"Kau memang seorang Pangeran, Pangeran milikku!" tekan Hanna. Di detik berikutnya, ia menarik tubuhnya ke depan, memberikan jarak antara tubuhnya dengan tubuh William agar ia bisa menatap wajah saudara lelakinya itu dengan nyaman. 'Kekasihmu!' tegas hatinya. Hanna sontak terbatuk menerima ucapan hatinya itu. "Kau naif." Kalimat itu tercetus di bibir William bersamaan dengan Hanna membalikkan tubuhnya, duduk di atas ranjangnya berhadapan dengan saudara lelakinya. d**a William yang bidang yang terus ia sandari beberapa waktu ini, tampak mengintip di sela-sela kemeja yang William kenakan di tubuhnya. d**a itu ... seakan memanggilnya. Hanna menelan ludah saat tatapan matanya menyusuri tubuh saudara lelakinya dari d**a, leher yang jenjang dan putih, lalu berhenti di wajah William. Sisa se

