Seperti mangsa yang berhasil lolos dari cengkraman pemburu, Rey terengah- engah setelah berlari kencang. Ia melakukan itu bukan sekedar untuk menghindar Angel, tapi juga untuk meredam sesuatu yang hidup di antara dua kakinya. Padahal ia merasa jika pertahannya cukup kebal, nyatanya ia salah. Hanya dengan satu permintaan polos dari Angel membuat ia kelimpungan. Darahnya mengalir deras, menolak untuk patuh pada doktrin dari otak untuk menjadi seorang kasim. "Ini benar- benar menyebalkan. Sampai kapan aku harus tersiksa seperti ini?" gerutu Rey. Dia yang sudah berlari marathon akhirnya berjalan dan duduk di taman kota. Rasa lelah berhasil membuat miliknya yang bereaksi akibat permintaan Angel, sudah kembali tenang. Hanya saja Rey mulai meragukan dirinya. "Apakah aku terlalu lama menyen

