bc

Past, Present, and Future

book_age12+
468
FOLLOW
1.8K
READ
love-triangle
goodgirl
drama
comedy
sweet
like
intro-logo
Blurb

Vale membenci Bhisma setengah mati, teman sekolahnya yang kerap kali terlibat adu mulut serta taruhan-taruhan tidak masuk akal yang sialnya Vale turuti demi menjaga gengsinya. Bhisma itu licik, manipulatif, tengil, jail, dan sok ganteng. Vale membenci setiap hal yang melekat pada Bhisma, entah itu sikapnya, caranya berjalan, bahkan hingga cara Bhisma bernapas yang menurut Vale pemborosan udara.

Perseteruan keduanya terus berlanjut setiap kali mereka di sekolah, dari alasan yang masuk akal, hingga tidak masuk akal. Aksi saling membalas terus menerus terjadi, karena satu pihak yang merasa kerap kali dicurangi, dan pihak lain akan turut serta membalasnya. Dalam perseteruan itu, Bhisma kerap kali melibatnya Ricky sebagai sahabatnya untuk mengerjai Vale.

Hingga seorang anak baru datang ke sekolah mereka. Gani, murid pindahan yang menjadi dekat dengan Vale karena kecocokan mereka dalam mengobrol dan memiliki hobi yang sama. Vale menyukai interaksinya bersama Gani. Wawasan cowok itu begitu luas, mengobrol dengannya juga mengasyikan, terlebih lagi Gani juga hobi membaca dan memiliki buku favorit yang sama dengan Vale.

Bersamaan dengan itu, Bhisma malah menyatakan perasaan terhadapnya, dan memohon agar Vale tidak berhubungan dengan Gani. Bhisma yang bersikap seenak jidat itu, tanpa ada angin dan hujan mengatakan menyukai Vale? Bahkan Vale lebih percaya bahwa Bhisma sakit jiwa alih-alih menyukainya.

chap-preview
Free preview
Part 1
* * * * * * * * * Part 1 * * * * * * * * * Tak jauh dari gerbang SMA swasta  yang berada di bilangan ibu kota, berdiri dua siswa dengan menggunakan seragam dengan badge  yang sama di bahunya. Baju seragam berwarna putih abu,  yang mana digunakan pada hari selasa di sekolahnya sebab hari senin munggunakan putih putih untuk upacara. Dua siswa itu tampak saling berhadapan, menatap sengit satu sama lain, seolah tatapan keduanya mampu untuk saling membunuh. Tatapan kebencian di antara keduanya  yang senantiasa mewarnai mereka, sebab rasa benci satu sama lain  yang tak kunjung usai, meski sudah banyak hari hari  yang terlewati dilalui dengan ajang balas dendam terus menerus seolah tiada akhir. Angin berhembus melewati keduanya, membuat beberapa anak rambut dari cewek  yang berdiri dengan tegak tanpa rasa takut menghadapi cowok di depannya  yang disinyalir jelmaan iblis tekutuk saking biadab kelakuannya – menurut Vale tentu saja. Beberapa orang tampak melintas, dari mulai siswa  yang juga satu sekolah dengan mereka, hingga para pekerja kantoran  yang hendak berangkat kerja, atau juga tukang dagang  yang mendorong gerobaknya demi mencapai pangkalannya  dan  menjajakan dagangannya. Belum lagi beberapa motor  yang melintas di samping mereka  yang seolah  tidak  ada habisnya. Tapi hal tersebut sama sekali  tidak  membuat mereka gentar untuk menuntaskan apa pun kebutuhan mereka saat ini. Si cowok menatap sang cewek gemas, melihat Vale  yang tampak menatapnya begitu sengit dengan matanya  yang melotot  dan  garis wajahnya  yang terlihat begitu  j e l a s  . Cowok tersebut seolah menikmati setiap reaksi amarah  yang muncul dari wajah cewek itu. Ia sudah menyaksikan ini ratusan kali, atau mungkin ribuan, ah salah, setiap detik saat cewek itu berhadapan dengannya, reaksi seperti ini lah  yang ditampilkan. Tatapan amarah, benci, dendam, gemas, seolah ingin menghajar  dan  membumi hanguskan dirinya detik itu juga. Cowok itu nyaris menyemburkan tawanya melihat ekspresi berlebihan Vale  yang selalu sukses terpancing emosi jika berhubungan dengannya. Se dan g  yang ditatap benci setengah mampus! Rasanya ingin sekali Vale menampol kepala  yang jaraknya dapat dikatakan dekat. Rasanya menampol saja terlalu baik, ralat, Vale ingin menebas kepala di hadapannya hingga terlepas dari anggota tubuhnya lalu menggelinding ke jalan raya. Berlebihan? Oke, saat ini pasti Vale lebih terdengar seperti seorang psikopat s***s alih alih menjadi siswa SMA  yang baik, manis,  dan  rajin. Meski sebenarnya Vale  tidak  rajin rajin amat, oh bukan, kata rajin  dan  Vale rasanya bakhkan  tidak  pantas untuk disandingkan. Vale terlalu malas untuk bisa dikatakan rajin, tapi ya gak males banget juga. Duh gimana yaa? Pokonya Vale tergolong siswa  yang wajar wajar aja, gak males, gak rajin juga. Gak pinter pinter amat, tapi gak g****k. Vale berada di tengah tengah segala sesuatunya. Namun, Vale bisa berubah menjadi pendendam jika dihadapkan dengan iblis di depannya ini. Vale benci setengah mati, terlebih melihat tatapannya  yang tampak menghina dirinya  karena  aksi kemenangannya itu. Vale ingin memberikan kaca mata hitam pada cowok itu agar Vale  tidak  perlu melihat matanya  yang meman dan g dirinya meremehkan sekali,  h a n y a    karena  suatu kemenangan semu  yang tengah di dapatkan cowok itu. Padahal ia yakin, tuh cowok juga menang  karena  hasil curang. Memang selalu begitu kan? Vale saja  yang sering terlambat menyadari kecurangan cowok itu, makanya selalu berakhir dengan kekalahan. Namun, meski begitu Vale tetap membenci cowok itu hingga detik ini  dan  ingin menghajarnya detik itu juga. "Mau jalan jongkok, atau, lari di lapangan, hm?" tanya Bhisma--cowok  yang manisnya gak pake manis buatan ini meman dan g musuhnya dengan tatapan seakan menantang. Na dan ya pongah sekali, seolah dirinya merupakan pemenang olimpiade  yang mengharumkan seisi negeri  karena  prestasinya, padahal pencapaian cowok itu nyaris  tidak  ada, kecuali membuat Vale meringis berkali kali dalam satu hari  karena  berhadapan dengan cowok itu. Senyum  yang tercipta di wajahnya juga membuat Vale ingin menghajar bibir itu agar  tidak  perlu menarik setiap sudutnya  dan  menciptakan sebuah senyum  yang ingin Vale lenyapkan. Gak ada manis manisnya, yanga da Vale malah ingin menghapus bibir itu dari anggota tubuh Bhisma agar cowok itu  tidak  bisa tersenyum lagi seperti iblis dari neraka. Sebentar, tadi Bhisma bilang apa? Haa,  yang benar saja, pagi-pagi 'cewek' disuruh pilih jalan jongkok atau lari di lapangan. Pilih  yang mana coba kalo kalian disuruh pilih?  j e l a s   gak mau dua-duanya! Jalan jongkok atau pun lari, dua duanya sama sama capek. Mana Vale juga  h a n y a   sarapan Dikit, gak bisa lah makanan tadi membuat energinya segera vit untuk disumbangkan pada kegiatan jalan jongkok atau pun lari  yang pasti akan sangat menguras tenaga sekali.  yang ada Vale sudah banjir keringat di pagi hari, padahal ini bukan jam olahraga, terlebih lagi ia menggunakan seragam  yang bahannya  tidak  mampu untuk menyerap keringat dengan baik. Bisa bisa seragamnya akan lepek  dan  berbau sepanjang hari  karena  olah raga t***l  yang dianjurkan Bhisma ini. Coba bayangkan, jalan jongkok dari sini ke gerbang sekolah? Astaga! Itu jaraknya lumayan. Kini mereka masih berada di radius sekita 500 meter dari sekolah  dan  Vale di suruh jalan jongkok?  yang ada kakinya kesemutan berkepanjangan saking  tidak  tahannya dengan berjalan jongkok. Lagian, memangnya ini ospek siswa baru apa,  yang segala di suruh jalan jongkok. Vale sudah mengalaminya juga, untuk apa Bhisma malah menyuruhnya lagi dengan seenak jidat? Padahal jika kaki Vale cidera atau pegal pegal, Bhisma juga gak akan mau membelikan obat sakit kaki pada Vale untuk mengurangi seDikit rasa nyeri di kakinya itu. Apa lagi lari! Vale sudah membenci cabang atletik satu itu meski harus di jalani saat jam olah raga. Vale lebih memilih nilainya  tidak  besar besar amat di banding harus kelelahan  karena  lari itu.  dan  saat ini ia malah diberikan pilihan lari oleh iblis kecil itu, tentu saja harusnya Vale menolak dengan keras usul paling  tidak  manusiawi  yang dilayangkan Bhisma. Ia  tidak  mau rematik di usia muda  karena  harus lari atau pun jalan jongkok. Ia ingin bernapas dengan normal tanpa dihantui setan di depannya ini. Pilihan  yang diberikan Bhisma memang lebih mirip p********n dibanding option  yang bisa di pilih dengan baik. "Gimana kalo--" Vale mencoba memberikan usul lain, berusaha agar pilihan tersebut terasa lebih baik  dan  dirinya  tidak  perlu lari lari di pagi hari atau pun jalan jongkok  yang membuat napasnya bisa jadi pendek pendek  karena  aktivitas tersebut. Cewek itu tampak berusaha berpikir pilihan lain  yang lebih manusiawi  dan  bisa dijalankan olehnya. Namun, segalanya mendadak buyar, Vale  tidak  sempat memikirkan apa pun sebagai ganti dari lari  dan  jalan jongkok itu. Sepertinya efek masih pagi  dan  se dan g di landa emosi, membuat Vale  tidak  mampu berpikir jernih untuk memberikan tawaran lain, sehingga dirinya  tidak  mampu memikirkan pilihan lain saat Bhisma justru sudah lebih cepat untuk membuka suara lagi. Bhisma memotongnya dengan cepat. "--gue c u m a punya 2 pilihan. Kalo lo gak mau, berarti lo pengecut,  dan  siap-siap aja buat pake, um," cowok ini meman dan g sekolah nya  yang masih jauh di depannya, mencari-cari teman  yang sepihak dengannya. Matanya berusaha menyapu kawasan sekitar untuk menemukan sahabat karibnya itu  yang akan dengan senantiasa membantunya menyiksa cewek ini. Cewek  yang selalu bersungut sebal setiap kali berhadapan dengannya,  yang selalu mengomel paling depan atau mengeluh, atau merapalkan segala macam makian saking kesal dengan dirinya. Namun, Bhisma menikmati semua itu. Ia menikmati setiap kali Vale mengoceh atau memasang wajah kesal bukan main seolah ingin membunuhnya detik itu juga. Tapi, yeah, apa  yang bisa dilakukan tangan kecil nan mungil itu? Menabok Bhisma saja masih bisa di halau  dan  ia pelintir, meski Bhisma tentu saja  tidak  akan setega itu juga untuk memelintir tangan cewek ini. Bhisma akhirnya menemukan temannya. Aha, ternyata temannya itu sudah menunggu tepat didepan gerbang sekolah, sambil menenteng sebuah papan nama  yang kecil  yang suka dipake buat name tag MOS itu loh. Gak kecil-kecil banget sih, cocok lah buat mempermaluin seseorang. Bhisma tersenyum lebar melihat hal tersebut, ide tersebut ia dapatkan begitu saja,  tidak  terlalu parah tapi ia yakin Vale tetap akan memprotes. Sebenarnya, memang hobi cewek itu akan memprotes apa pun  yang dilakukannya sih. Justru jika Vale kalem kalem saja itu baru aneh, bisa bisa Bhisma malah merinding melihatnya. Bagaikan sebuah fenomena keajaiban dunia  yang  l u a r   b i a s a   langka,  dan  itu pasti sangat jarang terjadi. Vale akan selalu mengeluh  dan  mengomel jika itu berhubungan dengannya, Bhisma sudah sangat memahami hal tersebut  dan   tidak  heran juga melihatnya. Ia sudah terbiasa dengan sikap cewek itu sejak lama sekali,  dan  tetap tak bosan juga menjahilinya. "itu? Gimana? Ayo, pilih!" Tunjuk Bhisma ke arah gerbang, tempat temannya sudah berdiri sambil tersenyum riang, memperhatikan Bhisma  dan  Vale. Ricky – sahabat Bhisma  yang sudah berdiri di depan gerbang dengan menenteng papan tersebut, tampak memamerkan papan  yang dipegangnya agar terlihat  j e l a s   oleh Vale. Seolah memberi tahu bahwa nasib  yang akan menimpa Vale ada di tangannya saat ini. Cowok kurus itu tersenyum riang, seolah turut bahagia dengan p********n  yang tengah dirasakan Vale ini. p********n batin  dan  mental  yang  l u a r   b i a s a    karena  di sebabkan oleh kelakuan Bhisma  dan  sahabatnya  yang tak kalah gila itu. Ricky  h a n y a   menjalankan tugasnya dengan hati riang  karena  ia juga cukup menikmati kekonyolan antara Bhisma  dan  Vale  yang  tidak  pernah berakhir itu. Cewek disamping nya ini juga ikut meman dan g ke arah  yang sama dengan Bhisma, seketika itu ia langsung mengentakkan kaki dengan kesal  dan  merengut sebal. Matanya membesar pertanda bahwa ia juga  tidak  menyukai pilihan itu. Sepertinya Vale memang membenci seluruh pilihan  yang ada, sebab ia  h a n y a   ingin masuk ke sekolah dengan aman, selamat,  dan  sentosa tanpa di ganggu oleh bayangan iblis di depannya  yang ingin ia doakan ayat kursi agar segera pergi dari hadapannya juga. atau mungki Vale harus membacakan serangkaian kitab kitab suci dari agama lain juga agar setan di hadapannya bisa segera lenyap dari permukaan bumi detik itu juga  karena  Vale sudah muak dengan Bhisma  dan  segala tingkahnya  yang selalu mengganggu ketentraman hidupnya  yang sebelum ini damai. * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * T o  B e  C o n t i n u e d * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * * 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Skylove (Indonesia)

read
109.5K
bc

HURTS : Ketika Hati Yang Memilih

read
115.4K
bc

Everything

read
275.8K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

HELP ME - BAHASA INDONESIA (COMPLETE)

read
10.0M
bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

DIA UNTUK KAMU

read
35.3K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook