Kesempatan yang di berikan oleh Yang Rou We

1030 Words
Hanan dengan cepat mengabiskan makanan yang baru saja di bawakan oleh Mourent hingga Mourent binggung mengapa Hanan tiba-tiba bertingkah seperti ini. "Hanan," panggil Mourent namun Hanan hanya melihatnya sekilas kemudian melanjutkan makannya tanpa sisa. "Hanan? Ada apa denganmu?" tanya Mourent. Mereka hidup bersama sudah lebih dari cukup untuk memberikan waktu untuk Mourent mengenal Hanan, Hanan adalah seorang yang tenang dan bukanlah seorang pria ceroboh. Hanan meminum teh tanpa gula dengan sekali tarikan napas yang semakin membuat Mourent mencurigai perubahan sikap Hanan yang tiba-tiba ini. Mourent tidak memanggil tidak juga bertanya namun Mourent menunggu Hanan sendiri membuka mulutnya untuk mengatakan pada Mourent. Namun sayangnya Mourent sama sekali tidak mendapatkan penjelasan apapun tapi sebuah permintaan. "Bisakah aku keluar sebentar?" pinta Hanan. "Kemana?" Hanan tidak langsung menjawab, dia bimbing dengan perasaannya sendiri, antara mau jujur pada Mourent atau tidak. "Aku ingin menemui seseorang," jawab Hanan, suaranya hampir tenggelam di ramainya tamu undangan. "Yang Rou We?" Hanan langsung mengangkat kepalanya, dia terkejut mengapa Mourent bisa menembak dengan benar. "Pergilah," lanjut Mourent. "Mourent ...? Kamu tidak marah dan bagaimana kamu tahu jika aku ingin menemui Yang Rou We?" "Sejak awal aku sudah tahu posisiku dan hanya Yang Rou We yang bisa membuat sikapmu berubah tiba-tiba." Hanan binggung harus mengunakan ekspresi apa pada Mourent. "Pergilah, aku akan menunggumu di sini." Hanan menggenggam tangan Mourent. "Aku akan segera kembali. Aku hanya sebentar," ucap Hanan. Dia tidak menunggu jawaban dari Mourent, Hanan sudah melepaskan genggaman tangannya dan pergi berbalik, dengan cepat Hanan menghilang di kerumunan orang yang kebanyakan berdiri sedangkan Mourent duduk. "Walaupun kamu lama, aku juga tidak bisa berbuat banyak," jawab Mourent dan Hanan tidak akan mungkin mendengar jawaban dari Mourent. Mourent memandangi ke arah mana Hanan hilang meski Mourent sudah tidak lagi melihat keberadaan Hanan hanya ada tamu undangan yang memenuhi sudut pandangnya. Mourent ingin menyusul kemana Hanan pergi dan melihat interaksi antara Hanan dan Yang Rou We namun Mourent khawatir jika dirinya tidak sanggup melihat itu. Sedangkan Hanan berjalan cukup cepat menerobos banyaknya orang di sana, dan akhirnya Hanan berhasil melewati rintangan manusia itu namun sesampainya di depan gedung dia tidak menemukan siapapun, Hanan semakin kencang berlari, Hanan yakin jika Yang Rou We akan pulang. Tapi setelah Hanan menyusul tidak ada wanita yang mengunakan kebaya kuning. Hanan di buat frustasi karena untuk kesekian kalinya Hanan harus kehilangan jejak Yang Rou We lagi. Hanan sudah mencari Yang Rou We kemana-mana bahkan sampai ke tepi jalan rasa Hanan sudah cari namun tidak menemukan jejak Yang Rou We sama sekali. Hanan ingin menangis karena perasaan kecewa dan hancur namun air mata miliknya tidak bisa keluar sedikitpun meksipun Hanan merasakan sakit di dadanya. Dengan lunglai Hanan berbalik badan untuk kembali ke dalam dan saat itulah Hanan melihat Yang Rou We berdiri di pintu keluar sedang menyaksikan apa yang di lakukan oleh Hanan. Hanan tidak terlambat untuk mengejar Yang Rou We tapi dia terlalu cepat melakukannya, sedangkan Yang Rou We masih ada di belakangnya. "Yang Rou We?" Perasaan Hanan campur aduk karena melihat Yang Rou We antara bahagia dan malu karena Yang Rou We melihatnya seperti orang kehilangan akal saat mencari Yang Rou We. Tanpa pikir panjang Hanan mengambil langkah besarnya kearah Yang Rou We, Yang Rou We tidak menyangka jika Hanan akan datang untuk memeluk nya. Yang Rou We kaget dia memberikan waktu beberapa saat untuk Hanan, kemudian melepaskan pelukan Hanan. "Hanan tolong, lepaskan," Yang Rou We mencoba mendorong tubuh Hanan darinya. Bukan karena dia tidak bahagia di peluk oleh Hanan namun karena Yang Rou We menghormati istri Hanan, meski saat ini tidak ada seorangpun yang melihat mereka tapi bagaimana jika ada, bukankah itu sebuah masalah baru. "Sebentar lagi, biarkan ini sebentar lagi. Aku sangat merindukanmu," jawab Hanan dengan masih memeluk tubuh Yang Rou We. "Hanan ...," Yang Rou We mendorong d**a Hanan lagi dengan menaikkan sedikit suaranya. Hanan yang sudah melepaskan pelukan Yang Rou We tersadar dan segera minta maaf karena dia terbawa suasana. "Maaf, maafkan aku. Aku hanya begitu merindukanmu hingga aku lupa menjaga perasaanmu." Yang Rou We tidak menanggapi dia menata perasaannya sendiri dan tidak melihat Hanan. "Hanan, ingatlah. Kita sudah memiliki kehidupan masing-masing, jangan samakan keadaaan ini dengan dulu, tolong jaga perasaan saya dan tolong jaga perasaan istrimu sendiri," Yang Rou We masih bicara dengan sopan meski dia tidak menyembunyikan kemarahannya. "Maafkan aku, aku terbawa perasaan." "Hanan, kita bukan remaja yang terpisah 4 tahun saat itu, yang kita masih sama-sama sendiri. Itu sangat berbeda ok. Jika kamu masih sendiri dan aku sendiri kamu masih bebas mengejar ku kapan pun kamu mau. Tapi tidak untuk saat ini." "Baiklah aku berjanji tidak akan melakukannya lagi. Aku akan mengontrol diriku," Hanan memasang wajah seriusnya agar Yang Rou We mempercayai dirinya. Yang Rou We tidak menjawab dia sedang menetralisir detak jantungnya sendiri yang berdebar-debar karena baru saja di peluk oleh Hanan, jika ini bukan tempat umum mungkin Yang Rou We tidak akan melarang Hanan untuk memeluknya sedikit lebih lama, namun Yang Rou We sangat sadar jika di dalam sana ada istri Hanan yang perasannya harus di jaga. Mungkin Hanan hilang kendali namun Yang Rou We tidak. "Bisakah aku menemui mu lagi?" tanya Hanan. "Aku ingin bertemu dengan Karim," imbuh Hanan. Yang Rou We diam, dia tidak tahu harus bagaimana. Yang Rou We tidak ingin memberi tahu Hanan jika besok dia sudah terbang ke Jepang. Tapi Yang Rou We tidak ingin mengecewakan Hanan. "Yang Rou We ...!" panggil Hanan untuk mendapatkan jawaban. "Kamu bisa datang bersama dengan istrimu," jawab Yang Rou We. Dan senyuman mengembang muncul di wajah Hanan, tidak masalah jika dia harus datang bersama dengan Mourent asalkan Yang Rou We sudah memberikan kesempatan untuk mereka bertemu lagi. "Keman aku harus menemui mu dan Karim?" Yang Rou We mencari sesuatu di dalam tasnya namun tidak menemukan apapun yang bisa di gunakan untuk menulis. Hanan menyodorkan ponselnya sebagai solusi. "Ketik saja di sini," Pinta Hanan. Yang Rou We menerima ponsel milik Hanan, ada perasaan bersalah ketika Yang Rou We mengetik alamat rumah Alwa, Yang Rou We menulis alamat lengkap. Yang Rou We berani memberikan alamat rumah Alwa karena besok mereka sudah akan pergi jika beruntung Hanan akan bertemu dengan Yang Rou We dan Karim tapi jika Hanan datang terlambat maka hilang sudah kesempatan yang di berikan oleh Yang Rou We.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD