Siapa yang paling tersakiti

1082 Words
Dengan langkah besarnya Hanan meninggikan Yang Rou We yang masih menunduk, namun setelah jarak sepuluh meter Hanan mengurangi kecepatan langkahnya dan berbalik melihat Yang Rou We yang masih bertahan di posisinya semula, Hanan mencari tempat yang dia bisa melihat Yang Rou We dengan jelas namun Yang Rou We tidak bisa melihatnya. Jatuhlah air mata Hanan saat dia sudah jauh dari Yang Rou We, dia terisak tanpa suara karena baru saja dia menyakiti perasaan wanita yang paling dia cintai, dan Hanan yakin jika Yang Rou We tidak akan melupakan rasa sakit yang sudah di berikan oleh Hanan. Air mata itu tidak bisa di tahan, tumpah begitu saja tanpa bisa di kendalikan oleh Hanan, dia tidak malu untuk menangis meski dia seorang laki-laki, tapi dia malu karena dia menyakiti seorang wanita yang begitu tulus mencintai Hanan. Hanan butuh waktu tiga hari setelah pertemuannya dengan ibunya, selama itu pula Hanan tidak berani menghubungi Yang Rou We, dan saat dia datang kemari di tempat mereka akan bertemu, sebenarnya sejak awal Hanan sudah datang namun dia tidak berani menunjukkan diri di depan Yang Rou We, dia hanya berdiri mengawasi Yang Rou We dari kejauhan, ingin rasanya dia datang dan memeluknya. Namun Hanan takut terbawa perasaan dan semakin tidak bisa melepaskan Yang Rou We. Yang Rou We yang di tinggalkan sendirian di sana, menghitung pasir yang ada di bawahnya, yang tidak akan pernah bisa dia hitung, lama kelamaan pasir itu tidak bisa lagi di hitung, bahkan dia lihat secara detail pun juga tidak bisa, karena mata Yang Rou We juga sudah berair, tapi ia tidak membiarkan jatuh, semua di tampung di kelopak matanya, dia linglung dengan keadaan ini. Tangan Yang Rou We mengambil setangkai bunga mawar putih yang dia letakkan di atas pasir, Yang Rou We memandangi sebentar dengan mata yang penuh dengan air mata namun ekspresi wajahnya nampak masih datar, Yang Rou We masih terus memperhatikan bunga yang ada di tangannya, masih beberapa saat dia menerima bunga ini dari Hanan, apakah bunga ini sebagai lambang perpisahan mereka. Tangan kiri Yang Rou We mengali pasir yang ada di sampingnya, tidak dalam dan juga tidak begitu panjang, Yang Rou We hanya mengunakan filingnya yang berantakan untuk melakukannya, bunga yang ada di tangan kanannya di pindah ke tangan kiri sebelum Yang Rou We mengubur ke pasir yang sudah dia gali sebelumnya. Yang Rou We hanya melihatnya sekilas setelah itu membiarkan tangan kirinya bekerja dengan sendirinya. Yang Rou We sudah selesai berurusan dengan bunga pemberian Hanan, dan masih ada satu amplop yang menunggu di eksekusi, Yang Rou We bangkit dari duduknya yang nyaman, dia mengambil beberapa langkah ke depan untuk lebih dekat dengan ombak yang masih menari-nari dengan teratur. Tangannya begitu lincah membelah foto-foto itu menjadi beberapa bagian, dan di jatuhnya begitu saja di bawah kakinya, dan akan tersapu oleh ombak yang datang. Yang Rou We melakukan itu berulang-ulang sampai amplop di tangannya menjadi kosong. Pandangan Yang Rou lurus ke depan dengan tatapan kosong, matahari sepenuhnya sudah benar-benar tengelam sisa cahayanya yang indah itupun hanya tinggal sedikit, pantai ini sudah mulai di tinggalkan oleh pengunjung, bibir pantai tidak begitu banyak penerangan hanya ada cahaya rembulan yang mulai datang mengantikan tugas matahari yang sudah usai untuk hari ini. Yang Rou We menolak untuk pergi meski dia merasakan jika air mulai pasang, ombak yang menghampirinya semakin tinggi, air yang awalnya hanya membasahi telapak kakinya kini sudah di atas mata kakinya. Remahan foto yang dia jatuhkan kini tidak ada satupun bagian yang bisa di lihat karena lautan sudah membawanya pergi, luka hari ini Yang Rou We serahkan pada laut, biarkan laut yang mencerna segalanya namun tidak bisa di pungkiri jika Yang Rou We datang ke air laut dengan tubuh penuh luka, luka di tubuhnya bersentuhan langsung itu bukan untuk menyembuhkan namun semakin membuatnya merasakan sakit dia kali lipat. Air laut semakin pasang Yang Rou We bukan mengambil langkah kebelakang malah mengambil beberapa langkah ke depan sampai ombak menyentuh lututnya, Hanan yang terus mengawasinya dari jauh sudah hampir berlari menghampiri Yang Rou We, Hanan takut jika Yang Rou We akan berpikiran dangkal untuk mengakhiri hidupnya. Tangan Hanan terulur seakan ingin menggapai Yang Rou We tapi itu tertahan di udara, dia mengurungkan niatnya untuk menghampiri Yang Rou We saat Hanan melihat Yang Rou We sudah menghentikan langkahnya. "Jangan ...," Teriak Hanan lirih saat melihat Yang Rou We tanpa ragu mengambil ponselnya dari saku kemudian dengan gerakan cepat tanpa ragu sedikitpun langsung melempar ponsel di tangannya sekuat tenaganya. Hanan yang melihatnya langsung memejamkan matanya, yang di buang ponsel Yang Rou We, yang membuang ponsel itu Yang Rou We tapi yang penuh penyesalan adalah Hanan, mungkin di dunia ini yang tahu betapa berharganya ponsel itu selain Yang Rou We adalah Hanan. Ponsel itu bukan hanya ponsel untuk berkomunikasi, tapi ada juga beberapa saldo Yang Rou We dalam bentuk dolar, mungkin bukan masalah jika Yang Rou We hafal kata sandi akun miliknya tapi Hanan sangat tahu jika Yang Rou We sangat pelupa akan hal kecil seperti itu, Hanan yang mengingat di luar kepala sandi milik Yang Rou We, dan kemungkinan untuk bertemu lagi dengan Yang Rou We sangat kecil, lalu bagaimana Hanan akan memberi tahu Yang Rou We tentang hal kecil itu. Hanan yang galau sendiri karena Yang Rou We membuang ponselnya, tapi tidak dengan Yang Rou We, dia langsung berbalik badan setelah membuang satu-satunya alat komunikasi yang bisa dia gunakan, langkah yang kecil keluar dari air dan berjalan dengan sangat pelan pergi dari bibir pantai, malam sudah datang tidak ada gunanya Yang Rou We tetap berada di sini. Hanan memperhatikan wajah Yang Rou We yang datar tidak bisa melihat apa dia menagis atau tidak, jarah mereka cukup jauh dan keadaan yang kurang penerangan membuat Hanan tidak bisa memastikan apa Yang Rou We menangis atau tidak, tapi yang jelas saat ini Yang Rou We tidak sedang baik-baik saja seperti dirinya, mungkin Yang Rou We lebih parah dari pada dirinya. Dia adalah pihak yang paling tersakiti, pihak yang paling di rugikan, dia pihak yang di tinggalkan, namun dia masih nampak tegar, Hanan berpikir jika Yang Rou We akan menangis tersedu-sedu karena keputusan yang diambil oleh Hanan, terbesit di pikiran Hanan. Bagaimana Yang Rou We bisa menerima begitu mudah keputusan Hanan, bahkan dia meminta maaf untuk kesalahan yang tidak mungkin Yang Rou We lakukan, lalu apa ini, Hanan sedang menaikkan perannya. Seorang kekasih yang di tusuk dari belakang, apakah Yang Rou We juga sedang memainkan perannya juga, lalu dia menjadi apa. Kejadian hari ini terlalu mudah di lalui oleh Hanan, seolah-olah Yang Rou We mempermudah akting Hanan sebagai kekasih yang tersakiti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD