Aku yang berharap terlalu banyak dari hubungan ini

1064 Words
Masih sangat pagi saat Yang Rou We sampai ke rumah sakit, suasana masih sepi namun ada resepsionis yang berjaga selama 24 jam. "Pagi sus," sapa Yang Rou We di depan resepsionis. "Pagi, ada yang bisa saya bantu?" "Saya ingin tahu ruangan atas nama Hanan," ucap Yang Rou We dengan senyum kecilnya. "Tunggu sebentar," setelah beberapa saat wanita itu mengalihkan pandangannya dari komputer di depannya. "Apa namanya Alhaf Hanan Farras?" "Oh, maaf. Saya hanya tahu nama panggilannya saja," Yang Rou We tersenyum bodoh. "Tapi anda hari ini beruntung, dari banyak pasien hanya ada satu nama yang bernama Hanan." "Ohh betulkah? Syukurlah jika begitu." "Kamarnya ada di VVIP no 034." "Terimakasih," ucap Yang Rou We. Kemudian Yang Rou We naik lift untuk menuju kamar Hanan, tidak membutuhkan waktu lama akhirnya Yang Rou We sampai tidak jauh kamar itu, tapi dia tidak jadi membuka pintu itu karena ada dua orang yang akan masuk ke ruangan itu tapi masih bercengkrama di sana. "Apa dia sudah siuman?" Perawat itu hanya mengeleng menanggapi pertanyaan dari dokter jaga. "Kamu harus sering-sering melihatnya, jika dia siuman langsung kabari saya, aku tidak ingin kena teguran gara-gara kita tidak merawat dengan baik putra kepala rumah sakit ini. Mata Yang Rou We membuka lebar, dia baru tahu jika Hanan seorang anak dari ketua kepala rumah sakit ini, mereka sudah cukup dekat namun Yang Rou We sama sekali tidak tahu menahu tentang keluarganya. Setelah kedua orang itu pergi Yang Rou We masuk ke dalam, dan melihat pemuda itu terbaring dengan damai dengan mata tertutup, banyak perban di sekujur tubuhnya, dan lebam-lebam di banyak tempat, Yang Rou We tidak melakukan apapun selain berdiri tidak jauh dari Hanan yang masih belum siuman. Dua butir air bening meluncur tanpa di komando, itu terjadi secara alami, untuk beberapa menit Yang Rou We tidak melakukan apapun dan hanya diam saja di tempatnya tanpa melakukan apapun, namun otaknya sibuk pergi jauh mengingat bagaimana pemuda itu sangat ceria saat bersamanya. Yang Rou We menghela napas kemudian membalikkan tubuhnya siap untuk pergi, tidak ada gunanya dia masih tetap berada di sini, Hanan juga belum siuman dia juga harus sekolah, jika dia masih ada di sini tidak akan bisa membantu apapun dan malah menambah masalah untuk dirinya sendiri. Yang Rou We memutuskan untuk kembali saat Hanan sudah siuman. Yang Rou We terus kepikiran selama dia mengikuti pelajaran dan ingin cepat pulang, dan kali ini dia bicara jujur pada ibunya. "Mau kemana?" tanya ibunya saat Yang Rou We sudah berpakaian rapi. "Aku ingin menjenguk seorang teman, dia kecelakaan dan di rawat di rumah sakit," jawab Yang Rou We sambil mengunakan sepatunya. "Apakah parah?" Ibunya mulai kepo. "Belum tahu, Rou We kan masih belum menjenguknya." "Hati-hati di jalan." "Rou We pergi ibu." "Hei, tunggu." "Apa?" "Belikan sesuatu untuk temanmu," wanita itu mengulurkan dua kertas warna biru pada Yang Rou We. "Terimakasih ibu," Yang Rou We mengambil uang itu dari ibunya, dan tidak lupa memeluk sebentar ibunya yang mungil. Yang Rou We mencium dua lembar uang itu dan segera berlalu. Sebenarnya Yang Rou We juga memiliki uang simpanan dari dia bekerja sampingan meski tidak banyak namun uang itu tidak boleh di gunakan oleh ibunya, karena Yang Rou We saat ini masih tanggung jawab orang tuanya, maka uang itu di simpan dan di gunakan nanti jika Yang Rou We benar-benar membutuhkannya. Yang Rou We menenteng satu keranjang penuh di tangannya dan mengetuk pintu itu, kemudian dia masuk dan bertemu dengan mata yang sudah lama dia rindukan. *** Air mata itu tumpah, dan make up tipis itu sudah berantakan, Yang Rou We berpenampilan sebaik mungkin untuk menemui Hanan hari ini di rumah sakit namun dia tidak menyangka jika dia akan kembali dengan kondisi seperti ini, Hanan yang dia temui hari ini benar-benar sangat berbeda dengan yang dia kenal dulu, dia terlihat dingin dan tatapan matanya seakan ingin memakan Yang Rou We hidup-hidup. "Aku kira hubungan kita istimewa, tapi ternyata hanya aku yang menganggap hal itu. Terkadang kita dekat, ada kalanya kita jauh. Terkadang aku sebagai sahabatmu, dekat layaknya seorang kekasih tapi tetap saja kita orang asing yang tidak saling memiliki," Status ini sangat membingungkan untuk Yang Rou We. Dia belum pernah menangisi orang asing seperti ini, tapi ini untuk pertama kalinya dia menangis karena hatinya terasa sangat sakit, itu sama sekali tidak menyenangkan. Dia merasa sudah sangat dekat dengan Hanan dia seperti sudah mengklaim jika Hanan miliknya tapi hari ini ada tembok besar yang tidak bisa di hancurkan oleh Yang Rou We saat Hanan bersikap dingin dengan dirinya. "Apakah seorang laki-laki seperti ini? Aku sudah menaruh harapan besar dari kedekatan ini tapi tiba-tiba dia berpaling seperti aku hanya pejalan kaki yang asing?" Yang Rou We melangkahkan kakinya dengan cepat meninggalkan rumah sakit itu. "Apa aku membuatnya benci padaku, apa kesalahan yang telah ku perbuat? Atau dia sudah menemukan yang lain hingga aku di campakkan?" Muncul banyak pertanyaan yang ada di otaknya yang dia sendiri hanya bisa menerka-nerka untuk mencari jawabannya, "Apakah dia seorang playboy yang menyeleksi banyak wanita yang dia kencani?" Saat ada di parkiran, Yang Rou We merasa jika ada seseorang yang mengawasinya namun saat dia berbalik tidak menemukan siapapun, namun Yang Rou We sangat yakin jika dia sedang di awasi. Dia tidak peduli lagi dan segera pergi dari tempat itu. Ternyata yang mengawasi Yang Rou We adalah Hanan yang ada di lantai 3, dia menatap Yang Rou We yang berjalan sambil terus mengelap air matanya, Hanan merasa sangat bersalah telah membuat gadis yang di cintainya itu menangis, namun dia harus melakukan itu demi kebaikan kebaikan mereka, mereka tidak bisa berhubungan lebih dari ini ketika Hanan mengetahui jika Yang Rou We sudah memiliki orang lain di antara mereka. Hanan merasakan jika kepalanya kembali berdenyut dengan hebat, Hanan sedang patah hati dan itu berimbas pada kesehatannya, dia merasakan kepalanya sakit amat sakit hingga dia tidak tahan lagi dan berteriak hingga beberapa suster datang membantunya memberikan penanganan. Hari-hari yang dilalui Hanan makin memburuk setelah kedatangan Yang Rou We, kesehatannya memburuk, kesembuhan mengalami kelambatan karena Hanan sendiri tidak bisa di ajak kompromi, dia tidak pernah makan dengan benar dan kadang memanipulasi suster yang memberikan dia obat, dia seperti sudah minum obat namun Hanan membuangnya di tempat sampah. Dia tidak ingin cepat sembuh dan kembali ke rutinitasnya yang amat membosankan untuk Hanan karena dia sudah menjalankan itu bertahun-tahun, tanpa bisa memberontak. Dan juga mentalnya sedang tidak baik-baik saja, Hanan bisa mentolerir rasa sakit di tubuhnya namun Hanan lemah jika itu sudah menyangkut perasaan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD