4 kali ganti kalender

1053 Words
4 tahun kemudian, Jerman. Pemandangan di kota ini sangat indah begitu menyejukkan hati, semua nampak masih alami tanpa ada bangunan pencakar langit yang mendominasi, kota ini adalah tempat tujuan para wisatawan asing maupun domestik untuk berlibur dan juga melangsungkan sebuah acara seperti ulang tahun, tunangan maupun pernikahan. Hanan sudah tinggal di Jerman selama tiga tahun, untuk menampung pendidikan dan itupun karena rekomendasi dari ibunya yang seorang dokter, Hanan sudah di gadang-gadang akan mengantikan posisi ibunya, karena otaknya yang genius, Hanan sudah di tuntut menjadi seorang dokter sejak dia masih muda, Dan terpaksa hobi dan bakat milik Hanan di pendam karena tidak ada waktu dan tempat untuk di salurkan. Saat ini Hanan dan dua orang lainnya sedang menuju ke sebuah resort untuk menghadiri sebuah acara pernikahan teman kuliah mereka, dia juga dari Indonesia dan menikah dengan orang lokal, mereka bisa memperkirakan jika orang yang akan hadir di sana beberapa dari Indonesia. Acara ini tidak begitu besar karena dikhususkan hanya untuk para sahabat dan kenalan saja, sang pemilik acara memisahkan acara resmi yang hanya di hadiri oleh kerabat sedangkan resepsi ini hanya untuk kenalan dan sahabat saja. "Apa kamu berencana mencari seorang kekasih di sini?" tanya Robert teman Hanan. Hanan tidak menjawab dia hanya tersenyum melihat reaksi Robert yang langsung tertuju pada para gadis yang hadir di acara itu. "Hanan itu bukan kamu? Yang selalu mencari wanita di manapun dan kapanpun selagi ada kesempatan dan target," Bukan Hanan yang menjawab malah JK yang mencemooh Robert. "Memangnya kenapa? Aku seorang laki-laki normal aku butuh sesuatu untuk bersenang-senang, buka seperti kalian yang tidak pernah bersentuhan dengan wanita." "Enak saja? Memangnya Giselle itu bukan wanita?" Giselle adalah kekasih JK dan mereka LDR Jerman Inggris. "Giselle buka gadis, dia cuma virtual. Aku heran mengapa di atas bumi ini masih ada seorang laki-laki yang bisa bertahan dengan satu wanita, aku berhubungan selama satu Minggu saja sudah bosan bagian kalian menjalani hidup ini sendirian? Apa milik kalian tidak berfungsi?" Hanan yang biasanya hanya tersenyum dan menggeleng kepala kini dia mengunakan dua jarinya untuk mencabut sangat kecil d**a Robert, hingga dia mengerang kesakitan di buatnya. "Apa yang kamu lakukan?" tanya Robert sambil memegangi dadanya yang terasa amat sakit karena Hanan. "Bagaimana rasanya?" tanya Hanan balik. "Tentu saja sakit," jawab Robert dengan cepat. "Bukankah aku sudah sering mengatakan jika orang Indonesia bisa membunuh tanpa menyentuh, apa kamu lupa?" "Tidak." "Jika begitu jaga bicaramu, mungkin aku tidak akan pernah tersinggung dengan mulutmu yang kotor itu tapi jika ada seseorang yang mendengar kamu mengatakan jika milikku tidak bisa bangun dan mengatakan hal itu pada ibuku, aku tidak menjamin keselamatan mu tapi ada yang lebih menyeramkan dari pada kematian yaitu milikmu itu akan hilang dalam semalam dan kamu tidak akan pernah bisa lagi memproduksi s**u kental manis lagi," Hanan bicara begitu menyakinkan bahkan dia sama sekali tidak tersenyum sedikit pun, yang membuat Robert ketakutan. "Ok, ok, sorry. Tapi kamu tidak perlu seserius itu?" "Aku sudah banyak mentoleransi sikapmu karena kamu sahabatku, tapi itu ada batasannya, dan juga aku sudah pernah memberitahu padamu jika ibuku lebih menyeramkan dari pada hantu dari belahan bumi manapun.' "Ok baiklah, tolong lupakan," Robert segera pergi untuk mengambil air untuk membasahi tenggorokan yang amat kering setelah mendengar ancaman dari Hanan, dia yang seorang maniak akan wanita tidak bisa membayangkan bagaimana dia menjalani kehidupan selanjutnya tanpa ada seorang wanita di hidup lagi. Dan juga dia tahu jika ancaman Hanan bukankah sebuah omong kosong yang tidak ada buktinya, dia pernah melihat dengan kepalanya sendiri jika ada orang yang miliknya tidak bisa bangun setelah menyakiti seorang wanita dari suku adat Dayak. Itu sungguh membuat Robert benar-benar trauma dan tidak ingin mengenal ataupun menjalin hubungan dengan seorang wanita dari Indonesia, meski Indonesia itu luas dan tidak semua seperti itu Robert benar-benar sedia payung sebelum hujan. JK tertawa di samping Hanan saat dia melihat wajah biru Robert, dia memiliki banyak teman orang Indonesia salah satunya Hanan, dan dia tahu jika yang dikatakan Hanan itu mungkin saja terjadi tapi sangat jarang, karena orang Indonesia tidak semuanya mengunakan jasa seorang paranormal untuk menyelesaikan masalah mereka, ada yang sudah mengikuti kemajuan teknologi, yaitu dengan menghancurkan kehidupan orang tersebut dengan media sosial, atau juga yang lebih mudah yaitu membayar seorang pembunuh bayaran. "Han," bisik JK pada Hanan. "Pabrik s**u kental manis apaan?" Sedari tadi JK hanya menjadi penonton setia tapi dia tidak tahu istilah apa yang di gunakan Hanan. "Oh," ucap JK saat Hanan hanya mengangkat alisnya dua kali. Mereka berjalan menuju pelaminan untuk mengucapkan selamat pada pasangan pengantin baru itu dan mencari tempat yang nyaman untuk mengisi daya mereka, sambil melihat-lihat tamu undangan yang lain. "Han, Wajah itu sangat eksotis," ujar JK sambil menunjuk mengunakan dagunya, tanpa berkomentar JK mengikuti arah pandang JK dan dia menemukan seorang gadis menggunakan gaun hijau sederhana namun terlihat elegan dengan rambut tertata rapi dan beberapa aksesoris di rambutnya, dia sedang bercengkrama dengan teman-temannya, senyuman itu, senyuman yang pernah membuat meleleh hati Hanan pada masanya dan dia tidak bisa melupakannya sampai detik ini. "Yang Rou We," gumam Hanan dalam hatinya, dan pandangannya tidak bisa lepas dari Yang Rou We. Yang Rou We masih peka seperti 4 tahun yang lalu dia tahu jika sedang di awasi maka dia menoleh dan dia beruntung sekarang karena dia menemukan siapa yang sedang memperhatikannya, dia bertemu dengan mata yang sama, mata yang selalu menatapnya dengan penuh kekaguman. "Hanan?" Yang Rou We juga melihat Hanan untuk waktu yang lama untuk memastikan jika dia tidak salah melihat, tapi mereka hanya memandang dan tidak saling menegur, setelah itu Yang Rou We m mengalihkan pandangannya dari Hanan kembali di kehidupannya sendiri, dia seperti tidak memiliki perasaan apapun diantara mereka berdua. "Apa kamu mengenalnya?" tanya JK. "Sepertinya begitu," jawab Hanan tanpa mengalihkan pandangannya pada Yang Rou We. "Tentu saja kamu mengenalnya, dia cukup populer di kalangan mahasiswa." "Tidak, mungkin aku tidak mengenalnya lagi." "Maksudnya? kenapa lagi?" "Dia nampak berbeda dari yang aku kenal," Yang Rou We memang nampak berbeda dari Hanan kenal dulu nampak polos dengan kecantikan yang sederhana, tapi wanita yang ada di hadapannya sekarang sedikit terlihat seksi dengan senyumannya yang menggoda, siapa laki-laki yang tidak akan terpesona akan hal itu. "Tunggu? Apa kamu sudah lama mengenal gadis itu?" JK memastikan. "Dia dari Indonesia," kata Hanan dengan penuh ketenangan. "Tidak mungkin," JK langsung menyangkal karena siapapun tidak akan percaya karena Yang Rou We lebih condong mengikuti gen ayahnya yang bermata sipit dengan kulit pucat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD