Rakha

1318 Words
Hari ini adalah hari pertama Rakha berangkat ke sekolah barunya. Sebelumnya Rakha bersekolah di Kota Jakarta. Disana ia tinggal bersama Ayahnya, karena instansi tempat Ayahnya bekerja telah menugaskan Ayah Rakha untuk bertugas di Jakarta. Sejak kecil Rakha tinggal bersama Ibu ,nenek dan adiknya di Purwokerto, karena kakek Rakha telah lama tiada, dan ibunya Rakha adalah anak semata wayang, akhirnya mereka memutuskan tinggal bersama nenek untuk merawatnya. Sedangkan Ayah Rakha tetap bekerja di Jakarta, dan pulang ke Purwokerto saat libur atau weekend. Ketika Rakha lulus SMP, Ayah Rakha menyarankan Rakha untuk bersekolah di Jakarta agar Rakha mengenal dunia luar dan semakin menambah wawasan. Namun setelah satu tahun bersekolah disana, Rakha selalu memikirkan keadaan keluarga di Purwokerto. Biasanya ia yang menjaga ibu, nenek dan adiknya karena Ayah Rakha merantau ke Jakarta, sehingga ia yang menggantikan Ayah untuk menjaga keluarga disana. Karena alasan itu maka orang tua Rakha memutuskan untuk memindahkan sekolah Rakha ke Purwokerto lagi. Mungkin dengan bersekolah di lokasi yang lebih dekat dengan keluarganya, Rakha bisa lebih berkonsentrasi untuk meraih prestasi seperti dulu. Rakha adalah anak yang sangat penurut, Rakha tidak pernah ingin melukai hati orang tuanya, terutama Ibunya. Oleh sebab itu apapun yang menurut orang tuanya baik maka Rakha akan menurutinya. Gilar Rakha Pradipta adalah lelaki tampan dan berprestasi. Bertubuh tinggi tegap dan proporsional, berkulit putih dan karismatik. Hobinya berolah raga khususnya sepak bola. Dia juga menyukai otomotif, sehingga motor yang dikendarainya ke sekolah pun tampak gagah walau hanya dengan sedikit modifikasi kecil. Rakha adalah anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya masih duduk di bangku SMP, sehingga ia harus bisa menjadi panutan bagi adiknya. Rakha bukan tipe lelaki yang banyak tingkah, dia karismatik dan cool. Tetapi entah mengapa jika didekati teman perempuan dia merasa sangat gugup. Selama ini belum pernah ada perempuan yang bisa membuatnya terpesona dan berteman dekat dengan dia. “Assalammu'alaikum...” Rakha mengetuk pintu rumahnya. “Wa'alaikumsalam, sudah pulang nak?” Ibu Rakha membuka pintu rumah dan bersalaman dengan Rakha. “Iya Bu, hari pertama sekolah tetapi terasa sangat melelahkan.” Curahan hati Rakha pada Ibunya. “Ini kan baru hari pertama, mungkin karena belum punya banyak teman, jadi kamu merasa bosan.” Ibu berusaha menenangkan Rakha. “Iya juga sih...hehehe.” jawab Rakha Sambil tertawa kecil. Kemudian Rakha memasuki kamarnya, beristirahat sejenak, mandi dan ibadah sholat dzuhur. Selesai berdoa, Rakha berjalan menuju tempat tidur dan beristirahat sejenak. Sambil merebahkan badannya di atas kasur dan melipat kedua tangannya di belakang kepala, kemudian Rakha menarik nafas dalam-dalam sembari menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan tak berarti. Pikirannya melayang memikirkan senyuman seseorang. Dia tak pernah melihat senyum semanis itu, terasa sejuk memandang senyumnya, walau hanya sekejap mata memandang. Senyum itu terlihat jelas dari balik jendela kelas diseberang sana, sesaat setelah bel tanda masuk kelas berbunyi. Entah angin apa yang membuat Rakha tiba-tiba ingin melihat keluar jendela kala itu. Sampai akhirnya ia melihat senyum manis seorang gadis di balik jendela kelas di seberang sana. Rakha tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya. Hatinya seketika berdebar melihat senyuman gadis manis itu. “Akhirnya aku mengetahui nama gadis itu.” Rakha bergumam dalam hati sambil tersenyum malu, hingga ia tertidur pulas siang itu. “Mas Rakha, bangun!” Sheina (adik Rakha) menarik tangan kakaknya sembari terus membangunkannya. “Iyaaa...” Rakha terbangun dari tidurnya. “Sudah sore mas, dicariin Ibu tuh!” Sheina memberitahu kakaknya. Setelah Rakha mandi dan ibadah sholat ashar, Rakha menemui Ibunya. “Ibu cari aku?” “Iya nak, sini duduk dekat Ibu!” Ibu Rakha tampaknya ingin bertanya sesuatu pada Rakha. “Nak, kamu masih bercita-cita menjadi polisi?” “memang kenapa Bu?” Rakha bingung kenapa Ibu tiba-tiba menanyakan soal ini. “Tidak apa-apa, hanya saja Ibu ingin sekali kamu kelak bekerja menjadi tenaga medis saja, entah itu dokter atau perawat.” Ibu mengutarakan keinginannya. “Apapun itu, Rakha akan berusaha menjadi yang terbaik, Bu.” Rakha berusaha menenangkan Ibu , karena ia sangat menyayangi kedua orang tuanya. “tapi kenapa Bu?” Rakha menanyakan alasannya pada Ibunya. “Menjadi aparat penegak hukum negara itu tugas mulia, tetapi Ibu tidak ingin kamu bertugas dengan mempertaruhkan keselamatan kamu, nak, Ibu belum siap.” Rupanya Ibu terlalu khawatir pada Rakha. “Setiap pekerjaan selalu berisiko, Bu. Menjadi tenaga medis di medan perang juga berisiko kan Bu? Iya, Rakha tahu Ibu hanya khawatir dengan risiko pekerjaan Rakha dikemudian hari, Tetapi Rakha akan berusaha menjadi yang terbaik buat Ibu dan Ayah.” Mama bahagia mendengar ucapan Rakha. “Terima kasih nak, semoga kamu akan mendapatkan pekerjaan yang terbaik dimasa depan.” Ibu tersenyum pada Rakha. Keesokan hari adalah hari kedua Rakha bersekolah di sekolah barunya. Rakha berangkat lebih pagi dari kemarin, alasannya karena Rakha piket sekolah. Dengan motor modifnya ia sangat percaya diri berangkat ke sekolah. Sesampainya di tempat parkir sekolah, Rakha duduk di motornya sambil mengamati pintu gerbang sekolah. Sepertinya Rakha sedang menunggu seseorang. Tak lama kemudian muncul gadis yang memiliki senyum termanis menurut Rakha. Dia mengamati dari mana siswi itu berangkat. Tampaknya gara-gara senyum manis itu, Rakha sampai galau memikirkannya. Setelah siswi tersebut berjalan melewati tempat parkir, lalu Rakha berjalan tepat di belakangnya. Rakha berharap siswi itu menoleh ke belakang dan menyapanya. Namun siswi itu justru cuek dan tetap jalan seperti biasanya. Saat Rakha terus mengikuti langkah siswi tersebut, tak lama kemudian dari belakang terdengar seseorang menyapanya. “Hei...Rakha.” sambil menepuk pundak Rakha, kemudian Rakha menoleh ke belakang. “Eh...Vina.” Ternyata Vina yang menyapa Rakha. Kemudian mereka terlihat mengobrol tepat di dekat kelas 2 IPA 1. Pada waktu yang sama, Luna yang sedang berjalan di depan pun mendengar seseorang memanggil nama Rakha, dan suara itu tak asing di telinga Luna. “ What...Rakha?” Luna bergumam dalam hati dan langsung menoleh ke belakang, sembari langsung masuk kelas dan mengintip dari balik pintu kelas. “Vina...? dan Rakha?” Luna terkejut ternyata siswa yang bertabrakan dengannya kemarin itu adalah siswa baru yang membuatnya penasaran. Ketika Luna melamun di balik pintu kelas, tiba-tiba Vina datang mengagetkan dengan menepuk pundak Luna. “Hei...Luna.” Spontan Luna kaget karena Vina menepuk pundaknya. “Eh...Vina, bikin kaget aja.” “Lagian pagi-pagi sudah melamun, ngelamunin apa? PR ?” Tanya Vina pada Luna. “Enggak...hanya ingin melamun saja, hahahaha...” Tiba-tiba Luna tertawa aneh. Dan Vina heran melihat Luna yang tak biasanya seperti itu. “Waduh...kayaknya Luna salah makan obat, atau kenapa itu si Luna, enggak biasa-biasanya aneh seperti itu?” Gumam Vina dalam hatinya. Sejak kehadiran siswa baru tersebut, Luna semakin hari semakin memperhatikannya, awalnya karena rasa penasaran yang selalu menyelimuti pikirannya, apakah Rakha akan menjadi saingan Luna dalam berprestasi atau tidak. Hal itu selalu membuat Luna memikirkan Rakha setiap waktu. Hari semakin siang, bel tanda pulang sekolah pun telah berbunyi. Rakha bergegas ke tempat parkir, dengan harapan bisa bertemu si gadis manis. Setelah Rakha sampai di tempat parkir, Rakha menunggu si gadis manis. Satu jam pun berlalu, namun Rakha tak bertemu si gadis manis. Saat Rakha mulai menyalakan mesin motornya, tiba-tiba terdengar suara memanggil Rakha. “Rakha...tunggu!” Suara Juna memanggil Rakha. Juna adalah teman sekelas Rakha, Juna salah satu Tim redaksi sekolah. Saat itu Juna baru selesai rapat dengan tim redaksi sekolah. “Eh ... Juna, kamu dari mana?” Rakha bertanya pada Juna sambil mematikan mesin motornya. “Ini aku baru selesai rapat sama anak-anak redaksi, oh iya aku nebeng pulang ya, soalnya lagi enggak bawa motor.” Juna menjawab pertanyaan Rakha dan terlihat sangat lelah. “yuk naik, nanti aku antar sampai rumah dengan selamat, hehehe...” Dengan senang hati Rakha akan mengantar Juna. Saat motor Rakha akan berjalan, lalu Juna menepuk punggung Rakha. “bro...tunggu dulu!” “kenapa Jun?” Rakha mematikan motorny sambil bertanya pada Juna. “Tunggu sebentar ya, aku Lupa memberikan kunci ruang redaksi ke boss.” Sambil berlari menemui seseorang di ruang redaksi. “ Boss..?” Rakha bergumam dalam hatinya dengan penuh pertanyaan dalam pikirannya. Tak lama kemudian Juna datang sambil berlari. Lalu mereka pulang ke rumah dengan berboncengan motor.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD