SEPURANE

1043 Words
Yang Rou We sangat fokus pada tujuannya sampai tidak melihat bagaimana cara Hanan memandangnya, senyuman kecil di bibirnya. Yang Rou We tetap tidak bisa menyamai tingginya Hanan meski dia sudah berjinjit, yang ada di pikirannya dia harus mendapatkan miliknya kembali dan urusannya dengan Hanan selesai, jadi dia memutuskan melompat agar bisa mengambil miliknya. Yang Rou We bersiap melompat dan dia tersenyum karena tangannya akhirnya bisa meraih tangan Hanan, namun bukankah seharusnya di pertanyakan. Kenapa Hanan yang sedari tadi kekeh mempermainkan Yang Rou We tiba-tiba menyerah, bukankah Hanan masih bisa menggeser tangannya meski Yang Rou We melompat. Hanan tidak melakukannya karena Hanan teralihkan pada tangannya yang bebas untuk menangkap tubuh Yang Rou We yang tepat di depannya, Yang Rou We yang melompat dan di tangkapannya mengunakan satu tangan kini gadis itu ada di pelukan Hanan dengan kaki yang masih menggantung di udara. Yang Rou We masih memegang kertas di tangan Hanan yang masih berdiri tegak di udara Namun kini pandangannya teralihkan pada seseorang yang sedang mengangkat tubuhnya dengan satu tangan, dan kedua manik itu saling bertemu sangat-sangat dekat, bahkan Yang Rou We bisa merasakan hembusan napas Hanan mengenai wajahnya. Yang Rou We menunduk dan Hanan mendongak. Posisi seperti itu bertahan cukup lama hingga sebuah flash menyala menyadarkan mereka, Hanan dan Yang Rou We langsung menoleh ke arah samping dan mendapati seorang wanita dengan tubuhnya yang besar sedang memaki ponselnya sendiri, karena dia lupa mematikan flash di ponselnya. "Anka ...," Yang Rou We membuka mulutnya lebar-lebar namun tidak ada suara keras di sana. Dan gadis bernama Anka itu nyengir kuda pada Yang Rou We sambil memberikan dua jempolnya pada Yang Rou We, tapi dia segera membalikkan badannya dan berjalan cepat, karena dia tahu jika Yang Rou We akan menargetkan dirinya, Yang Rou We menepuk-nepuk pundak Hanan memaksa turun dari pelukan Hanan. Yang Rou We segera menyusul Anka yang sudah berjarak jauh dengannya. Anka tidak bisa berlari dan membuat keributan di dalam perpustakaan, jadi dia berjalan cepat menuju pintu keluar dan setelah dia sampai di pintu keluar, Anka mengerahkan seluruh kekuatannya untuk berlari menjauh dari perpustakaan, dia tahu cepat atau lambat Yang Rou We akan menyusulnya. Dan pelaku utamanya hanya tersenyum melihat adegan ini, dan kertas milik Yang Rou We masih di tangannya, dia memainkan kertas itu dan memulai pencarian. Hanan akan mencari semua daftar buku yang di butuhkan Yang Rou We, dan Hanan berharap saat Yang Rou We kembali dia sudah menemukan semuanya. "9 buku, tidak banyak," gumam Hanan dan mulai menyusuri lorong yang menjulang tinggi itu. Setelah pencarian yang melelahkan Hanan mengistirahatkan tubuhnya di bangku baca yang di sediakan oleh perpustakaan. Hanan berkali-kali melihat pintu masuk dan dia tidak menemukan gadis itu kembali, Hanan melihat jarum jam yang ada di pergelangan tangannya dan dia sudah kehabisan waktu. *** Yang Rou We memijat pelipisnya sendiri, kepalanya terasa pusing karena dia sudah berputar-putar di dalam perpustakaan tidak menemukan buku yang dia cari, sekarang Yang Rou We menjadi tidak tenang karena kejadian kemarin, dia selalu memperhatikan sekeliling. Takut jika Hanan akan muncul secara tiba-tiba, jujur Yang Rou We tidak siap bertemu dengan Hanan meski sudah 4 tahun berlalu waktu itu belum cukup untuk Yang Rou We menata hatinya lagi untuk berhadapan langsung dengan Hanan. Gara-gara Hanan pemuda yang dia temui 4 tahun lalu telah membuat Yang Rou We frustasi, karena semua laki-laki yang dia temui menjadi blur di matanya, gara-gara Hanan semua laki-laki menjadi tidak menarik lagi di matanya, sungguh miris. Akhirnya Yang Rou We menyerah mencari buku di perpustakaan, semua buku telah habis di pinjam mahasiswa lain dan dia hanya mendapatkan dua buku saja, Yang Rou We membawa dua buah buku itu ke petugas namun segera petugas itu memberikan satu tumpuk tinggi, setelah Yang Rou We memperhatikan itu adalah buku-buku yang dia cari. "Miss ini untukku?" tanya Yang Rou We untuk memastikan. "Iya, sejak kemarin sudah di sini." "Dari siapa?" Wanita itu tidak menjawab hanya memberikan sebuah kertas, dan tentunya Yang Rou We mengenalinya karena di sana tertoreh tulisannya sendiri, namun ada beberapa tambahan tulisan asing di sana. SEPURANE Tanpa harus berpikir Yang Rou We bisa menembak siapa pelakunya, ini adalah orang yang sudah membuat keributan kemarin, dan hanya Hanan yang Yang Rou We kenal ya berasal dari Jogja, dia menuliskan permintaan maaf dalam bahasa Jawa. Yang Rou We meremas tulisan itu dan membuangnya ke tempat sampah, tapi dia masih membawa buku-buku yang di carikan oleh Hanan untuknya. Kali ini Yang Rou We hanya ingin segera pulang ke apartemen miliknya dengan banyak buku di tangannya. Entah sejak kejadian beberapa minggu yang lalu kehidupan Yang Rou We di Jerman menjadi b***k tenang dan itu karena kedatangan Hanan kembali di kehidupannya, selama 3 tahun tinggal di sini dia betah dan tidak memiliki keluhan apapun, tapi sekarang dia hanya takut bertemu dengan laki-laki itu, bukan takut yang bagaimana dia takut pada dirinya sendiri tidak bisa mengontrol diri di depan Hanan. Yang Rou We menaruh buku-buku itu di meja belajarnya setelah sampai di apartemen namun dia berhenti saat ada sebuah gambar terselip di antara buku itu, Yang Rou We mengambilnya dan memandangi gambar wajah seorang gadis, dan itu adalah dirinya sendiri. Namun gambar itu bukan dirinya yang sekarang, itu adalah dirinya yang di temui Hanan 4 tahun yang lalu, lebih tepatnya terakhir kali mereka bertemu, Yang Rou We bisa mengetahui jika ini adalah dirinya saat terakhir kali dia bertemu dengan Hanan dari penampilannya. Hanan menggambar dirinya begitu detail, sangat-sangat detail dari helai demi helai rambut tertoreh begitu rapi, bulu mata hingga bulu-bulu halus itu nampak nyata, jika Yang Rou We tidak mengetahui kalau Hanan pandai melukis mungkin dia akan mengira jika ini bukan lukisan melainkan sebuah hasil kamera. Namun Yang Rou We bukannya bahagia dia malah menitihkan air mata, karena Hanan menggambar dirinya sepenuh hati itu bisa di rasakan dari goresan-goresan di atas kertas itu, Yang Rou We seperti kembali ke 4 tahun yang lalu saat melihat air mata yang tertahan di lukisan itu. Ada beberapa helai rambutnya yang menutupi wajahnya di lukisan itu, tapi itu tidak menghalangi fokus Yang Rou We pada matanya yang penuh dengan air mata, Yang Rou We bertanya-tanya bagaimana Hanan menggambarnya bahan sepasang anting panjang yang dia kenakan di lukis begitu sempurna, saat itu rambut Yang Rou We masih panjang dan dia biarkan tergerai hanya di ikat kecil bagian atasnya, dan Hanan mengingatnya dengan baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD