Aku akan menemanimu mandi air langit

1069 Words
Di detik ini Mourent tidak sedang bahagia dan tidak juga sedang bersedih. Tiga bulan sudah berlalu saat Hanan meninggalkan dirinya sendiri di apartemen ini. Hanya perasaan kosong yang ada di dalam dirinya dia sudah tidak lagi sedih karena dia sudah cukup menangis dan meratapi kehidupannya dia juga tidak merasa bahagia meskipun ada hal-hal kecil yang mungkin bisa membuatnya tertawa saat ini m hanya ingin tidak melakukan apa-apa tidak melakukan rutinitas apapun selama 3 bulan ini meskipun dia dalam proses perceraian dengan Hanan dia masih membuat dirinya baik-baik saja di depan orang lain meskipun di dalam kediamannya air matanya masih terkadang menetes. Mourent masih tampak ceria ketika melakukan bimbingan tapi kontraknya sudah habis dan saat ini Mourent tidak ingin memperpanjang nya. Mourent tidak tahu akan bekerja apa tapi untuk berpura-pura tersenyum dan menyemangati orang lain dia sudah tidak bisa melakukannya lagi selama 3 bulan dia berpura-pura menjadi orang lain padahal dia sendiri butuh seseorang untuk mendukungnya. Mourent sudah cukup lama mengurung dirinya di dalam apartemen setelah melakukan aktivitasnya beberapa hal di luar saat ini ini dia ingin menikmati secangkir kopi yang dirindukan, kopi buatan A wan. Mourent seorang wanita yang tidak memiliki sanak saudara dan juga teman yang cukup dekat di sini hanya pemuda itu yang dingin yang cukup dekat dengan Mourent saat ini meskipun dia nampak dingin. Sebenarnya A Wan juga bisa diandalkan jika saja mau membuka mulutnya untuk minta tolong tapi masih memiliki harga diri tinggi untuk menunjukkan kesedihannya di depan pemuda itu pemuda yang hanya dikenalnya di tempat bimbingan dan coffee shop ini, yang membuat mereka sedikit lebih dekat. "Miss," sapa A wan dengan wajah datarnya saat Mourent berdiri di depannya di depan mejanya. Dan Mourent membalasnya dengan senyuman kecil. "Seperti biasa," jawab Mourent. Setelah itu Mourent pergi ke meja yang ada di sudut yang biasanya digunakan diluar terlihat ada beberapa butir air dari langit, membuat Mourent memeluk tubuhnya sendiri karena hawa dingin yang dirasakan. Tidak membutuhkan waktu lama kopi pesanan milik Mourent segera datang dan yang diantar oleh seorang pelayan perempuan. tangan m yang merasa dingin langsung menghangatkannya dengan memegang tidak terlalu erat ke cangkir berisi kopi panas itu. menghangatkan tubuhnya dari hawa dingin yang menyerang tapi saat sampai saat ini belum bisa membuat hangat jiwanya sendiri yang terasa kosong. Tanpa diketahui oleh Mourent ada sejak tadi sepasang mata yang terus memperhatikan perilaku Mourent yang hanya diam sambil menikmati kopi melihat pemandangan di luar, wajahnya tidak terlihat sedih tapi sama sekali tidak ada senyuman indah seperti biasanya. "Ada apa dengan dia hari ini?" tanya Saif pada A Wan yang lagi-lagi mempergoki A Wan sedang memperhatikan salah satu pengunjungnya itu. A Wan hanya menggeleng pelan atas pertanyaan dari Saif owner-nya itu memang menyebalkan Tapi tetap saja awan harus menghormatinya sebagai atasannya. "Bukankah ini kabar baik," sahut Saif. "Apa?" tanya A Wan dengan wajah datarnya. "Sepertinya wanita itu sedang bertengkar dengan suaminya, datanglah padanya dan membuat keributan memperkeruh keadaan agar kamu memiliki kesempatan untuk mendapatkan wanita itu. A Wan mengepalkan tangannya dan ingin sekali menonjok laki-laki yang ada di sampingnya itu tapi awan hanya bisa membuang napas melalui mulut karena dia tahu jika owner-nya itu tidak bersungguh-sungguh untuk membuat dirinya menghancurkan rumah tangga orang lain. "Datanglah, menghibur dia. Pengunjung sedikit sepi karena hujan di luar. A Wan menoleh pada Saif, atas kemurahan hatinya, dan Saif semakin menggodanya karena sudah memberikan kelonggaran pada A Wan. "Cepatlah pergi menemui wanita yang kamu cintai itu sebelum aku berubah pikiran dan mempersulit semua keadaan, jika kamu tidak mau mendatanginya maka aku yang akan menghampiri dia menghiburnya dan membuat dia jatuh cinta padaku, aku tidak peduli dia sudah janda atau belum," ucap Saif sangat percaya diri. "Astaghfirullah," gumam A Wan sambil menggeleng pelan. Sebenarnya dia sangat senang mendapat kesempatan ini karena ownernya sendiri memperbolehkan dia untuk berbincang dengan pengunjung dan nampaknya ownernya sangat mendukung dirinya jika dia mendekati Mourent. A Wan tidak langsung mengikuti saran dari owner-nya itu dia melihat keadaan ada pelanggan lain atau tidak, Dan ternyata dan keadaan pendukungnya A wan pergi menghampiri Mourent yang masih melihat hujan di luar melalui jendela di sampingnya. "Miss," panggil A Wan pelan saat dia sudah berdiri berada di samping Mourent. "Miss," A Wan memanggilnya lagi tapi tidak juga mendapatkan respon. "Miss," A Wan sedikit menaikkan volume suaranya dan kini baru Mourent menolak. "A Wan, ada apa?" tanya Mourent yang baru saja menoleh dan sudah mendapati A Wan berada di sampingnya. "Bolehkah aku ikut duduk bergabung di sini?" tanya A Wan dengan sopan. "Tentu," jawab Mourent. A Wan sudah duduk di depan kesempatan sudah mendukungnya namun A Wan tidak tahu harus berbuat apa ketika sudah saling berhadapan dengan Mourent. "Apakah Miss menunggu jemputan atau sedang menunggu seseorang?" tanya A Wan ikut melihat hujan yang semakin deras membuat jalanan tergenang oleh air. "Tidak ada," jawab Mourent mencoba tersenyum senatural mungkin. "Miss ...." "A Wan, bisa tidak jangan panggil aku Miss lagi? Aku merasa aneh," pinta Mourent. "Aku akan mencobanya, tapi aku juga akan merasa aneh jika mengunakan panggilan lainnya karena aku sudah terbiasa dengan itu." "Panggil nama saja mulai sekarang." "Tidak sopan, Miss lebih tua dariku." "Apakah aku sudah kelihatan tua sekarang?" tanya Mourent sambil memegang pipinya sendiri. "Tidak sama sekali, Miss masih kelihatan muda dan cantik." "Terimakasih." Pembicaraan itu kembali kehabisan topik dan mereka sama-sama terdiam tidak tahu harus membicarakan apa lagi, yang di lakukan A dan Mourent hanya melihat hujan di luar sana. "Apa Miss ingin mandi hujan?" tanya A Wan tiba-tiba terbesit pikiran untuk mengatakan hal itu. "Sepertinya mengasikkan," jawab Mourent. "Tapi apakah tidak apa-apa jika wanita dewasa seperti ku mandi air hujan?" "Siapa yang akan melarangnya, aku akan menemanimu agar miss tidak merasa malu," jawab A Wan. A Wan beranjak dari kursinya dan melihat Mourent. "Apa?" tanya Mourent binggung. "Ayo," jawab A Wan. "Sekarang?" tanya Mourent memastikan. "Kenapa harus menunggu dibalik waktu jika bisa di lakukan saat ini. "Tapi ini malam?" "Tidak ada bedanya siang atau malam, jika ingin dalam tubuh baik-baik saja, air hujan tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan." "Emm," Mourent berpikir sebentar kemudian tersenyum pada A Wan dan dia beranjak untuk mengikuti usulan dari A Wan. "Tunggu sebentar aku akan mengambil tas ku," ucap A Wan berjalan kembali kebelakang untuk mengambil tasnya dan juga untuk berpamitan pada ownernya. "Bos aku pulang dulu," ucap A Wan sambil melepaskan apron yang ia kenakan. "Aku hanya menyuruhmu istirahat bukan untuk pulang," jawab Saif. "Aku tidak peduli," jawab Saif sambil meraih tasnya dan keluar dari coffee shop menuju Mourent yang sudah menunggunya di luar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD