Satu tahun berlalu dengan mudahnya

1064 Words
Satu tahun berlalu begitu cepat. Dan butuh satu tahun lebih A Wan untuk meraih hati Mourent, hingga wanita itu mau menganggukkan kepalanya menerima pinangannya. A Wan cukup bekerja keras hingga dia berhasil meluluhkan hati seorang wanita bernama Mourent yang trauma akan kegagalan menjalin hubungan dengan seorang laki-laki. Saat ini A Wan ingin melompat kegirangan saat Mourent menganggukkan kepalanya mengiyakan pinangan A Wan yang sudah dia lakukan setahun penuh. A Wan mengigit bibir bawahnya sendiri sambil mengepalkan tangannya sambil berteriak lirih. "Yaaachh ...," Sebenarnya A Wan ingin berteriak lebih kencang namun situasi dan kondisinya SMA sekali tidak mendukung. Mereka sedang di tempat umum dan A Wan yang tidak bisa berteriak dengan lantang untuk mengekpresikan kebahagiaannya. Mourent tersenyum kecil melihat A Wan yang sedang nampak berbahagia. "Esnya mencair? Atau kutub Selatannya ketinggalan?" ujar Mourent, dia mengomentari sifat dingin A Wan yang tidak nampak lagi. "Aku begitu bahagia," ujar A Wan. Karena bahagianya A Wan hampir saja refleks memeluk Mourent namun Mourent yang sudah terbiasa memiliki jarak langsung menggunakan dua tangannya untuk menjadi perisai di antara mereka berdua. A Wan segera tersadar ketika melihat Mourent yang terkejut ketika A Wan akan memeluknya dan juga melihat kedua tangan Mourent yang digunakan untuk perisai di antara mereka A Wan langsung membelalakkan matanya dan hampir saja terjatuh dari kursi karena ingin mengambil langkah ke belakang untuk membuat jarak keduanya lebih jauh. "Astaghfirullah ...," ucap A Wan seraya menjauh dari Mourent. "Maaf, maaf aku terlalu terbawa suasana," kata A Wan. A Wan menampar pipinya sendiri dua kali untuk menyadarkan dirinya sendiri karena kesalahan yang hampir sama saja dia lakukan pada Mourent, terlihat jelas wajah penyesalan di wajah tidak hanya untuk Mourent, A Wan juga merasa bersalah pada dirinya sendiri karena terbawa suasana hingga Dia melupakan batas-batasan yang sudah dia buat selama ini terhadap lawan jenis yang bukan muhrim untuk dirinya. Dan ini salah satu alasannya mengapa Mourent bisa membuka hatinya untuk laki-laki lagi dan tentunya itu hanya untuk A Wan karena dia begitu menghormati seorang wanita memperlakukan wanita layaknya sebuah sesuatu yang berharga, A Wan begitu menghormatinya. Tentu saja dia tidak akan menyakiti dirinya di kemudian hari. Trauma yang dialami oleh Mourent tentu saja tidak mudah untuk dilupakan namun ketika dihadapkan pada A Wan, Mourent mulai berpikir ulang tidak mungkin dia akan terus berkutat dengan rasa sakit dan trauma yang dia alami. Mungkin Allah sudah menakdirkan A Wan untuk menjadi jodohnya seseorang yang jauh lebih baik daripada beberapa laki-laki yang pernah memiliki hubungan dengannya. Mourent tersenyum kecil, dia pernah merasa terhina karena tidak di inginkan oleh Hanan yang notabenenya saat itu mereka adalah suami istri yang sah di mata agama dan juga hukum. Dan jika Mourent pikirkan ulang mungkin itu cara Allah untuk menjaga dirinya agar tetap suci dan nantinya akan tetap layak menjadi jodoh seorang A Wan yang menjaga kesucian dirinya dari perbuatan yang buruk. Mungkin rasa sakit yang Mourent rasakan dulu adalah dampak dari doa-doa A Wan yang selalu di pinta oleh A Wan. Karena di dunia ini tidak ada kata kebetulan dimata agama semuanya sudah tertulis jelas di takdir mereka masing-masing Mungkin memang awalnya merasakan beberapa kepahitan atas cobaan kehidupan yang dialami untuk mendapatkan sesuatu yang kebahagiaan di kemudian hari. Mourent bertemu dengan 2 laki-laki yang baik dimata manusia. Namun nyatanya Allah memiliki takdir yang lebih baik untuk Mourent. Mempersiapkan seseorang yang lebih baik sebagai jodohnya, A Wan adalah orang yang dipilihkan Allah untuk menjadi jodoh Mourent karena A Wan adalah seseorang yang sangat baik dan mungkin mereka berjodoh karena keduanya memiliki hati yang baik dan bisa melengkapi satu sama lain. Meskipun pepatah ini tidak selalu benar namun ini cukup pas untuk Mourent dan A Wan. Jika jodoh adalah cerminannya diri. Berkenalan dan sering berinteraksi dengan A Wan lebih dari satu tahun membuat Mourent menjadi manusia yang lebih baik lagi, jika dulu ibadahnya hanya alakadarnya sekarang Mourent tidak akan meninggalkan kewajibannya. Terkadang ada hal lain yang membuat Mourent merasa tidak pantas untuk A Wan. Namun A Wan selalu mengatakan jika semuanya bisa di perbaiki dan sekarang Mourent mencoba memantaskan diri untuk A Wan. Mengimbangi A Wan dari segala aspek hingga mereka pantas bersanding sebagai pasangan. "Aku akan menghubungi Bunda," ucap A Wan sambil mengambil ponselnya. "Jangan sekarang," cegah Mourent. "Kenapa?" tanya A Wan binggung, tangannya terhenti mengurungkan niatnya ketika Mourent menghentikannya. "Aku belum siap, setidaknya bicara pada Ibumu ketika aku tidak ada." "Apa Miss malu?" "Kamu tetap memanggilku Miss?" Protes Mourent. Namun sebenarnya itu hanya untuk mengalihkan pertanyaan A Wan, dia tidak bisa terang-terangan mengakui jika dirinya malu jika harus berhadapan dengan calon mertuanya. "Aku akan menggantinya ketika kamu sudah menjadi kekasih halal ku, cukup sulit merubah kebiasaan ini." "Tapi ini kabar baik, Aku selalu berbagi kebahagiaan dengan Bunda." Mungkin jika ini di mata orang lain, orang akan memandang A Wan sebagai seorang anak mama, anak ibu atau sebagainya namun dimata Mourent tidak seperti itu, Mourent yang sudah lama berpisah dengan keluarganya merasakan kerinduan terhadap keluarganya namun Mourent tidak bisa mengatakan langsung pada mereka bahkan tidak memiliki keberanian untuk menemui orang tuanya yang ada di rumah. Mourent sudah berpisah dengan Hanan lebih dari 1 tahun namun Mourent belum memberitahukan kepada keluarganya jika dia sudah berpisah dengan Hanan, Mourent tipe seorang yang menyimpan sendiri masalah yang dia miliki, selama itu masih bisa dia atasi sendiri. Mourent tidak pernah berbagi dengan siapapun termasuk keluarganya, bahkan sekarang dia bingung bagaimana cara menyampaikannya kepada keluarganya bahwa dia sudah berpisah dengan Hanan dan sekarang akan menjalin hubungan lagi dengan seorang laki-laki lain yang berniat menyunting dirinya. jika boleh jujur Mourent begitu iri terhadap A Wan yang tidak putus komunikasi dengan ibunya meskipun jarak membentang jauh diantara mereka sedangkan Mourent yang hanya masih dalam domestik tidak pernah memiliki kedekatan seperti itu. Sejak awal Mourent dan keluarganya hanya berhubungan jika ada sesuatu yang penting atau Mourent mengabarkan keadaan mereka itu pun tidak pasti 1 bulan sekali, apalagi Mourent memiliki masalah seperti ini dia memilih untuk tidak menghubungi mereka daripada mereka akan menemukan ketidakberesan dalam kehidupan Mourent. Memang semua itu adalah kesalahannya karena tidak mau jujur dengan keadaan yang dia alami pada keluarganya namun perlakuan keluarganya yang menyudutkan dirinya membuat Mourent cukup malas untuk mendekatkan diri kepada mereka terlebih saat ini Mourent sudah hidup lebih baik meskipun hanya sendirian, berdiri di kaki yang sendiri dengan penghasilan yang lebih dari cukup untuk hidup dirinya sendiri dia lebih dihargai disekeliling orang-orang asing daripada keluarga yang sendiri yang tidak pernah menghargai usaha dan juga kerja keras yang dia lakukan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD