Luna

1270 Words
Hari-hari yang ceria dan penuh makna selalu Luna jalani dengan penuh semangat. Mikhayla Luna dikenal sebagai gadis yang ramah, ceria, pintar, dan selalu penuh motivasi. Berwajah oriental, bertubuh tinggi, berkulit kuning langsat, membuatnya terlihat manis. Prestasinya di berbagai bidang menjadi nilai plus untuk gadis seusianya. Dia dinobatkan menjadi siswi teladan, suaranya yang merdu dan jago bermain gitar, membuatnya terlihat seperti idola. Dibidang olahraga Luna mengikuti futsal sebagai olah raga kegemarannya. Semua pencapaian Luna diperoleh dengan kerja keras. Itu lah alasan teman-teman Luna memberikan predikat gadis perfect padanya. Sehingga hampir seluruh siswa dan siswi di sekolah itu mengenal Luna. Luna berasal dari keluarga militer, sehingga sikapnya mencerminkan kemandirian dan ketegasan. Itulah sebabnya Luna dikenal sebagai gadis manis nan tomboy. Luna adalah gadis yang baik, berbudi pekerti luhur, sopan santun, dan murah senyum. Walau terlihat begitu sempurna, namun Luna merasa dia sama seperti teman sebayanya. Terkadang Luna merasakan kehampaan dalam hatinya. Karena sesungguhnya Luna sangat polos dan belum pernah jatuh cinta seperti kebanyakan gadis seusianya. Disaat teman seusianya lebih sering membahas tentang pacaran, justru Luna masih terlalu polos untuk mengenal cinta. Itu sebabnya Luna terlihat memilih menyendiri disaat teman-temannya sudah mulai membahas soal cinta monyet. Cinta monyet adalah istilah untuk kisah cinta remaja. Apalagi terkadang Luna sering diledek teman-temannya karena belum pernah jatuh cinta. Hari itu adalah hari pertama Luna masuk sekolah setelah naik kelas 2 SMA. Selama setahun sekolah, Luna sama sekali belum pernah merasakan hal yang membuat hati menjadi galau dan gagal fokus, apalagi soal cinta. Luna pun tak pernah berpikir untuk sengaja jatuh cinta hanya sekedar mengikuti trend remaja seusianya. Dia selalu menikmati setiap langkah hidupnya. Seperti biasa Luna berangkat pukul 6.20 WIB. “Ma, pa, Luna berangkat sekolah dulu ya, Assalmu'alaikum.” Luna berpamitan pada mama dan papa nya. Luna mempunyai satu kakak laki-laki yang sudah bekerja di luar kota. Sehingga ia menjadi satu-satunya anak yang masih tinggal serumah dengan kedua orang tuanya. Setelah 15 menit Luna menunggu angkutan umum, akhirnya datang juga angkutan umum menuju ke sekolahnya. Jarak dari rumah ke sekolahnya sekitar 15 menit jika ditempuh menggunakan kendaraan umum. Wajah yang murah senyum menjadi andalan Luna menyapa teman-temannya. Ketika Luna sedang berjalan menuju kelas barunya, terdengar suara memanggil Luna. “Luna...Luna...tunggu! jangan terlalu cepat jalannya!” Suara Vina sambil berlari mengejar Luna. “Vinaaa....” teriak Luna yang memanggil nama temannya sembari tersenyum ceria Dan merangkulnya. “ Vin ,kamu sekelas sama aku ya?” Tanya Luna pada Vina sambil bersemangat berharap Vina memang satu kelas dengan Luna. “Hmmm...kasih tahu enggak yaaa, hehehe...iyaaa Luna, kita satu kelas di kelas 2 IPA 1.” Sahut Vina dengan ceria. “Asli? Beneran? Yeeaaayyy sekelas lagi sama kamu ,hehehe...oh iya kira-kira persaingan di kelas 2 seperti apa ya?” Tanya Luna pada Vina sambil membayangkan persaingan ketat. “Eh belum juga masuk kelas Lun, sudah nanya saingan belajar...hhmmmm, sekali-kali tanya cowok ganteng dong Lun!” Vina meledek Luna habis-habisan. “Lah mau tanya cowok ganteng bagaimana Vin, cowok ganteng pun enggak ada di sekolah ini, hahaha.” Jawab Luna sambil tertawa. “ yeeee ni bocah songong ya, awas aja kalau sampai kamu tanya cowok ganteng ke aku, enggak bakal aku jawab, hahaha.” Vina pun kembali meledek Luna sampai mereka masuk kelas. Mentari kala itu sangat cerah, angin semilir menggerakkan dedaunan, Luna tersenyum menatap ke luar jendela kelas, sembari memantapkan hati dan pikiran untuk siap memulai persaingan dalam meraih prestasinya di sekolah. Tak lama kemudian guru IPA memasuki kelas, dan memulai perkenalan dengan mengabsen siswa. Memberikan silabus yang akan dipelajari selama satu semester. Luna sangat antusias, berharap selalu berprestasi agar ia bisa meraih cita-citanya. Pukul 09.20 bel istirahat pun berbunyi. “Luna ke kantin yuk!” Vina mengajak Luna untuk pergi ke kantin. “yuk mari kita makan.” Rupanya Luna pun telah lapar. Ternyata di kantin siswa-siswi sedang ramai menceritakan siswa baru di kelas 2 IPA 3. “Vin , ada siswa baru katanya? Hampir semua teman pada ngomongin siswa baru?” Tanya Luna pada Vina. “Iya, heboh banget, itu lho siswa barunya dulu satu SMP sama aku.” Ternyata Vina kenal dengan siswa baru tersebut. “memangnya pintar banget ?” Tanya Luna pada Vina saking penasarannya. “Nah giliran tanya pintar atau enggak, cepat banget, pasti penasaran kan? ...Hahaha” Vina pun meledek Luna seperti biasanya. “Serius Vin, pintar apa biasa aja prestasinya? Jadi penasaran.” Luna bertanya lagi pada Vina. “pintar banget, jago sepak bola, terus...” Jawaban Vina membuat Luna makin penasaran. “Vin, serius? Terus apa?” Luna amat penasaran. “Ganteng...hahahaha.” Jawab Vina singkat. Deg Luna pun melongo mendengar jawaban Vina. Ternyata disela-sela penasaran Luna, masih saja diledek oleh temannya. Akhirnya untuk menghilangkan rasa penasaran Luna, setelah mereka pulang dari kantin , mereka mampir ke kelas 2 IPA 3. Tetapi tidak bertemu dengan siswa baru tersebut karena bel masuk telah berbunyi, mereka bergegas kembali memasuki kelasnya. Di dalam kelas Luna mengikuti pelajaran dengan menyimpan sedikit gundah dalam hatinya. Luna masih memikirkan tentang siswa baru tersebut. Luna berpikir tentang prestasi siswa baru itu. Entah apa yang ada dalam lamunan Luna, hal itu membuat Luna gelisah. Tetapi seperti semula Luna memantapkan hati untuk tetap semangat siapa pun saingan Luna. Setelah bel pulang berbunyi, lagi-lagi Luna bertanya pada Vina “hei, pertanyaanku belum kamu jawab Vin?” “pertanyaan yang mana ,Lun?” Vina terlihat bingung. “itu lho, siswa barunya, apa iya sangat berprestasi?” Tanya Luna pada Vina sangat terlihat galau. “ehm...ini anak tanya prestasi melulu, coba kalau kamu tanya, Vin si siswa barunya ganteng apa enggak?” Jawab Vina sengaja membuat Luna makin penasaran. “okay...Vin, Seganteng dan sepintar apa sih siswa baru itu? Kok dari tadi bikin penasaran melulu.” Luna makin penasaran. “Hahaha... Penasaran banget ini anak." Vina tertawa melihat tingkah Luna sambil berlari menuju gerbang sekolah. “Daaah...Luna, aku balik duluan. Selamat penasaran, hahahaha....” Lama kelamaan Luna kesal karena Vina membuatnya penasaran dan selalu meledek dirinya. “tanya dari tadi malah enggak dijawab, dasar Vina, hmmm.” Luna kesal pada Vina ,dia menggerutu dalam hati dan melirik Vina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Seperti biasa Luna menunggu angkutan umum di depan halte sekolah. Tiba-tiba Luna teringat sesuatu, dia harus bertemu dengan salah seorang guru yang menjadi pembimbing redaksi sekolah, karena tahun ajaran baru telah dimulai maka Luna harus kembali mengumpulkan ide bersama timnya untuk berita majalah sekolah. Setelah berdiskusi dengan gurunya untuk beberapa waktu, kemudian Luna berpamitan dengan beliau. Hari semakin siang, Luna bergegas menuju halte sekolah. Ketika Luna sedang berjalan dengan cepat tiba-tiba Luna bertabrakan dengan seseorang yang baru dia lihat. Braaakkk!!! Suara buku-buku Luna yang terjatuh karena ia bertabrakan dengan seseorang tak jauh dari ruang guru. “Aw...Aduh...” Luna tampak kaget dan merasa sedikit sakit pada pundaknya. “Maaf...maaf , saya lagi buru-buru, jadi enggak sengaja nabrak kamu.” Sahut siswa di depan Luna. “Iya sudah enggak apa-apa, tapi lain kali hati-hati, biar enggak nabrak orang lagi!” Luna menjawab sambil melirik dan sedikit kesal sambil mengambil buku-bukunya yang berserakan. “oh iya, kenalkan... aku Rakha.” Sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman. Luna yang sedang menunduk sembari mengambil buku-bukunya, langsung terkejut dan melihat ke arah siswa tersebut. Luna tampak asing melihat siswa itu. Luna berpikir siswa tersebut adalah adik kelas atau kakak kelasnya. “Aku Luna.” Sambil bersalaman. “Sekali lagi maaf ya, aku balik duluan kalau gitu.” Rakha berpamitan pada Luna. “Oh...iya.” Rasa bingung masih menyelimuti Luna sambil berjalan menuju halte. “Kok kenalan ya, bukannya satu sekolah ini sudah kenal aku ya? Atau mungkin adik kelas? Tapi...hmmm siapa ya?” Tak henti-hentinya Luna bergumam dalam hati sembari memikirkan siapa siswa yang bernama Rakha itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD