KISAH PUTRI YANG MALANG

1512 Words
Dengan nafas yang tersengal-sengal pemuda bernama A Wan itu membawa masuk Yang Ruo We kedalam klinik, A Wan hanya menemukan klinik saat berusaha membantu Yang Ruo We. "Ada apa ini mas?" Tanya seorang suster pada A Wan yang menaruh tubuh Yang Ruo We. "Dia sedang hamil sus, tadi di terjatuh di trotoar di tabrak copet," A Wan memberikan penjelasan pada suster itu agar wanita hamil itu segera di tangani. "Baik kami akan menanganinya, mohon isi formulir di depan," A Wan segera mengiyakan perawat itu, dan menuju kasir depan. A Wan menggoyang-goyangkan seluruh tubuhnya yang terasa sakit, kedua tangannya hampir mati rasa karena membawa wanita hamil itu, pundaknya amat sakit mungkin saat ini ada luka di balik bajunya yang tipis. Karena sepanjang perjalanan wanita itu mencengkram pundaknya dengan sepuluh jarinya, dan A Wan hanya bisa menahannya. Dia tidak bisa menolak hal itu, bagiamana pun dia sedang hamil dan ada masalah dengan kandungannya, mana mungkin A Wan akan protes, dengan melihat mimik wanita itu saja dia sudah bisa merasakan apa yang di rasakan oleh wanita itu sedang menahan rasa sakit pada perutnya. "Atas nama siapa mas?" Petugas itu mencatat formulir untuk Yang Ruo We. "Maaf mbak saya tidak tahu namanya, saya hanya kebetulan bertemu di jalan dan membantunya." "Lalu siapa yang akan bertanggung jawab di sini?" "Saya, saya yang akan bertanggung jawab." "Baik, nama anda." "Ridwan," Nama Ridwan adalah nama pemberian ibunya orang tua satu-satunya Ridwan, namun dari kecil dia di panggil A Wan karena saat A Wan sewaktu kecil susah bicara yang membuatnya tergagap dan tidak bisa menyebutkan namanya sendiri dengan benar dan jadilah Ridwan menjadi A Wan. Namun ibunya tetap memangilnya Ridwan, dan nama A Wan itu untuk orang-orang yang ada di sekitarnya yang mengetahui sejarah terjadinya nama itu. "A-a aawan," Dengan tergagap teman-temannya memangilnya, namun itu malah menjadi keterusan sampai dia tumbuh dewasa. Setelah dia merantau ke ibukota A Wan sudah terbiasa dengan panggilan itu, dan dia memperkenalkan dirinya juga dengan nama itu. A Wan hanya memiliki satu orang tua yaitu ibunya, kehidupan A Wan sama sekali tidak mulus bahkan sejak A Wan masih berada di dalam kandungan. Ibunya adalah wanita yang sangat cantik dari keluarga berpengaruh, keluarganya juga masih berkerabat dekat dengan seorang kyai besar yang memiliki sebuah pondok pesantren. Namun sayang Ibu A Wan memiliki nasib buruk, kesuciannya di ambil paksa oleh seseorang yang tidak di kenal. Padahal ibu A Wan adalah wanita baik-baik dengan penampilan tertutup namun ternyata itu belum bisa menghindarkan dari mata jahat padanya. Ibu A Wan seorang gadis dengan paras cantik, banyak sekali pemuda yang ingin menyuntingnya, namun sampai dia berusia 25 tahun dia tidak kunjung juga mendapatkan seseorang yang menurut keluarganya layak bagi Alwa, sebenarnya Alwa tidak memiliki kriteria khusus untuk calon imamnya, namun jika keluarganya tidak menyukai laki-laki yang datang menyuntingnya, mau bagiamana lagi, Alwa tidak bisa berbuat banyak, dan hanya diam dan patuh akan pendapat keluarganya. Alwa dengan baik menjalankan kehidupannya yang monoton, pergi mengajar di sebuah pondok pesantren yang di pimpin oleh pamannya, dan kembali pulang ke rumah menjadi anak yang baik dan patuh untuk kedua orang tuanya. Saat itu Alwa sedang pulang sendirian dari tempatnya mengajar, ada sebuah acara di madrasah yang membuatnya pulang sedikit lebih malam, namun malangnya dia mendapatkan musibah di jalan, dia tidak mengetahui pasti apa yang terjadi karena tiba-tiba dia mendapatkan serangan dari belakang dan pandangannya gelap setelah itu dia tidak sadarkan diri. Alwa merasa jika ada sesuatu yang menghantam tengkuknya, bahkan sebelum dia bisa berpikir dia sudah tersungkur, tidak di ketahui untuk waktu beberapa lama Alwa tidak sadarkan diri namun saat dia terbangun dia mendapati keadaannya yang mengenaskan. Alwa pulang dengan ke adaan mengenaskan, dia sudah tidak bisa lagi mengangkat kepalanya di hadapan orang lain, dia sudah mencoreng nama baik yang telah di jaga oleh keluarga besarnya. Tidak ada orang yang menghakiminya di hadapan wanita malang itu, namun suara-suara sumbang akan tetap terdengar di telinganya. Ini bukan kesalahan wanita tidak berdosa ini, dia hanya korban dan kini menjadi bahan olok-olokan banyak orang, keluarnya sangat malu namun tidak ada yang bisa dilakukan. Keluarga besarnya tidak ada yang menghakiminya bertanya pun tidak, mereka hanya mendengarkan cerita Alwa dan tidak bertanya lagi, namun karena terus di diamkan dan di hindari oleh keluarganya sendiri, membuat wanita itu semakin terpukul. Alwa sudah di buat bahan omongan banyak orang, dan di jauhi oleh keluarganya sendiri, dia tidak mempunyai muka lagi untuk mengajar. Dia sangat drop hingga sampai sakit berhari-hari dan tidak ada yang tahu, wanita itu mengobati dirinya sendiri dengan apa yang ada di kamarnya, dia hanya akan keluar jika malam hari tiba, ketika keluarga besarnya sudah terlelap. Sebelumnya dia akan membantu ibu dan saudara iparnya untuk memasak namun sejak saat kejadian naas itu terjadi tidak ada lagi orang yang mau memakan makanan buatannya. Dia sudah mencoba bersikap biasa namun nyatanya mereka tetap tidak bisa melupakan bencana itu. Wanita itu menarik dirinya dari masyarakat dan keluarganya sendiri, korban yang harusnya di lindungi dan di ayomi malah di hakimi, nyatanya menghakimi langsung itu tidak lebih menyakitkan dari pada apa yang sedang orang-orang terdekat alwa lakukan. Wanita itu hampir mati karena sakit berhari-hari bahkan ibunya sama sekali tidak ingin tahu apa yang dia lakukan di dalam kamar berhari-hari, bukan karena dia sudah tidak peduli namun orang tuanya juga mendapatkan tekanan dari masyarakat yang membuatnya terpukul sampai lupa bagaimana menghibur putrinya sendiri. Bahkan ayahnya sudah tidak mau lagi melihatnya, putri kandungnya sendiri, putri yang selama ini menjadi kebanggaan kini menjadi putri yang terbuang. Laki-laki tua itu berhadap dan memiliki cita-cita mencarikan seorang pemuda yang baik akhlak dan dunianya, namun dengan keadaan yang seperti ini laki-laki mana yang akan mau meminang putrinya. Ibu A Wan sudah tidak tahan lagi akan perlakuan keluarganya sendiri saat mereka tahu jika wanita itu hamil hasil hubungan yang terlarang, dia mengandung hasil p*********n, yang membuat seluruh keluarga besarnya menganggap wanita malang itu seperti hantu di dalam rumah. Tubuh wanita cantik itu kini menjadi sangat kurus kering, hanya perut buncitnya yang bisa terlihat yang menandakan jika dia hamil lima bulan. Hari-hari di habiskan wanita itu di dalam kamarnya, hanya dengan beribadah dan beribadah tidak ada yang lain, setiap hari berpuasa dan buka jam sebelas malam saat sudah tidak ada orang. Tubuhnya kurus, wajahnya pucat, matanya sayu dengan perut buncitnya namun itu tidak bisa memudarkan wajahnya yang cantik. Tidak ada tempat bersandar hanya Allah satu-satunya tempat dia mengadu dan memohon agar kuat menjalani kehidupan keras ini. Sebenarnya dia sangat malu, merasa jika dirinya kotor namun hanya ini pilihan satu-satunya yang bisa dia ambil, Alwa yakin jika Allah tidak akan meninggalkannya sendirian meski satu dunia sudah menganggapnya kotor. Hari itu wanita ini masih seperti biasanya di dalam kamar, memenjarakan dirinya sendiri, dia sudah tidak akan menunjukkan wajahnya lagi pada dunia, meski di luar kamarnya banyak orang yang sedang berkumpul entah itu hanya berbincang atau tertawa. Meski wanita itu keluar kamarnya dan keluarnya melihat keberadaannya tidak akan ada yang bicara lagi setelahnya, bukankah lebih baik menghilang dari pandangan mereka agar tidak merusak kebahagiaan yang di ciptakan oleh orang lain. Perlakuan keluarganya itu lebih kejam bagi wanita itu dari pada para masyarakat yang bicara menusuk dan menghinanya. Wanita itu tetap bertahan dengan keadaannya yang menyedihkan sampai dia mendengar dengan telinganya sendiri jika ayahnya membanggakan adik laki-lakinya, dan mengatakan dengan keras bahwa dia hanya mempunyai dua anak laki-laki yang dia banggakan. Tidak hanya terpukul bahkan hatinya bagai di sambar petir, dia dulu juga sangat pintar dan bisa di banggakan oleh orang tuanya namun karena kesalahan yang tidak dia inginkan menghancurkan semuanya. Karena depresi Wanita itu tidak hati-hati sampai terjatuh di dalam kamarnya, dia tidak bisa berdiri dan menangis, dia hanya merintih kesakitan dengan mengeluarkan suara rendah, dia tahu jika kandungannya sedang tidak baik-baik saja, tapi dia masih berdoa agar kandungannya bisa di selamatkan. Wanita itu tidak menagis atau berteriak dia hanya diam saja sampai hari berganti malam dan merangkak keluar rumah saat malam hari. Tidak ada yang tahu jika wanita itu sudah pergi berminggu-minggu dari rumah, hanya setelah ibunya sadar jika makanan yang ada di dapur selalu masih utuh di pagi hari. Rasa keibuannya masih ada namun dia tidak bisa menunjukkan pada putrinya yang malang, dia hanya akan menyiapkan makanan di dapur setiap kali dia akan tidur, terkadang mengintip putrinya yang kurus saat dia keluar dari kamarnya untuk makan, dia hanya akan makan sangat sedikit meski seharian tidak makan. Wanita itu menuju pintu kamar putrinya yang tidak pernah di kunci dia dengan ragu-ragu membuka pintu itu dan tidak menemukan siapapun di sana, hanya ada darah yang berceceran di lantai dan kalimat tertulis di tembok. MAAFKAN SAYA Hanya itu, namun tangisan seorang ibu membangunkan semua orang seisi rumah, darah yang ada di lantai dan tembok sudah kering yang semakin membuat air mata seorang ibu tidak bisa terbendung lagi. Wanita itu dengan tangannya yang bergetar meraba tulisan putrinya yang malang, darah itu sudah kering dan memudar namun masih tertinggal perasaan yang menyayat lubuk hati seorang ibu. Penyesalan pasti akan datang dibelakang. Air mata wanita itu tumpah untuk kesekian kalinya, namun itu tidak ada gunanya, putri satu-satunya kini telah pergi dari rumah dengan banyak beban di pundaknya, dan dia tidak bisa membantunya, bahkan melihatnya pun kini dia tidak bisa.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD