Yang Yuan

1038 Words
Yang Yuan membuka matanya, dan mendapati dirinya di ruangan yang asing, dan itu nampak sangat aneh karena kamar ini sangat feminim dan itu buka kepribadian dirinya, dan setelah mendapati sebuah foto yang terpampang nyata terpasang di dinding yang membuat Yang Yuan tersedak dengan ludahnya sendiri, namun lebih mengejutkan lagi saat mendapati dirinya sendiri tanpa pakaian, dan pakainya tersebar di lantai. "Ini pasti hanya mimpi," ucap Yang Yuan, dia memukul kepalanya sendiri beberapa kali agar dia terbangun dari tidurnya. Dia yakin jika ini hanya sebuah mimpi karena Yang Yuan sering memimpikan Zia dengan pemikirannya yang kotor, pikirannya yang senonoh tentang wanita yang dia cintai. Tapi yang dia alami saat ini lebih nyata dari pada mimpi yang dia alami biasannya, Yang Yuan juga merasakan kepalanya yang sakit karena pukulan yang dia lakukan sendiri dan juga efek minimum dia minum semalam. Yang Yuan melihat sekeliling dan tidak mendapati siapapun di sini, Yang Yuan segera bangkit dan memunguti pakaian yang ada di lantai, dan dengan cepat mengenakannya, dengan terburu-buru karena juga perasaannya yang tidak tenang, begitu banyak pertanyaan yang di miliki Yang Yuan namun dia tidak tahu pada siapa akan mengajukan pertanyaan itu. Karena terburu-buru Yang Yuan sampai harus melepaskan pakaiannya lagi karena dia mengunakan dengan salah, setelah selesai dengan pakaiannya, Yang Yuan berpikir untuk mencari keberadaan Zia namun tempat ini benar-benar sunyi tidak ada tanda-tanda kehidupan di sini dan tidak ada pergerakan sedikit pun kecuali kran air di kamar mandi yang nampaknya terbuka. Yang Yuan akan melangkah pergi namun saat mendengar kran air dia berpikir apakah Zia lupa mematikan kran air di kamar mandi, Yang Yuan memutuskan untuk mengeceknya dan ketika dia membuka pintu kamar mandi yang dia temukan Zia sedang berada dalam backup yang penuh dengan air dengan kran yang masih terus mengeluarkan air terus menerus. "Zia ...?" kata Yang Yuan dengan bibir gemetar, karena mendapati Zia merendam dirinya dalam bathup, Yang Yuan melupakan rasa sakit yang ada di kepalanya karena dia lebih menghawatirkan keselamatan Zia dari pada rasa sakit yang dia rasakan. Yang Yuan mengeluarkan Zia dalam air dan segera mengeringkan tubuhnya, Yang Yuan tidak tahu sudah berapa lama Zia berada di dalam air tapi kulitnya yang nampak pucat dan berkerut itu bisa menjelaskan sedikit jika dia sudah terlalu lama berada di air. Yang Yuan terlalu panik melihat keadaan wanita yang dia sukai seperti ini, Yang Yuan memangil seorang dokter untuk melihat kondisi Zia, jika membutuhkan perawatan yang lebih intensif maka Yang Yuan akan membawa segera Zia ke rumah sakit. "Apa yang sudah aku lakukan padanya di saat aku tidak sadarkan diri," kata Yang Yuan pada dirinya sendiri sambil mondar-mandir berjalan di samping ranjang Zia, di ranjang singel itu hanya ada Zia yang masih belum sadarkan diri, Yang Yuan sudah mengeringkan tubuh dan rambut Zia, Yang Yuan juga mengganti pakaian Zia dan menyelimuti seluruh tubuh Zia agar dia menghangat. Yang Yuan sesekali melihat ke arah pintu, dia sedang menunggu dokter itu memeriksa tubuh Zia, dan setelah menunggu sekitar 30 menit akhirnya seorang dokter wanita datang. "Ada apa dengan pasien?" tanya dokter wanita itu sambil mengukur suhu Zia dan memeriksanya. "Aku menemukannya berendam di bathtub dan dia tidak sadarkan diri," jawab Yang Yuan jujur, Yang Yuan tidak bisa berbohong pada dokter. "Anda pacarnya?" "Bukan dok, saya adiknya," jawab Yang Yuan sedikit lebih lemah, karena dia ingin mengiyakan pertanyaan dari dokter namun dia tidak bisa melakukannya. "Mungkin dia sedang depresi, ada beberapa tanda di leher dan bagian tubuh lainnya, aku tidak bisa memastikan jika dia masih pingsan, mungkin dia punya masalah dengan kekasihnya atau juga bisa dia ...." "Dia kenapa dok?" tanya Yang Yuan sambil meremas tangannya sendiri. "Ini hanya dugaan, namun nampaknya kakakmu baru saja mengalami kekerasan, ini hanya dugaan saja." "Tapi dia tidak apa-apakan dok?" "Tidak. Untuk fisiknya tidak ada masalah, tapi untuk mentalnya tunggu sampai dia siuman, dan juga untuk saat ini dia baik-baik saja, tapi mungkin nanti dia akan demam." "Aku akan memberikan resep tolong di tebus." "Baik dok." Yang Yuan meremas resep yang ada di tangannya, saat ini dia ingin berteriak karena kebodohan dan kecerobohannya, bagiamana dia bisa melakukan hal segila ini di bawah alam sadarnya. Yang Yuan tidak pergi untuk menebus obat karena dia tidak ingin saat Zia bangun, dia tidak berada di sini. Yang Yuan hampir tertidur di samping Zia yang berbaring dengan matanya yang masih tertutup, karena Yang Yuan tidak ingin ketiduran dia bangkit dan mencari kesibukan untuknya, Yang Yuan membersihkan kamar ini dan kemungkinan besar kamar milik Zia yang berantakan ini adalah ulahnya karena Zia yang dia kenal Yang Yuan adalah tipe orang yang sangat menjaga kebersihan diri dan tempat kemana dia berpijak. Saat Yang Yuan menata kembali barang-barang Zia yang jatuh berantakan karena ulahnya, dia menemukan bahwa Zia sudah siuman dan sedang memperhatikan dirinya yang sedang menyibukkan dirinya dia dalam kamar ini. "Zia ...?" Yang Yuan langsung menghampiri Zia hanya membuka matanya tapi tidak bergerak sama sekali. "Zia ... Zia, maafkan aku, a-aku aku tidak pernah berpikir akan jadi seperti ini." "Sudahlah Yuan," jawab Zia lirih. "Aku bodoh, kecerobohan, tolong maafkan aku." "Aku sudah memaafkan mu," jawab Zia masih dengan suara lemahnya. Yang Yuan menundukkan kepalanya, dia sudah sangat bersalah merusak kehidupan seorang gadis karena Yang Yuan yang sedang tidak sadar. Dia tahu jika Zia adalah seorang wanita yang baik dan sebab itulah Yang Yuan bisa sangat menyukainya tanpa bisa berpaling ke orang lain. Dia sangat baik, buktinya saat ini dengan mudahnya Yang Yuan di maafkan karena kesalahan fatalnya. Meski saat ini Yang Yuan sudah mendapatkan maaf dari Zia tapi ada perasaan mengganjal di hatinya. "Zia, aku siap bertanggung jawab," ucap Yang Yuan tanpa sedikitpun ragu. "Kamu bicara apa?" tanya Zia balik. "Aku akan siap, aku tidak akan lari dari tanggung jawab." "Yuan, pulanglah." "T-tapi, tapi?" "Pulang, jika tidak aku tidak akan pernah ingin melihat wajahmu lagi," ini bukanlah ancaman kosong bila keluar dari mulut Zia. Yang Yuan menurutinya, dia juga tidak bisa terus berada di sini, Yang Yuan sudah mendapat maaf dari Zia saja itu sudah lebih dari cukup dan pantas bersyukur akan hal itu, tapi Yang Yuan meminta lebih karena dia tahu kesalahan ini adalah kesalahan fatal yang di buat oleh Yang Yuan. Dia masih berusaha kembali ke rumah Zia untuk bertemu dengan Zia namun nampaknya pertemuan mereka tidak akan terwujud karena dia sudah akan menikah di waktu dekat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD