Autfit kebesaran

1042 Words
"Mau saya kenalkan dengan Bunda saya," ucap A Wan tiba-tiba yang membuat Mourent ingin tersedak kembali. "Tidak A Wan, aku sudah kenal tidak perlu mengenalkan aku lagi dengan Bunda mu," Mourent segera menolaknya karena A Wan tidak pernah main-main dengan apa yang dia ucapkan, dan apa yang harus Mourent katakan pada wanita yang sudah melahirkan A Wan jika mereka berkenalan. "Kapan?" "Kebetulan aku pernah bertemu dengan Bunda mu saat aku pulang kampung beberapa waktu yang lalu." "Benarkah?" "Emm ...." "Kenapa Bunda tidak pernah bicara padaku jika pernah bertemu dengan seseorang yang layaknya bidadari?" Mourent tidak menjawabnya namun malah memukul punggung A Wan menggunakan tas miliknya. Dan pemuda itu hanya tersenyum kecil ketika Mourent memukulnya karena melampiaskan perasaan malunya. "Miss ingin makan apa sekarang?" tanya A Wan sambil mereka terus berjalan menuju apartemen milik Mourent. "Aku sudah makan, memangnya kamu belum makan?" Mourent balik bertanya dan A Wan hanya menggeleng. "Jika aku tahu kamu belum makan, aku bisa bawakan makanan dari tempat kerjaku, di sana begitu banyak makanan." "Semua Miss yang masak?" "Tentu saja tidak, aku tidak akan sanggup memasak begitu banyak masakan dalam jumlah besar." "Aku belum pernah merasakan masakan Miss." "Kamu menolak berkunjung ke apartemen ku? Bagaimana aku bisa menunjukkan hasil masakan ku?" "Aku bisa merasakan masakan Miss setiap hari jika nanti kita sudah menikah." "Mulai lagi," ucap Mourent sambil memutar matanya. Meskipun mulutnya mengatakan tidak namun Mourent sama sekali tidak risih ada A Wan di sekitarnya, meskipun A Wan selalu menyudutkannya dengan ucapan pinangan, tidak ada yang salah dengan A Wan karena yang bermasalah adalah Mourent. A Wan terus menjemput Mourent setiap paginya di depan apartemen untuk mereka berangkat bekerja bersama karena A Wan tidak bisa menjemput Mourent pulang kerja karena Mourent tidak menentu jam pulangnya. "Miss ingin makan apa sekarang?" tanya A Wan. "Kamu belum makan?" A Wan mengeleng pelan. "Apa kamu lupa jika pekerjaan ku memasak tentu saja aku sudah makan, begitu banyak makanan di depan mataku setiap saat, aku berkutat setiap hari dengan makanan, bagaimana aku belum makan ini sudah malam?" "Aku juga ingin merasakan masakan Miss." "Jika kamu mau berkunjung ke apartemen ku, kamu bisa makan masakan buatan ku." "Tidak perlu berkunjung." "Lalu," Mourent mengerutkan keningnya. "Aku bisa merasakan masakan.miss nanti jika kita sudah menikah." Mourent memijat pelipisnya sendiri, apapun pembicaraan mereka pada akhirnya akan bermuara ke pernikahan yang membuat Mourent tidak enak hati terus menerus menolaknya. "Miss langsung ingin pulang?" tanya A Wan ketika mereka berhenti di sebuah halte, menunggu bus yang akan membawa mereka ke apartemen Mourent. "Memangnya kita akan kemana?" Mourent malah bertanya. "Aku sama anak-anak di undang ke tongkrongan, Miss mau ikut?" "Acara musik di trotoar maksutnya?" A Wan hanya mengangguk. "Kamu tidak malu, mengajak aku?" "Kenapa aku harus malu?" A Wan malah binggung. "Seharusnya kamu membawa seorang gadis muda, bukan wanita tua seperti aku." "Astaghfirullah Miss, siapa yang bilang kamu tua? Kita hanya beda 4 tahun, tidak peduli apa yang mereka katakan Miss tetap cantik dan muda di mataku." "Baiklah, baiklah, aku akan ikut denganmu. Rasanya aku ingin pingsan jika mendengar kamu mengatakan aku cantik dan muda." "Memang itu kenyataannya." "Sudah cukup jangan katakan di depan wajahku." "Apa yang salah dengan mengatakan jika Miss cantik dan muda?" "Jika kamu tidak mau berhenti aku akan memegang mu?" Mourent sudah mengulurkan tangannya akan menyentuh A Wan dan A Wan langsung berhenti karena dia tidak mau menyentuh Mourent begitu juga sebaiknya. "Ternyata mudah menemukan kelemahan mu," Mourent tertawa jahat di dalam hatinya, melihat A Wan yang mengambil satu langkah sedikit menjauh dari dekat Mourent. Bus yang mereka tunggu datang namun karena mereka mengambil tujuan yang berbeda makan Mourent dan A Wan menunggu bus yang selanjutnya untuk sampai ke markas teman-teman A Wan. "Aku sedikit malu," ujar Mourent saat mereka baru saja turun dari bus. "Kamu seperti berjalan dengan Kakak perempuan mu." A Wan berhenti kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, mengawasi Mouren yang insecure pada dirinya sendiri. "Lebih baik kita pulang saja jika Miss tidak yakin, harus berapa kali aku menjelaskan pada Miss?" "Mana bisa kita kembali, kita sudah sampai di sini? Ayo ...." A Wan mengelengkan kepalanya, dia melihat wanita itu sudah berjalan mendahului dirinya, dia sendiri yang bimbang namun dia sendiri yang memberikan semangat. "Assalamualaikum ...?" Suara Yoseph menggema ketika melihat A Wan yang sudah berada di ambang pintu. "Kamu selalu datang tepat waktu," imbuh Yoseph. Belum juga A Wan menyahut ucapan Yoseph, laki-laki itu sudah membuka mulutnya lagi untuk bertanya. "Siapa? Siapa wanita cantik ini?" ucap Yoseph dengan mata berbinar melihat Mourent yang berjalan di belakang A Wan. "Bisa tidak, biarkan aku bicara terlebih dahulu?" ucap A Wan dengan dingin, sangat dingin. Menunjukkan jika A Wan tidak menyukai tatapan Yoseph pada Mourent. Meskipun Yoseph adalah teman satu kamar A Wan selama bertahun-tahun. "Aku hanya bertanya Wan, jangan cosplay jadi kutub Selatan, ini sangat dingin," ujar Yoseph sambil mengusap kedua lengannya sendiri, seakan dia sedang kedinginan. "Mourent," ucap Mourent sambil mengulurkan tangannya dan dengan cepat Yoseph menyambut uluran tangan Mourent sambil menyebutkan namanya sendiri. "Yoseph." A Wan tidak mengatakan apapun, namun dengan tatapan tajam matanya ke arah tautan kedua tangan Mourent dan Yoseph membuat, Mourent segera menarik tangannya dari genggaman Yoseph. A Wan tidak mengatakan apapun namun Mourent segera sadar diri, jika A Wan tidak menyukai hal itu. Mereka tidak memiliki hubungan apapun tapi entah mengapa Mourent bisa membaca ketidak sukaan A Wan ketika Mourent menggenggam tangan orang lain. "Silahkan duduk, silahkan duduk," ucap Yoseph mempersilakan Mourent untuk duduk. Yoseph sudah lama tinggal dan berinteraksi dengan A Wan, seorang laki-laki yang dingin yang sulit untuk di sentuh namun hari ini Yoseph menemukan sisi yang lain, A Wan nampak lebih dingin daripada sebelumnya, dia terlihat menyeramkan dan seperti siap untuk menerkam siapapun yang memprovokasi dirinya. "Aku tinggal dulu," ucap A Wan pada Mourent. "Emm ...," Mourent hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Mourent melihat A Wan pergi ke belakang dan dengan cepat kembali mengunakan pakaian yang lebih santai, costum kebesarannya yaitu autfit serba hitam, dia sudah dingin dan sekarang nampak lebih misterius. "Begitu tampan," ucap Mourent di dalam hatinya, dia tidak bisa memungkiri jika A Wan begitu tampan dengan autfit yang dia kenakan. A Wan merasa saat dia di perhatikan, dia menoleh dan tersenyum kecil pada Mourent sambil membungkuk untuk mengambil gitar listrik. "Apakah aku sedang puber kedua?" tanya Mourent pada dirinya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD