Pelukan Hanan di bandara

1124 Words
Suasana bandara internasional Jogjakarta begitu ramai oleh para penumpang yang akan pergi maupun datang, Mourent sedang menunggu kedatangan Hanan. Penerbang pesawat Hanan hanya satu jam sepuluh menit, dan Mourent sudah datang tiga puluh menit yang lalu, Mourent sengaja datang lebih awal karena dia tidak ingin Hanan m nunggunya. Hanan menolak saat Mourent menawarkan diri untuk menyusul Hanan ke Bandung, tapi dia tidak bisa menolak lagi saat Mourent ingin menjemput Hanan ke bandara, perjalanan Bandung ke Jogja hanya satu jam sepuluh menit, namun perjalanan apartemen Hanan dan Mourent memakan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Ketika Hanan akan lepas landas, Mourent juga berangkat dari rumah, dan Mourent lebih suka menunggu Hanan di bandara sambil melihat banyak orang yang saling berpelukan untuk mengucapkan selamat jalan, atau melepas rindu pada orang yang baru saja kembali dari jauh. Tanpa banyak orang sadari jika sebenarnya bandara telah melihat banyak pelukan lebih tulus daripada ruang pernikahan dan dinding rumah sakit telah mendengar banyak doa di ucapkan dari pada tempat ibadah mana pun. Mourent kembali tersenyum ketika untuk kesekian kalinya dia melihat sepasang kekasih sedang melepaskan rindu setengah melakukan LDR dalam waktu yang lama, Laki-laki itu mengangkat tubuh wanita itu kemudian memutarnya karena bahagia. Senyuman mengambang di keduanya hingga siapapun akan ikut tersenyum bahagia dengan pemandangan ini. Pertunjukan itu sudah selesai dan Mourent kembali fokus ke pintu keluar, tempat di mana orang-orang yang baru saja turun akan melewati pintu itu kecuali penumpang VVIP, mereka memiliki jalur lain karena keistimewaan mereka, seperti tokoh masyarakat, selebritis dunia dan lain sebagainya. Senyuman mengembang kembali di bibir Mourent saat dia mendengar pengumuman yang beberapa menit sekali terdengar, melaporkan aktivitas yang terjadi di bandara, yang membuat Mourent merasa bahagia dan nyaman adalah, sang moderator mengunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Jawa. Mourent memang sangat jarang sekali berpergian, karena dia tidak punya alasan untuk melakukannya pertama dia tidak punya salah saudara yang mengharuskan dia naik pesawat dia juga kebetulan kuliah hanya berjarak beberapa jam saja dari rumahnya. Mourent juga tidak memiliki hobi travelling karena dia lebih suka menghabiskan waktunya berada di dalam rumah ataupun pergi hiburan itupun hanya untuk makan cuma dia tidak begitu menyukai traveling yang menghabiskan waktunya di perjalanan jam-jam jauh dari rumah. Aneh ini bukanlah pertama kalinya dia bertemu dengan Hanan, mereka sudah berumah tangga selama setahun lebih dan Hanan sering pergi berpergian untuk beberapa hari tapi entah mengapa apa kali ini berbeda untuk Mourent, karena Mourent tahu jika Hanan sedang tidak baik-baik saja. Mourent semakin tidak tenang ketika dia melihat jarum jam di pergelangan tangannya dia menghitung dan benar saja pengumuman penerbangan pesawat dari Bandung telah tiba, setelah beberapa saat akhirnya para penumpang dari Bandung melintasi pintu keluar satu demi satu, Mourent mengetuk pagar pembatas dengan kuku-kukunya menandakan jika dia sedang gelisah dengan pandangan terus melihat setiap orang yang dari pintu keluar. "Hanan," Gumam Mourent ketika melihat seorang laki-laki sedang menarik kopernya dengan malas, meskipun Hanan mengunakan masker dan hanya menunjukkan matanya saja, namun Mourent melihatnya setiap hari ketika dia bangun tidur. Tentu saja Mourent akan tetap mengenali Hanan yang berjalan sedikit menunduk dengan rambutnya yang agak berantakan. Mourent tidak perlu mengangkat tangannya untuk memberi apa kepada Hanan keberadaannya dia juga tidak berteriak memanggil nama Hanan agar supaya Hana tahu jika Mourent ada di sudut sana dari banyaknya orang yang menunggu kedatangan penumpang lainnya. Mourent hanya diam saja sambil terus memandang Hanan yang masih berjalan dengan membawa kopernya dengan malas, sebelumnya Mourent sudah mengatakan jika dia menggunakan sweater berwarna ungu dengan rambut tergerai kepada Hanan jadi tidak perlu terlalu heboh untuk menyambut kedatangan Hanan, kedatangan Hanan dengan suasana hati yang baik tidak akan cocok dengan kehebohan yang mungkin akan dia tunjukkan. Hanan mengangkat kepalanya untuk mencari keberadaan Mourent dan saat itu Mourent menyukainya, padahal Mourent berdiri tidak jauh darinya, dan Hanan tidak bisa melihatnya. Untuk beberapa sat Hanan tidak melakukan apapun, dia mencari keberadaan Mourent namun tidak menemukan, padahal Mourent berdiri tepat di pagar pembatas, berdiri tegak memainkannya jarinya di pagar pembatas, namun kehadiran Mourent memang tidak nampak dimata Hanan. Dan akhirnya Mourent mengalah dan memilih untuk menghampirinya Hanan, namun pandangan Mourent tidak lepas sedikitpun saat berjalan perlahan mendekati Hanan, masih ada harapan kecil supaya Hanan mau menoleh ke arahnya dan dia bisa menemukan Mourent yang sudah cukup dekat dengannya. Yang terjadi bukan Hanan menoleh untuk menemukan Mourent yang ada ponsel milik Mourent malah berdering dan itu panggilan dari Hanan, Mourent tidak menjawabnya karena jarah mereka tinggal lima meter saja, namun saat melihat Hanan nampak gelisah Mourent langsung mengangkat panggilan dari Hanan. "Ya," jawab Mourent pelan. "Kamu di mana? Bukankah kamu mengatakan sudah berangkat sejak tadi?" "Aku sudah." "Aku tidak melihatmu." Mourent tidak menjawab, dia hanya terus. melangkah lebih dekat dengan Hanan. "Apakah terjadi sesuatu di jalan?" Hanan mencoba mencari tahu keadaan Mourent." "Mourent yang ingin bohong dan membodohi Hanan, tapi jarak mereka sekarang sekat, dan ketika Hanan berbalik dia sudah bisa menemukan Mourent. "Mourent ...?" panggil hanan, tapi Mourent tidak menyahut. "Mourent," Untuk kedua kalinya Hanan memanggil Mourent, Mourent tidak menjawab, dia hanya mengulurkan tangannya dan menempelkan di pundak Hanan. Dengan cepat Hanan berbalik dengan ponsel masih menempel di telinganya, "Aku di sini," jawab Mourent. Hanan tidak mengatakan apapun, dia langsung menghamburkan dirinya ke Mourent, dia memeluk Mourent begitu erat. Mourent sama sekali tidak menyangka jika Hanan akan langsung memeluknya, bahkan Mourent sedikit terhuyung ke belakang karena tidak siap dengan pelukan dari Hanan, tapi dia tertahan dengan pelukan Mourent yang kuat, hingga Mourent masih berdiri dengan benar di dalam pelukannya. Hanan masih memeluk Mourent dengan kuat seakan Hanan tidak ingin melepaskannya namun pikiran Mourent malah berpikiran yang macam-macam. "Bagaimana jika Hanan lupa jika yang sedang ada di hadapannya dan saat ini dia peluk adalah aku bukan Yang Rou We?" Pikiran Mourent sampai ke sana karena Hanan tidak pernah mengambil inisiatif untuk lebih dekat dengan dirinya. Mourent dia untuk beberapa saat untuk menunggu Hanan melepaskan pelukannya, Mourent berpikir jika Hanan menganggapnya sebagai Yang Rou We, maka Mourent akan menjadi beberapa saat untuk bisa di peluk oleh Hanan, namun pelukan itu tidak juga lepas sedangkan mereka sudah menjadi pusat perhatian. "Hanan ...?" panggil Mourent. "Emm," hanan hanya menyahut dengan gumaman. Aku Mourent bukan Yang Rou We," ucap Mourent dengan pahit, untuk membangunkan Hanan yang sedang terjebak di dalam halusinasi. "Aku tahu," jawab Hanan dengan ringan. Namun jawaban dari Hanan malam membaut Mourent membalas pelukan dari Hanan. Awalnya tangan Mourent tergantung karena dia masih syok dengan apa yang di lakukan oleh Hanan, dan saat ini dia bahagia karena Hanan memeluknya dengan eret mengunakan kesadarannya, Mourent tidak peduli jika saat ini dia dan Hanan menjadi pusat perhatian banyak orang yang ada di bandara, Mourent sedang menikmati pelukan hangat dari Hanan, dia menyembunyikan dirinya di pelukan Hanan yang bertubuh tinggi besar, Mourent juga menutup matanya agar bisa merasakan pelukan hangat Hanan dengan maksimal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD