Flashback 1

815 Words
Flashback "Yank, aku hamil," kataku pagi itu saat Rama menjemputku di tempat kost ku. "Apa? Nggak salah kamu Yank? Bukanya kita sudah selalu berhati hati," jawab Rama terlihat sangat kaget. "Aku tadi sudah coba pakai testpack Yank. Dan hasilnya positif. Aku juga tidak tau Yank. Terus kita harus gimana?" kataku makin cemas dan mulai menangis. "Haduh bagaimana ya Yank, apa kita coba jatuhkan saja? Kan kita masih semester dua juga kan Yank, kita masih muda," katanya sambil memegang tanganku. "Aku tak ingin menambah dosa lagi Yank. Sudah banyak sekali dosa yang kita lakukan," "Aku tahu itu Yank. Tapi apa lagi yang harus kita lakukan? Kalau sampai orang tua kita tahu, bisa gawat Yank. Mereka pasti tak akan menerima ini. Semua malah akan lebih runyam. Aku pun belum siap menjadi seorang ayah," katanya sambil mengacak rambutnya sendiri. "Aku pun bingung Yank. Tapi satu yang pasti aku tak ingin menambah dosa lagi, dan aku minta kamu bertanggung jawab Yank, sebelum perutku ini semakin membesar. Aku ingin tanya sesuatu. Apakah kamu benar benar mencintaiku?"  "Aku sungguh sungguh mencintaimu Yank, saat ini dan sampai kapanpun," katanya meyakinkanku. "Kalau memang kamu benar benar mencintaiku, maka kamu pun akan bertanggung jawab pada kehamilanku ini,"  Rama diam beberapa saat, aku tahu dia pasti sangat bingung dan takut saat ini, sama sepertiku. Di usia kami yang masih sangat muda, dan masih semester dua, kami belum siap untuk menikah. Salah kami juga yang terlalu berani dalam berpacaran, hingga lupa akan akibat yang datang. Saat itu kami masih berstatus menjadi mahasiswa semester dua, di sebuah perguruan tinggi swasta di kota Pahlawan itu. Karena jarak dari rumah ke kampus yang jauh, sekitar dua setengah jam perjalanan, akhirnya orangtua ku memperbolehkanku ngekost. Namun sayang aku menghianati kepercayaan mereka, aku tak bisa menjaga diri. Enam bulan berpacaran dengan Rama, nyatanya kami sudah sering melakukan perbuatan haram itu. Sedangkan Rama, adalah asli warga Surabaya. Dia adalah anak seorang kepala sekolah sebuah SMA di sana. Dia sama seperti ku, dua bersaudara, namun dia adalah anak bungsu, sedangkan Kakak perempuannya, sedang kuliah kedokteran di kota Malang, dan sudah semester akhir. Setiap hari dia akan mengantar jemputku dari kost ke kampus. Selama berpacaran enam bulan itu, aku belum pernah sekali pun aku ke rumahnya. Karena aku juga belum siap. "Baiklah aku akan bicarakan hal ini dengan keluargaku. Kamu yang sabar ya Yank. Maafin aku juga dulu telah memaksamu melakukan semua ini. Kita akan melewati semua ini bersama sama," dia berkata padaku sambil tersenyum. "Terima kasih Yank kamu mau bertanggung jawab. Ini adalah kesalahan kita berdua, jadi kita berdua lah yang harus menanggung akibatnya. Namun aku tak akan memberitahukan kehamilan ini dulu pada orangtua ku Yank. Aku menunggu sampai orang tuamu memberikan restunya,"  Setelah itu, Rama membicarakan semua ini dengan orang tuanya. Dan mereka pun sangat marah. Mereka berharap banyak dari anak laki lakinya itu, dan mereka tak ingin Rama menikah muda.  ***** ***** ***** Keesokan harinya kembali kami bertemu, di kost, kebetulan hari itu adalah hari Sabtu, tak ada kuliah. "Yank, maafin aku ya. Mama dan Papa tak setuju kalau kita menikah. Mereka malah memberiku uang untuk menjatuhkan janin itu," kata Rama, lesu. "Apa kamu tak bisa memberi pengertian pada mereka? Apa kamu nggak sayang sama anak ini Yank?" "Aku tak bisa lagi memaksa Yank, aku juga tak ingin menyakiti kedua orang tuaku. Lagi pula ternyata Mama sejak lama telah menjodohkanku dengan anak temanya, dan sebentar lagi kami akan bertunangan. Maafkan aku Yank. Sepertinya aku tak bisa menikahimu saat ini, sebesar apapun cintaku padamu, namun aku pun tak bisa menolak keinginan Mama dan Papaku,"  "Pengecut sekali kamu menjadi seorang laki laki. Kenapa tak dari dulu kau katakan kalau orang tuamu tak merestui hubungan kita, dan sudah menjodohkanmu?. Sekarang pergilah, dan jangan pernah temui aku lagi!!. Aku tak butuh laki laki sepertimu!!." teriakku sambil menangis. "Maafkan aku Yank. Semua diluar perkiraanku dan tanpa sepengetahuanku. Terima lah uang ini Yank, gunakan untuk meluruhkan janin itu, mulailah kembali menata hidupmu, gapai cita citamu. Aku yakin kamu bisa bahagia tanpa aku. Maafkan aku sudah menghancurkan hidupmu," katanya sambil menaruh amplop coklat yang kemungkinan besar berisi uang itu diatas meja. Ku ambil amplop coklat tersebut dan membuangnya tepat di muka nya, "Pergi kamu dan bawa semua uangmu. Aku tak butuh ini semua!!!. Aku akan selalu menjaga anak ini, meski tanpamu. Tak usah kau urusi hidupku!!" Aku pun segera masuk ke dalam kamar kost dan membanting pintunya. Aku menangis sejadi jadinya, menyesali semua yang telah terjadi. Betapa bodohnya aku yang sudah percaya dengan rayuan gombalnya. "Yank, buka pintunya! Ku mohon sebentar saja," kata Rama dibalik pintu. "Pergi kamu!! Aku tak ingin bicara denganmu dan aku pun tak ingin lagi bertemu denganmu. Sungguh menyesal aku menjalin hubungan denganmu!! Pergi!!"  Tak lagi aku menghiraukan ketukan dan juga panggilannya dari luar. Aku sudah tak ingin tahu apapun tentangnya. Mengapa begitu mudah dia meninggalkanku, disaat keadaanku terpuruk seperti ini. Mana janji janjinya yang selalu akan mencintaiku selamanya. Sungguh aku menyesal telah mengenalnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD