Menghilang dari peradaban

1047 Words
Pintu tempat tinggal Yang Rou We tidak pernah terbuka sedikitpun, ini sudah hari kedelapan dan ibu kos dan para tetangga Yang Rou We tidak pernah melihat Yang Rou We keluar dari kamarnya, membuat ibu kos yang bernama Lina itu kebingungan dan sekaligus khawatir. Karena takut terjadi apa-apa akhirnya Lina terpaksa membuka kamar yang ditempati Yang Rou We dengan kunci cadangan, saat masuk ke dalam tempat itu Lina tidak menemukan tanda-tanda kehidupan, dia masuk jam sembilan siang ketika semua penghuni di kos ini sedang pergi dengan urusan mereka masing-masing, namun sejak pagi Lina terus memperhatikan kamar Yang Rou We dan itu belum terbuka sejak 7 Ahri yang lalu. "Yang Rou We ...?" gumam Lina saat mendapati Yang Rou We sedang duduk di tepi ranjang dengan bersandar di dinding dengan tatapan kosong, Yang Rou We menoleh ketika Lina membuka kamar itu. "Kakak Lin?" gumam Yang Rou We sambil menoleh sedikit ke arah pintu. "Yang Rou We, maafkan aku. Aku lancang membuka kamarmu, aku kira kamu tidak ada di sini, rumah ini sudah beberapa hari tidak di hidupkan lampu nya, kamu kenapa tidak menghidupkan lampu? Kenapa ...," Lina berhenti bicara saat melihat Yang Rou We dengan jelas keadaan Yang Rou We, sebelumnya dia berusaha menjelaskan kenapa dia lancang masuk kamar Yang Rou We namun setelah melihat keadaan Yang Rou We, Lina terdiam dan malah mendekati Yang Rou We. "Kamu kenapa? Kamu sangat pucat?" Lina mendekati Yang Rou We yang tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya. "Yang Rou We ...?" Lina duduk di samping Yang Rou We tidak tega melihat wajah pucat Yang Rou We dengan bibirnya yang pecah dan kering. Lina sigap mengambilkan air minum untuk Yang Rou We, namun tidak menemukan air satu tetes pun di kamar Yang Rou We, dan Lina tanpa pikir panjang langsung pergi keluar dan mengambil air dari tempat tinggalnya sendiri yang bersebrangan dengan kamar Yang Rou We, Lina kembali dengan air dan roti di tangannya. "Yang Rou We, minumlah dulu," Yang Rou We mengelengkan kepalanya. "Kamu harus minum kamu bisa mati kehausan jika tidak minum," tanpa menunggu persetujuan dari Yang Rou We, Lina langsung menaruh botol yang sudah terbuka di bibir Yang Rou We, mendorongnya perlahan hingga air itu memenuhi rongga mulut Yang Rou We. Setelah berhasil membuat Yang Rou We minum, Lina membuka roti dan langsung menyodorkan pada Yang Rou We. "Tidak kakak Lin," gumam Yang Rou We. "Tidak apanya, kamu terlihat lemah kamu hanya butuh makan," Lina memaksa Yang Rou We untuk memakan roti tawar dia bawa. Yang Rou We menurut dan memakan roti yang di pegang Lina, namun itu hanya satu gigitan setelah itu Yang Rou We menolak untuk menggigit lagi. "Cukup Kak Lin." "Ok, baiklah. Aku akan taruh ini di sini kamu harus memakannya lagi nanti, ok?" "Hemm ...," jawab Yang Rou We dengan lemah. "Beristirahatlah," Lina membantu Yang Rou We berbaring dan menyelimuti tubuh kurus Yang Rou We. "Aku akan kembali nanti," kata Lina setelah melihatnya Yang Rou We menutup matanya. Setelah Yang Rou We mendengar suara pintu tertutup Yang Rou We kembali membuka matanya lagi, dia sudah banyak tidur satu Minggu ini, dan selalu terbangun karena mimpi buruk. Malam itu setelah berpisah dengan Hanan di pantai Yang Rou We tidak pulang ke rumah, tujuan utamanya adalah perusahaan, dia ingin meninggalkan sejak dan sedikit menyelesaikan urusannya dengan perusahaan. Surat pengunduran diri Yang Rou We dia buat kemudian dia titipkan pada pegawai yang masih bekerja malam itu, dan mengambil beberapa hal kecil di meja kerjanya, Yang Rou We sama sekali tidak memiliki keinginan membawa semua barang-barangnya pulang, bahkan dia tidak mengambil gaji dan uang pesangonnya. Yang ada di pikiran Yang Rou We saat itu dia nampaknya tidak akan bisa bekerja lagi dalam kondisi seperti ini, sebentar lagi kandungannya membesar dan dengan pikirannya yang campur aduk Yang Rou We bisa memastikan sendiri jika dia tidak akan bisa bekerja dengan baik, sebelum orang-orang di sekitarnya menyadari ada hal yang aneh darinya lebih baik Yang Rou We memilih untuk menghilang dari hadapan mereka, hanya itu. Rencana awalnya Yang Rou We masih ingin bekerja sampai dia hamil besar pun tidak masalah baginya karena pekerjaannya tidak membutuhkan banyak kerja otot, dia hanya perlu kuat punggungnya untuk duduk sepanjang hari menghadap komputer, yang kerja itu jari-jemarinya dan otaknya, dia masih bisa melakukannya sebelum benar-benar berhenti bekerja demi keluarga kecilnya. Tapi sekarang kondisinya berbeda, Yang Rou We gagal memiliki keluarga kecil, dia tidak bisa hidup dengan laki-laki yang sudah berjanji akan meminangnya, otak Yang Rou We tidak bisa bekerja dengan semestinya, lebih baik Yang Rou We berhenti sampai di sini dan mengambil arah lain yang belum tahu jalan apa yang akan dia ambil. Setelah malam itu Yang Rou We menolak untuk keluar dari kamarnya, hanya air putih yang masuk ke lambungnya, Yang Rou We sadar jika ada jiwa yang lain yang harus dia beri makan juga, tapi mulutnya dan otaknya berkompromi untuk menolak makanan, meski hati kecilnya selalu mengingatkan jika bayi dalam kandungannya membutuhkan asupan. Jangankan makanan, lambungnya sudah menolak air yang dia minum, beberapa bulan yang lalu Yang Rou We tidak merasakan gejala apapun pada kandungannya tapi setelah masalah ini datang, tubuhnya tidak ingin di masuki apapun, Yang Rou We minum air makan di menit selanjutnya air itu akan dia keluarkan lebih banyak daripada yang dia minum. Bukannya Yang Rou We tidak menyayangi tubuh dan bayinya tapi Yang Rou We benar-benar tidak bisa makan apapun. Yang Rou We pernah melihat beberapa teman kerjanya yang mengalami hal yang sama, ternyata ini umum untuk ibu hamil jika hormonnya berubah, mereka bisa tidak makan beberapa jenis makanan dalam jangka beberapa bulan saat mereka hamil, dan memiliki sensitif berlebihan pada hal-hal yang biasanya biasa-biasa saja. Jangankan orang yang hamil dengan kondisi mental dan keluarga baik-baik saja, mereka bisa mengalami beberapa masalah saat hamil, lalu bagaimana dengan Yang Rou We yang hidup sendirian jauh dari rumah tidak memiliki apapun, dan kekasihnya juga dia biarkan pergi, selain tubuhnya yang menolak makanan otaknya pun berkompromi dengan itu. Jadi yang di lakukan Yang Rou We hanya tidur, bengong, melamun dan kembali tidur lagi. Sampai Lina datang menjadi orang yang pertama menyadari Yang Rou We menghilang dari kehidupan normalnya, saat ini Yang Rou We bangun dari tidurnya karena merasakan mual pada perutnya, baru saja air dan satu gigitan roti masuk ke perutnya, dan sekarang Yang Rou We harus ke kamar mandi untuk mengeluarkan semua isi perutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD