Bogem mentah dari Yang Yuan

2147 Words
Angka di dalam mobil itu menunjukkan pukul 02:49 dan seorang laki-laki sedang merokok di dalam mobil itu, sambil melihat ke luar jendela yang dia buka setengah turun. Hanan tidak tahu jam berapa dia sampai di tempat ini, tempat lahirnya seorang bidadari yang di puja Hanan dengan nama Yang Rou We. Hanan enggan berenjak dari tempat itu, dia masih ingin memandangi tempat di mana Yang Rou We di besarkan, Hanan putus asa karena tidak menemukan di mana Yang Rou We saat ini berada, jika Hanan tahu di mana Yang Rou We saat ini berada mungkin dia akan mendatanginya sejauh apapun itu, meski Yang Rou We tidak ingin bertemu dengannya setidaknya Hanan bisa melihat Yang Rou We meski dari jarak cukup jauh. Dia sadar jika dia adalah satu-satunya orang yang pantas untuk di salahkan, bukan Ibunya ataupun Yang Rou We. Hanan tahu jika ibunya berperan penting dalam kehancuran hubungannya dengan Yang Rou We, namun jika aja Hanan memiliki mental yang lebih kuat mungkin semua ini tidak terjadi, mungkin dia masih bisa melihat Yang Rou We meskipun mereka tidak bersama, saat itu Hanan mungkin cukup kalut karena pikirannya yang berantakan, mengambil keputusan yang gegabah yang akhirnya membuat dia dan Yang Rou We harus menyesal hingga saat ini. Pandangannya kosong melihat rumah itu, hanya beberapa lampu saja yang hidup dan Hanan memandang kamar yang gelap gulita itu, kamar sebelah kiri adalah milik Yang Rou We sedangkan yang kanan milik Yang Yuan. Hanan masih bisa melihat beberapa lampu berwarna-warni di kamar Yang Yuan, Hanan sedikit tahu kebiasaan Yang Yuan jika dia akan bergadang sepanjang malam hanya untuk bermain game, meski keesokan harinya Yang Yuan harus pergi bekerja. Dan sekarang Hanan melihat sekelebat bayangan hitam di kamar itu, Hanan tidak peduli jika itu Yang Rou We atau siapapun yang mengetahui keberadaannya di sini, apa yang bisa di lakukan oleh keluarga Yang Rou We yang paling parah mungkin Hanan hanya akan di maki ataupun di pukul sampai babak belur, jika Yang Rou We ingin mencincang tubuh Hanan, Hanan pun tidak akan melawan namun itu tidak akan pernah terjadi di negara ini, negara ini negara hukum, meski hukumnya sedikit perlu di atur ulang Hanan tersenyum kecil ketika dia melihat sosok yang hampir sama dengan wanita yang dia cintai membuka gerbang dan berjalan menghampirinya dengan wajahnya yang di tekuk, jika boleh jujur Hanan sedikit terjidiy dengan kedatangan Yang Yuan, bisa di bilang jika Yang Yuan dan Yang Rou We adalah kembar beda dua tahun, meski tidak begitu mirip namun jika di perhatikan ada kemiripan di beberapa sudut pandang. Yang Yuan menyilang kan kedua tangannya di depan dadanya sambil menatap Hanan dengan tatapan sinis. "Perlu apa datang ke sini?" tanya Yang Yuan pada Hanan yang masih duduk di bangku kemudi. "Tidak ada?" "Cihh ...," ucap Yang Yuan sambil membuang muka. "Keluar," kata Yang Yuan dengan kasar. Dan Hanan menuruti itu, dia dengan tenang membuka pintu mobil, keluar dengan santai, seperti tidak ada beban padahal di depannya Yang Yuan sedang cosplay jadi menjadi harimau yang kelaparan. "Apa yang sedang kamu lakukan di sini, kamu sedang mencari siapa?" tanya Yang Yuan pada Hanan yang langsung menarik kerah dengan kedua tangannya. "Tidak ada Bang, tidak ada," jawab Hanan dengan suara rendah dan nampak santai. "Kamu sudah berada di sini lebih dari 4 jam, kamu bilang tidak sedang melakukan apapun, selama empat jam kamu mengawasi rumah kami seperti seorang pengintai, dan kamu bilang kamu tidak melakukan apapun? Asal kamu tahu dengan apa yang aku lakukan itu sangat mengganggu ku, meksi kamu hanya diam di dalam mobil mu tanpa bergerak, tanpa bersuara, itu sudah sangat menganggu sudut pandang mataku, bau busuk dari tubuh mu sangat menyengat hingga ke kamarku, untuk ini malam dan hanya aku yang terjaga aku tidak yakin jika ini siang hari mungki orang-orang di sekitar sini akan melepari dirimu dengan batu besar karena bau busuk yang menyengat itu." Hanan tidak merubah ekspresi wajahnya, dia tetap diam seperti seorang yang sudah mati rasa, dia bagian seorang pencuri yang tertangkap basah, tidka memiliki kemampuan untuk membela dirinya sendiri, dia tidak melawan meski wajahnya di caci di pukul oleh orang lain. "Hanan, Hanan, Hanan, kenapa kamu harus datang di jam seperti ini?" Yang Yuan menahan amarahnya sendiri dengan menyatukan giginya dengan kuat. "Aku tidak ada niatan apapun," jawab Hanan. "Tapi keberadaan mu itu mengganggu kami." Yang Yuan melepaskan cengkraman tangannya di kerah Hanan. Dan meremas sendiri rambutnya, Yang Yuan nampak gemas sendiri melihat Hanan yang masih berani datang kemari, datang kehadapan keluarga wanita yang sudah dia sakiti. Hanan dan Yang Yuan menoleh ketika gerbang di belakang mereka di buka lebih lebar, Yang Yuan tadi saat keluar hanya membuka sedikit sekiranya itu cukup untuk tubuhnya keluar dan kini ada seorang wanita dengan mata pandanya berdiri di gerbang itu. "Ibu ...?" gumam Yang Yuan. Wanita yang nampak kurus dari pada terakhir Hanan lihat itu berjalan dengan tatapan dingin pada Hanan, dia berdiri di hadapan Hanan. Keduanya tidak punya niatan reuni Atua sekedar bertukar sapa. Plak Sebuah tamparan mendarat di pipi Hanan dengan keras dari tangan kurus ibu Yang Yuan, Hanan yang juga sudah kehilangan sebagian besar semangat hidupnya sama sekali tidak merubah mimik wajahnya sama sekali meski dia juga masih bisa merasakan rasa panas di pipinya. Hanan hanya sedikit goyah sebab tamparan keras itu namun dengan cepat dia kembali seperti semula berisi tegak dengan sedikit menunduk di depan wanita yang sudah melahirkan wanitanya, tinggi badan Hanan yang lebih tinggi dari pada wanita itu, namun nyalinya sangat besar jika hanya untuk menampar pipi Hanan yang memiliki tubuh kekar. Setelah memberikan sambutan pada Hanan dengan satu tamparan keras, tanpa mengucapkan sepatah kata pun ibu Yang Yuan pergi begitu saja dengan masih dengan langkah kecilnya, tidak ada berubah saat dia datang dan saat dia kembali hanya saja mata panda itu kini sudah berair, dia yang menampar pipi Hanan namun dia sendiri yang menangis, namun air nya itu seperti berada di ujung musim kemarau, tidak sedikitpun bisa lumer ke luar dari matanya, air mata itu seperti tertahan di pelupuk mata. Namun sebenarnya air mata itu sudah kering karena hampir sepanjang hari di gunakan dalam berbulan-bulan, hampir setahun wanita itu menangisi putrinya yang malang. Saat ibu Yang Rou We mengetahui jika laki-laki yang di perjuangkan putrinya itu malah menikahi wanita lain ibunya sangat bahagia karena dia berpikir akan mendapatkan anak perempuannya kembali, namun kebahagiaan itu tidak bertahan lama ketika Yang Yuan datang dengan tangan kosong dan kabar buruk. Yang Rou We menghilang dengan perutnya yang besar dan itu pasti anak Hanan yang di kandung olehnya, semua orang yang ada di rumah ini marah, dan wanita yang sudah mengandung Yang Rou We hanya bisa menangis atas nasib tragis putrinya, Yang Yuan orang yang pinh terbakar amarah dengan apa yang terjadi pada adik satu-satunya itu. Namun Yang Yuan tidak bisa berbuat apa-apa karena ayahnya menghentikan langkah Yang Yuan yang akan membuat perhitungan dengan Hanan. "Mau kemana?" tanya laki-laki itu. "Aku akan membuat perhitungan dengan Hanan," jawab Yang Yuan dengan wajah merah padam. "Tidak perlu," ucap ayah Yang Yuan. "Ayah, bagaimana ini tidak perlu?" Yang Yuan tidak mengerti dengan jalan pikiran ayahnya. "Untuk apa?" tanya kembali ayah Yang Yuan. "Untuk membalaskan rasa sakit Adikku," jawab Yang Yuan. "Adik siapa? Kamu lupa jika kamu anak tunggal?" "Ayah ...!" "Apa perlu aku tunjukkan kartu keluarga kita untuk mengingatkan ingatan mu jika hanya ada Ayah, Ibu dan satu anak laki-laki bernama Yang Yuan tertera di kartu keluarga kita?" "Ayah ..., janga seperti ini ..., aku mohon," Yang Yuan sampai memohon pada ayahnya agar dia di perbolehkan membuat perhitungan dengan Hanan. "Tidak, jangan buang waktu untuk sesuatu yang tidak penting, aku akan mengirim mu ke Semarang untuk mengurus pabrik kita yang ada di sana." "Ayah ..., biarkan aku selesaikan rasa sakit ini terlebih dahulu." "Sekali tidak tetap tidak. Gunakan pikiran dan tenaga mu untuk sesuatu yang berguna." Yang Yuan menatap mata ayahnya dengan wajahnya yang sembab dia ingin mengetuk hati ayahnya yang keras dengan deraian air matanya dan tangisan seorang ibu, namun itu tidak merubah apapun. "Semua ini adalah karma untuk anak yang membangkang pada orang tuanya," imbuh laki-laki itu. "Ayah, Rou We juga anak Ayah." "Bukan lagi, aku sudah berbaik hati memintanya untuk kembali tapi dia sendiri yang memutuskan hubungan dengan keluarga kita." "Aku memohon untuk Rou We tolong terima dia kembali di rumah ini, aku akan mencarinya sampai ketemu, dan membawa pulang untuk meminta maaf pada Ayah dan Ibu." Yang Yuan sampai bersimpuh di kaki ayahnya atas nama adik perempuannya, namun hati laki-laki itu seperti sudah berubah menjadi batu, tidak akan meleleh meski di bakar, tidak akan basah meski di rendam oleh air mata dan tidak akan berdarah meski di tersayat. "Biarkan dia tanggung jawab atas jalan yang sudah dia pilih, bertanggung jawab pada perbuatannya sendiri, biarkan dia merasakan pahitnya kehidupan karena telah mengabaikan nasehat dari orang tua, jika saja dia menerima dengan lapang apa yang sudah diberikan oleh orangtuanya semua ini tidak akan pernah terjadi." Laki-laki itu meninggalkan ruang tengah yang masih di hiyasi dengan tangisan seorang wanita dan sebuah amarah seorang saudara laki-laki. Yang Yuan ingin memeluk tubuh ibunya untuk menguatkan salah satu wanita yang dia cintai itu namun dia tidak mampu melakukannya, ketika melihat ibunya menangis dia juga tidak bisa berhenti menangis. "Kenapa ini harus terjadi pada putriku?" tanya wanita itu dengan suaranya yang serak, dia masih belum bisa menghentikan tangisannya dan semakin di pikir bukan semakin tenang malah tangisan itu semakin menjadi. ***** Yang Yuan melihat punggung wanita yang sudah melahirkan dia dan adik perempuannya, dia pergi tanpa kata setelah memberikan sambutan pada Hanan yang datang di waktu kebanyakan orang sedang beristirahat, namun sialnya Yang Yuan adalah orang yang akan terjaga sepanjang malam sedangkan ibunya tidak bisa tidur Meksi dia ingin, wanita itu akan terus terbangun karena pikirannya penuh dengan putrinya yang tidak di ketahui keberadaannya hampir satu tahun. Dia di anggap hidup namun sudah lama tidak tahu kabar beritanya, di anggap mati namun di mana jasadnya di semayamkan. Yang Yuan kembali mendekati Hanan dia mencengkram erat kerah Hanan, menatap Hanan dengan tatapan membunuh. Dan tanpa basa-basi Yang Yuan langsung memberikan Hanan bogem mentah di pipi Hanan, di mana ibunya baru saja menghadiahi tamparan keras untuk Hanan, tamparan keras dari ibu Yang Rou We masih bisa di rasakan oleh Hanan, namun saat ini sudah tidak lagi karena tamparan itu sudah tersamarkan oleh pukulan dari Yang Yuan. "Ini untuk adik perempuan ku kamu sakiti hatinya," ucap Yang Yuan setelah memukul wajah Hanan, Hanan hanya meringis sedikit saat dia di pukul Yang Yuan. "Ini untuk Ibuku yang air matanya yang sudah kering karena menangisi putrinya sepanjang malam," imbuh Yang Yuan saat kembali memberikan pukulan pada Hanan. Hanan tidak memiliki niatan untuk membalas setiap pukulan yang di berikan oleh Yang Yuan padanya. Dia kembali berdiri tegak tiap kali Yang Yuan memberikan pukulan yang menggantikan rasa sakit anggota keluarganya. "Ini untuk ayahku yang harus kehilangan putrinya karena putrinya sendiri memilih laki-laki seperti mu, laki-laki yang tidak bertanggung jawab," Pukulan kali ini di arahkan ke perut Hanan hingga dia membungkuk karena kuatnya pukulan dari Yang Yuan. Yang Yuan kembali mencengkram erat kerah Hanan untuk kesekian kalinya, "Asal kamu tahu, ayahku dengan terpaksa harus menghapus nama Yang Rou We dari kartu keluarga karena dia tidak mau meninggalkan mu, dia memperjuangkan laki-laki yang sama sekali tidak pantas untuk di perjuangkan. Aku sangat menyesal pernah mendukung hubungan kalian ...,"Dengan setengah berteriak Yang Yuan memukul Hanan dengan sekuat tenaganya. Kali ini Hanan sudah tidak bisa menahan rasa sakit di tubuhnya, dia merasakan bibirnya pecah dan darah di mulutnya sudah tertelan oleh Hanan. "Bangun, lawan aku. Jangan hanya pandai menyakiti perempuan," ucap Yang Yuan sambil menarik tangan Hanan yang tersungkur di jalan. Dengan menahan rasa sakit dan dengan sisa-sisa tenaganya Hanan merangkak bangun dengan berpegangan pada mobilnya. Namun saat Hanan baru saja berdiri pukulan sudah menyambutnya hingga Hanan kembali tersungkur di jalan dengan tengkurap, nampaknya kini dia sudah tidak bisa berdiri lagi. Yang Yuan berjongkok di samping Hanan yang tersungkur di jalan, dengan beberapa lebam di wajahnya dan bibirnya yang robek. "Itu untuk Adikku yang harus menanggung beban karena kamu tidak mau bertanggung jawab," imbuh Yang Yuan sambil menepuk-nepuk pipi Hanan yang sudah babak-belur. "Sudah cukup?" untuk pertama kalinya Hanan bersuara, dia mengunakan kedua tangannya untuk merubah posisinya dari yang tengkurap menjadi terlentang. "Apa sudah cukup?" Hanan kembali bertanya pada Yang Yuan. "Kenapa tidak mengakhiri saja hidupku yang sudah tidak berguna, mungkin dengan itu akan sedikit bisa membayar rasa sakit yang kalian rasakan karena perbuatan yang sudah aku lakukan." "Kamu masih punya nyali tinggi? Ketika bernapas saja kamu sudah kesusahan?" Hanan kembali gemas ingin memukul Hanan. "Pukul saja sampai puas, bila perlu bunuh aku, jangan takut jika nanti kamu di adili, aku akan membuat surat peryataan sebelumnya hingga kamu akan terbebas dari dakwaan apapun." "Banyak bicara," ucap Yang Yuan sambil melayangkan pukulan untuk kesekian kalinya. Sam setelah itu baru Yang Yuan berhenti, bukan karena sudah puas, bukan karena rasa sakit di hatinya berkurang namun karena Hanan sudah tidak sadarkan diri karena pukulan demi pukulan yang dia terima dari Yang Yuan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD