"Untuk apa?" William mengernyitkan keningnya. "Aku sudah tidak tertarik lagi sejak Ayah ...." "Ayah?" Hanna mendongak hingga kulit lehernya tampak menegang, menatap William dengan wajah tak nyaman. Dagu William tampak sehalus kulit bayi dari posisinya sekarang, namun dagu itu kemudian bergerak seakan menempel ke leher saudara lelakinya itu. Saat itu juga, ia menemukan netra hijau William sedang menatap lurus ke irisnya. Membuatnya sontak tertegun, napasnya tiba-tiba terasa sesak saat netra tajam itu seakan menembus hingga ke relung hati terdalamnya, berusaha menelanjangi perasaannya terhadap saudara lelakinya itu. Dengan sulit Hanna mencoba menelan ludah, sekali. Dan tanpa sadar mengangkat salah satu tangannya yang kosong sementara tangan lainnya masih menggenggam buku harian milik ibun

