Saudara ipar

1075 Words
Menyandarkan punggungnya di kursi dan menumpuk kedua kakinya pandangan Mourent fokus pada punggung A Wan yang duduk di kursi depan memainkan gitar, lagi terakhir mereka sebelum istirahat sejenak akan segera usai. Mourent menyadari berapa populernya A Wan di kalangan anak muda dan seperti Mourent harus siap dengan kepopuleran A Wan jika Mourent menerima pinangan A Wan. Tepuk tangan bergemuruh terdengar sebagai berakhirnya pertujukan itu, A Wan mengucapakan beberapa patah kata sebelum dia menarik dirinya kebelakang untuk bergabung dengan teman-temannya dan juga menemui Mourent yang sejak tadi setia menemani dirinya. A Wan dan Mourent saling berpandangan dari jarak jauh namun di bawah pengawasan banyaknya teman-teman A Wan, kedua tidak ada yang mengatakan apapun. A Wan yang masih nampak dingin langsung duduk di bangku kosong di samping Mourent, meraih botol dan langsung mengosongkan sebagian besar isi botol itu. Mourent menyodorkan tisu miliknya pada A Wan setelah dia menutup botol di tangannya. "Terimakasih," ucap A Wan sambil mengulurkan tangannya untuk mengambil beberapa lebar tisu dan menggunakan untuk dirinya sendiri. Saat ini A Wan begitu berkeringat, namun dia malah terlihat seksi dengan keringat yang membasahi wajah yang mengalir sampai lehernya. "Mourent saya tinggal dulu," ucap Reza yang ada di samping Mourent. Mourent hanya mengangguk kecil seraya tersenyum melihat Reza sudah beranjak dari duduknya untuk bersiap-siap karena berikutnya adalah gilirannya kembali dan juga penyayi laki-laki lainnya, mereka akan berduet. Reza sebenernya masih ingin berlama-lama di sini terlebih A Wan baru saja sampai, melihat seorang pemuda yang tampan yang sedang berkeringat itu pemandangan yang sesuatu sekali untuk seorang wanita namun tuntutan pekerjaannya mengharuskan dia untuk pergi dan tidak bisa berlama-lama menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang di suguhkan di depan matanya dengan gratis ini. "Apakah membosankan menungguku?" tanya A Wan pada Mourent sambil mengunakan tisunya untuk mengeringkan keringat yang ada di wajahnya. "Tidak." "Bagaimana penampilan mu?" "Bagus seperti biasanya." "Miss menikmatinya?" "Jawaban apa yang ingin kamu dengar?' Mourent balik bertanya karena A Wan nampak mencercanya dengan hal yang sebenarnya dia ingin mendengar jawaban yang dia inginkan. Mungkin dia tidak akan berhenti bertanya jika belum mendapatkan jawaban yang pas di hatinya. "Aku mau menjadi istri mu," jawab A Wan dengan percaya diri. Sambil menirukan gaya bicara Mourent. Dan bisa di prediksi respon yang di tunjukkan Mourent, dia melotot karena kaget, mereka berada di tempat di mana banyak yang mengenal A Wan.dan pasti akan menjadi topik hangat jika A Wan sedikit saja bicara lebih keras dan akan di dengar oleh siapapun yang ada di sini. "Aku tidak bercanda dengan apa yang aku ucapkan," imbuh A Wan. "Hidup mu terlalu serius A Wan, bahkan aku tidak pernah melihat mu bercanda." "Aku bisa melakukannya saat hubungan kita sudah halal," A Wan tidak kehabisan cara untuk selalu menyudutkan Mourent hingga dia tidak bisa bergerak sedikitpun. Yoseph memang sedang sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya namun dia hanya berjarak satu bangku saja dari Mourent, meskipun Yoseph tidak mendengar percakapan mereka namun Yoseph masih bisa melihat interaksi A Wan dan Mourent yang cukup dekat yang membuat Yoseph ingin sekali duduk di bangku kosong di sampingnya dan mendengarkan apa yang sedang mereka perbincangkan. Namun saat melihat A Wan memiliki kedekatan dengan seorang wanita Dia sebagai sahabatnya sudah merasa senang karena Yoseph sama sekali belum pernah melihat A Wan mendekati wanita manapun, terkadang pikiran jahatnya melintas jika A Wan memiliki kelainan seksual karena A Wan menjaga jarak dengan seorang wanita dia tidak suka dengan seorang perempuan dia hanya bergaul dengan laki-laki meskipun itu hanya sebatas teman. Itupun Yoseph adalah satu-satunya laki-laki yang dekat dengan A Wan karena sifat dingin dan tertutup A Wan membuat cukup banyak orang kesulitan untuk dekat dengan A Wan, jika Yoseph bukan teman satu kamar A Wan mungkin Yoseph juga tidak ada bedanya dengan yang lain. Mengapa Yoseph memiliki pikiran jahat tentang seksualitas A Wan karena dia sudah sering menjumpai pasangan sesama jenis di sekitarnya, meskipun itu hanya lewat sosial media, apalagi di zaman sekarang banyak sekali orang yang secara terang-terangan menunjukkan seksualitasnya yang berbeda. Mereka banyak yang mengatakan secara terbuka jika seorang laki-laki menyukai jenis yang sama dengan dirinya dan itu di sebagian kalangan bukanlah hal yang tabu meskipun di masyarakat umum masih sangat dilarang dan abnormal. A Wan bagi Yoseph bukanlah hanya sekadar teman satu kamar bukan hanya sekedar rekan kerja namun A Wan bisa dikatakan sebagai saudara meskipun hubungan mereka sebenarnya hanya sebagai teman namun A Wan begitu berjasa di dalam kehidupan Yoseph yang membuat ia menghormatinya dan juga menyayanginya. Yoseph tersenyum sendiri melihat ponsel yang ada di tangannya padahal fokusnya bukan ada di layar di depannya, melainkan pikirannya melayang jauh bagaimana jika Mourent benar akan menjadi saudara iparnya. Yoseph sudah memberikan restunya untuk mereka meskipun sama sekali tidak mengetahui hubungan apa yang di miliki oleh keduanya. "Ada apa denganmu?" tegur A Wan sambil sedikit memiringkan kepalanya agar bisa melihat Yoseph dengan benar karena ada Mourent di antara mereka. "Ti ... tidak," jawab Yoseph dengan terbata. "Jika tidak, kamu tidak akan bisa secara terbata," jawab A Wan. Yoseph menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal, dia binggung harus bersikap menjawab apa karena dia sedang berfantasi dan objek utamanya ada di depan matanya dan sedang bertanya padanya. Jika Yoseph berbohong itu juga tidak akan berguna karena A Wan pasti akan menemukan kebohongannya. Meskipun Yoseph pandai berbohong namun tidak di depan A Wan. "Aku sedang kasmaran," jawab Yoseph sambil tersenyum ceroboh. "Lagu lama," sahut A Wan sambil menarik pandangannya. Buatlah hal baru jika Yoseph akan bergonta-ganti pasangan, setelah kejadian insiden bunuh diri itu Yoseph mengalihkan perhatiannya pada banyak wanita meskipun sampai detik ini dia hanya bisa mencintai satu perempuan saja. Yoseph membuang napasnya melalui mulut, dia merasa lega karena dia tidak ketahuan berbohong oleh A Wan. Dia segera beranjak dari duduknya selain dia tidak ingin berurusan dengan A Wan di ranah yang bukan keahliannya karena Yoseph sampai kapanpun tidak akan mudah membodohi A Wan, Yoseph juga ingin memberikan waktu untuk Mourent dan juga A Wan untuk bersama. "Dia teman sekamarku," ucap A Wan pada Mourent meskipun Mourent tidak bertanya. "Sebenernya aku ingin pindah kos yang lebih dekat dengan perusahaan, namun tinggal dengan dia sudah terlalu nyaman dan juga aku mungkin tidak akan bisa menemukan lingkungan kos yang baik seperti kos yang sekarang aku tempati dengan Yoseph." "Bagaimana dengan harganya?" "Harga bukan masalah, relatif terjangkau namun aku tidak pernah membayar kos karena Yoseph selalu mendahului ku untuk membayar uang kos." "Apakah dia dari keluarga kaya?" "Lumayan, tapi broken home." "Oh," ucap Mourent sambil melihat Yoseph yang nampak ceria yang sudah bergabung dengan Reza untuk memulai acara kembali.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD