar Luke sementara ia mandi. “Segera selesaikan sebelum Yang Mulia Pangeran selesai mandi” “Baik Tuan” . . . . 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD