Saling berpelukan

1361 Words
Setitik air transparan meluncur begitu saja dari sudut mata Mourent, dia sedang tidur memunggungi Hanan yang ada di belakangnya keduanya sebenarnya belum tidur namun mereka menghentikan obrolan mereka ketika jarum jam sudah menunjukkan jam 3 pagi, mereka mengobrol kan banyak hal dan tentunya paling utamanya adalah Yang Rou We. Hanan banyak bercerita tentang Yang Rou We yang sudah dia kencani selama 6 tahun lebih dan saat dia tinggalkan telah mengandung buah cinta mereka, Hanan terakhir kali melihat wanita itu itu saat acara pernikahan dan Maurent. Setelah Hanan sama sekali tidak pernah melihat dan mendengar bagaimana kabar seorang wanita yang sudah disakiti sampai ke akar-akarnya. "Mourent ...?" panggil Hanan lembut. Namun Mourent tidak menyahut, dia belum tidur dan tidak bisa tidur dengan keadaan perasaan yang rumit ini. Namuna Mourent tidak ingin Hanan tahu jika saat ini dia sedang menangis, biarkan Hanan tahu jika Mourent baik-baik saja dan saat ini sedang terlelap dalam tidurnya. "Mourent ...?!" panggil Hanan untuk yang kedua kalinya, suaranya begitu lirih namun itu masih bisa terdengar cukup jelas di malam yang sunyi ini. "Mourent ...?!" Mauren masih bertahan dengan akting yang sedang dia lakukan dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan jika menyahut panggilan dari Hanan dia cukup punya malu jika saat ini dia sedang menangis karena beberapa saat yang lalu dia menunjukkan sisi kuatnya pada Hanan dia mengatakan pada Hanan jika dia baik-baik saja dengan masa lalu yang dimiliki Hanan padahal hatinya tidak bisa berbohong jika hatinya menjerit kesakitan dia dua kali mencintai laki-laki dan dua kali pula dia tidak berhasil. Meski saat ini Hanan adalah miliknya Hanan adalah suaminya namun Mourent tidak bisa menutup matanya jika di hati Hanan hanya ada Yang Rou We dan dia tidak bisa menggantikan tempat yang sudah ditempati oleh Yang Rou We meskipun saat ini Yang Rou We sudah tidak ada, sudah menghilang dari sudut pandang Hanan. Mungkin Mourent masih memiliki secercah harapan untuk merebut hati Hanan, Hanan juga mengakui kebaikan yang dimiliki oleh Mourent namun rintangan yang membentang di depannya begitu terjal Mourent tidak yakin bisa melampaui semua rintangan yang ada, lebih mudah menyembuhkan luka pihak yang disakiti daripada menyembuhkan luka orang yang berperan sebagai pelaku menyakiti hati orang lain. Kemungkinan besar Yang Rou We bisa lebih cepat move on dari pada Hanan karena hati yang disakiti akan lebih mudah untuk move on dan membangun kehidupan yang baru sedangkan Hanan sebagai orang yang menyakiti, pihak yang menyakiti orang lain akan dua kali lipat lebih sulit untuk move on untuk memperbaiki dirinya karena ada perasaan bersalah ketika dia ingin membangun kehidupan barunya dengan orang lain. Perasaan bersalah selalu menghantui pikirannya yang selalu membuat Hanan gagal untuk memulai semuanya dari awal. Mourent merasa jika ranjang yang dia tiduri sedikit bergoyang untuk beberapa kali dan setelah itu dia merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya dari belakang, Mourent sedikit terkejut karena Hanan mengambil inisiatif untuk memeluk nya ketika dia sedang tertidur meskipun saat ini dia tidak tertidur titik Hanan tidak mengatakan apapun dia hanya melingkarkan tangannya untuk memeluk Mourent yang tidur disampingnya tapi mau tahu jika posisi ini tidak begitu nyaman untuk Hanan yang masih cedera, jarak Mourent tidak terjangkau oleh Hanan yang cedera. "Maafkan aku," bisik Hanan, awalnya Mourent masih ingin bermain akting dengan Hanan, namun pertahanan Mourent runtuh saat dia berasakan jika tengkuknya basah. Mourent membuka matanya saat dia menyadari jika laki-laki yang sedang memeluknya dari belakang sedang menangis. Yang awalnya Mourent masih menyembunyikan tangisnya kini malah ikut menangis, Mourent membalikkan tubuhnya, dan untuk kedua kalinya dalam semalam dia berada di dalam pelukan Hanan. Namun keduanya hanya berpelukan dan dan menangis satu sama lain tapi tidak ada satupun dari keduanya yang yang mengucapkan sepatah kata pun mereka sibuk dengan pemikiran mereka sendiri-sendiri dan air mata yang terus mengalir dari keduanya. Baru setelah pagi datang keduanya jatuh tertidur dengan keadaan masih berpelukan satu sama lain. Mourent adalah orang yang pertama bangun dari kedua orang itu yang tidur dengan posisi saling berpelukan pertama yang dirasakan oleh Mourent bukan perasaan bahagia sedih ataupun yang lainnya melainkan rasa kebas pada tangannya. Butuh waktu beberapa saat untuk menormalkan tubuhnya ketika akan turun dari ranjang, selama beberapa jam tidur dengan berpelukan dengan Hanan dia merasakan mati rasa beberapa bagian tubuhnya karena sama sekali tidak bisa bergerak dan tertindih tubuh Hanan. "Pembohong." Ingin rasanya Mourent mengumpat, karena dia teringat akan adegan film yang dimana pasangan sejoli akan tidur saling berpelukan dan bangun dengan perasaan bahagia ternyata itu salah besar karena jika itu dilakukan semalaman bukan perasaan bahagia atau yang lainnya namun yang didapat hanya rasa kebas akibat tubuh yang tidak bisa berpindah posisi dan tertindih untuk waktu yang lama. Setelah membuat tubuhnya sedikit lebih nyaman harusnya Mourent turun dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya setelah selesai dengan urusan dirinya dia pergi ke dapur untuk membuat sarapan untuk dia dan Hanan. "Hanan," panggil Mourent lembut, dia membangunkan Hanan untuk sarapan. Membuat sarapan bukalah hal besar untuk Mourent, dia cuma butuh 30 menit untuk membuat sarapan. Mourent berdiri di samping Hanan yang masih memejamk matanya, dia mengawasi laki-laki itu yang sedang terlelap. Jika bukan Hanan harus meminum obatnya mungkin Mourent memilih untuk tidak membangunkan Hanan yang sedang terlelap. Masih teringat jelas ingatanmu kejadian semalam dia dan Hanan saling berpelukan menangis dengan keadaan rumah tangga yang mereka jalani saat ini jika boleh memilih mungkin Mourent lebih memilih tidak mengetahui masa lalu Hanan karena tidak bisa dipungkiri kejujuran yang dikatakan Hanan itu sangat menyakitkan Mourent, tapi Mourent juga tidak ingin nampak bodoh di depan Hanan, karena mencintai Hanan dan tidak akan pernah mendapat balasan dari Hanan, Mourent nampak bodoh di depan Hanan namun dengan perasaan bahagia tapi saat ini Hanan berkata jujur dan menyakiti dia tapi Mourent merasa terhormat akan kejujuran yang dilakukan oleh Hanan. Setidaknya Hanan masih menghormatinya sebagai istri yang sah di mata dunia. "Hanan ...?" Mourent sedikit menggoyangkan tubuh Hanan. "Emmm ...," jawab Hanan tanpa membuka matanya. "Kamu harus sarapan, kamu tidak bisa melewatkan minum obat mu, dan kamu butuh makan sebelumnya." "Emm ..., aku tahu," jawab Hanan namun tetap saja dia tidak membuka matanya. "Hanan ...?" panggil Mourent lagi dengan lembut, karena Hanan tidak kunjung membuka matanya. "Aakk ...," ucap Hanan sambil membuka mulutnya namun masih dengan mata yang terpejam. Mourent tidak memiliki pilihan lain selain menyuapi Hanan, sebenarnya Mourent juga masih merasakan mengantuk namun karena dia sudah mandi, rasa mengantuk nya sebagian besar sudah menghilang, namun jika sekarang Mourent di suguhi bantal, tidak perlu waktu lama Mourent akan jatuh tertidur kembali. "Buka mulutmu," ucap Mourent sambil memegang satu sendok yang sudah penuh akan makanan. Hanan sebagai pasien yang baik, dia membuka mulutnya cukup lebar, namun matanya masih terasa berat untuk di buka. Meski dengan mata tertutup dengan cepat semua makanan yang ada di atas piring sudah berpindah ke perut Hanan, namun pada akhirnya Hanan masih harus membuka mulutnya karena tiba waktunya Hanan menelan semua obat yang sudah di siapkan oleh Mourent. "Hanan ...!" "Aku tahu," jawan Hanan, hanya bisa membuka matanya sebagian, Hanan bangkit untuk menelan semua obat yang ada di tangan Mourent. Mourent menyodorkan semua obat yang ada di tangannya, dan dengan dua kali jalan obat-obatan itu sudah hilang. Gelas yang berisi setengah air yang ada di tangan Mourent hampir saja lepas dari genggaman saat mendengar permintaan Hanan. "Tolong temani aku tidur lagi," pinta Hanan. Mourent menelan ludahnya dengan cukup sulit, meski dia cukup sadar jika permintaan Hanan adalah hanya tidur di sampingnya seperti pagi ini, namun tetap saja Mourent merasa gugup. Mourent menaruh gelas yang hampir tumpah itu sebelum dia naik ke atas ranjang dan tidur di sebelah Hanan, Mourent canggung sendiri saat ini, padahal Mourent sedang tidur di samping Hanan selama satu tahun namun kami ini cukup canggung untuk Mourent ketika Hanan memintanya langsung, Mourent binggung harus menempatkan dirinya bagaimana. Apakah dia harus terlentang, tengkurap, menghadap Hanan atau sebelumnya, dan akhirnya Mourent memiliki memunggungi Hanan untuk kembali menyembunyikan perasaannya, perasaannya saat ini bukan lagi sedih ataupun kecewa namun perasaan gugup yang tidak tahu berasal dari mana. "Sedikit lebih mendekatlah," pinta Hanan, dan Mourent menggeser sedikit kebelakang tubuhnya dan saat Mourent mundur dia langsung di sambut dengan pelukan Hanan. Saat ini Mourent hanya memiliki permintaan kecil di dalam hatinya, "Semoga Hanan masih ingit jika aku Mourent bukan Yang Rou We yang di rindukan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD