Anne berdiri di depan cermin, melihat pantulan tubuhnya, tampak cantik dan anggun dalam balutan gaun malam of shoulder warna merah maroon. Rambut coklat digelung ke atas dijepit dengan jepitan mutiara, memperlihatkan leher jenjang dan bahu yang terbuka. Dandanannya tidak menor, sebenarnya dengan wajah polos saja ia sudah sangat cantik, mata bulat coklat dengan kelopaknya yang lebar, hidung bangir, dan bibir seperti kelopak bunga dibingkai oleh wajah bentuk oval.
Anne lalu memoleskan lipgloss sebagai sentuhan akhir pada bibir sexy-nya itu.
Oke, selesai, aku harap kali ini Stefan akan terpesona. batin Anne tersenyum puas.
Setelah dirasa cukup sempurna, ia lalu melangkah keluar kamar setelah memakai sepatu berhak tinggi sepuluh senti dan meraih tas pesta merek LV.
Di luar, sopir pribadi sudah menunggu, Pak Kurdi tersenyum tipis, dalam hati mengagumi kecantikan istri atasannya. Ah, pria mana yang tidak akan terpesona pada Anne?
"Mari, Bu... " Pak Kurdi menyapa sopan, mempersilahkan Anne masuk ke dalam mobil Alphard.
Kaki jenjang Anne mengayun anggun, memasuki mobil yang terlebih dahulu dibukakan pintu oleh sopir pribadinya..
Perlahan kendaraan roda empat itu pun melaju membelah jalan raya menuju restoran mewah terkemuka di kawasan Ibukota bagian selatan.
"Bu.. Tadi bapak pesan, beliau akan terlambat kurang lebih sepuluh menit, dimohon Ibu tunggu sebentar, " kata Pak Kurdi memecah keheningan.
"Ya, tak apa-apa." Anne tersenyum getir.
Di saat seperti ini pun tetap saja terlambat, batin Anne.
Pak Kurdi melirik sekilas lewat kaca spion, tampak olehnya gestur wajah cantik itu membias kekecewaan. Ia menghela napas pelan, ini memang bukan yang pertama kali tapi sudah menjadi kebiasaan, Tuan Stefan selalu telat walau sudah melontarkan janji.
Tak lama kemudian mereka sudah sampai ke tempat tujuan, mobil diparkirkan di area parkiran Vip.
Pak Kurdi membuka pintu dengan postur tubuh sedikit membungkuk mempersilahkan Anne keluar dari mobil mewah itu.
Wanita dengan tinggi badan seratus enam puluh lima ini berjalan memasuki restoran dengan penuh percaya diri. Ia disambut waiter dengan senyum manis lalu ditunjukkan meja yang sudah dipesan. Anne dan suaminya adalah pelanggan restoran ini.
Duduk berhadapan dengan kursi kosong di depannya, Anne menghela napas.
Suamiku lebih tertarik dengan pekerjaan, batin Anne.
Tiap kali Stefan, suaminya selalu datang terlambat dengan alasan kesibukan kerja padahal hanya di saat weekend-lah mereka berdua bisa menghabiskan waktu bersama, apalagi ini adalah hari spesial, ulang tahun pernikahan mereka yang kelima?
Tak lama kemudian seorang pelayan datang menghampiri dengan sopan bertanya perihal makanan atau minuman yang mau dipesan. Anne lalu memesan wine beralkohol rendah dan fruits pie.
Anne melirik jam tangan Cartier yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan hampir pukul tujuh malam.
Lima menit lagi mungkin, batinnya berharap Stefan segera datang.
Dilanda kebosanan menunggu Anne lalu menyibukkan diri dengan ikut ngobrol di salah satu aplikasi pertemanan. Kurang lebih sepuluh menit ia tenggelam dalam dunia maya.
Seseorang menyapanya di aplikasi itu ikut nimbrung dalam percakapan on-line tersebut.
Apa kabar, Anne? Lama tak jumpa.
Anne penasaran, ia lalu men-zoom profil pengguna tersebut. Seketika kelopak matanya melebar.
"Dia? Astaga..!" gumam Anne melipat bibir.
"Siapa, Ann?" Suara bariton mengagetkan Anne, wanita cantik itu mendongak, ia menelan saliva melihat Stefan sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Eh, sayang..." Anne tak bisa menyembunyikan kegugupannya, tarikan di kedua sudut bibir terkesan dipaksakan, pelan ia menutup aplikasi tersebut dan meletakkan ponsel I-Phone di atas meja.
"Bukan siapa-siapa, hanya kaget saja melihat postingan di Ig," lanjut Anne melipat tangannya di meja.
Pria berbalut jas rompi itu lalu menarik kursi di hadapannya, hendak duduk.
"No kissing?" Mata Anne menyipit, Stefan pun menghela napas tidak jadi duduk lalu melangkah mendekati Anne dan mengecup bibir ranum Sang istri sekilas.
"Maaf, sayang, lama nunggu ya?" tanya pria dengan ketampanan skala sembilan itu setelah bokongnya menempel di kursi.
Anne hanya tersenyum tipis.
"Maaf, Hari-hari ini memang sibuk sekali, kamu tahu perusahaan kita sedang berkembang pesat, produk kita sudah diakui dunia, aku tak mau melewatkan kesempatan ini. Kamu tahu, Anne, kamu adalah istri yang sempurna bagiku, berkatmu juga perusahaan kita semakin meluas." tutur Stefan tersenyum lebar.
Pria berusia kisaran tiga puluhan tahun ini memberi kode pada pelayan untuk mendekat.
"Kamu mau pesan apa?"tanya Stefan sembari melihat daftar menu.
"Seperti biasanya, Stef." jawab Anne sekenanya.
"Kamu tidak mau mencoba yang lain?" Heran Stefan melihat sikap Sang istri yang tidak bersemangat.
"Kamu tahu seleraku.., " kata Anne.
"Baiklah," Stefan lalu memberitahu pelayan menu yang dipilihnya.
"Baik, Pak, mohon ditunggu.." ucap Pelayan menganggukkan kepala kemudian berlalu dari situ.
"Well, besok Mr. Jacobs akan datang, kita undang dia makan malam untuk bicarakan kerja sama antara perusahaannya dan perusahaan kita. Ann, kamu siapkan diri, dandan yang cantik ya." ucap Stefan dengan antusias, "tahun ini tahun berkat bagi kita."
"Stef, bisakah saat ini kamu tidak bicara soal pekerjaan?" Anne mengerucutkan bibir.
"Maaf, Ann, aku terlalu semangat, aku lagi senang, kerja keras kita akhirnya membuahkan hasil." jawab Stefan menggemgam jemari lentik Anne. Mata lelaki itu bersinar, beda dengan Sang istri, kuyu wajahnya.
"Ada apa, Ann? Apa kamu sakit?" tanya Stefan khawatir, memindai Anne.
Anne berdecak, lelaki di depannya ini benar-benar lupa. Bukankah ia sudah berdandan khusus untuk momen spesial ini?
"Apa kau lupa? Atau pura-pura tak ingat?" tanya Anne, suaranya terdengar kesal.
Kening Stefan berkerut seolah sedang berpikir keras.
"Aku harap kamu tidak terkena dimensia gara -gara kesibukanmu. "sungut Anne menarik tangannya dari genggaman Sang Suami. Ia melengos.
Bagaimana mungkin kamu tidak ingat, Stefan? batinnya.
Stefan mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya,"Happy anniversary, sayang. Aku mungkin telat datang tapi aku tak mungkin melupakan hari pernikahan kita."
Anne menoleh, senyuman sumringah terbit menghias wajahnya yang cantik menawan.
"Ini untukmu, sayang... " Stefan membuka kotak bentuk hati beludru warna biru tua dan memperlihatkan isinya pada Anne, cincin emas putih bertahta intan berlian.
Mata Anne membulat, itu adalah cincin yang ia lihat di toko perhiasan yang sangat didambanya, bagaimana Stefan tahu itu?
"Stefan.. Ini...," ucap Anne takjub,"bagaimana kamu bisa tahu?"
"Sayang, kamu itu belahan jiwaku, aku pasti tahu apa keinginan hatimu.. Apa kamu senang?" Stefan meraih tangan Anne dan memasangkan cincin itu di jemari manis Anne. .
"Makasih, sayang... Ini kejutan yang manis." Mata indah wanita berambut coklat kemerahan itu berbinar.
Stefan mengelus pelan punggung tangan Anne lembut dan katanya,"Anne, kamu sangat cantik malam ini, aku tak pernah bosan memandangmu. Kamu tahu aku masih punya kejutan spesial untukmu?"
Anne mengulum bibir, hatinya seketika berbunga seperti orang yang sedang jatuh cinta untuk pertama kali.
"Aku boleh tahu sekarang?" tanya Anne dengan hati berdebar.
Stefan mengangguk pasti.
Drrrt.. Drrrt..
Anne melirik ponselnya yang bergetar di atas meja.
Siapakah yang nelpon? Apakah orang itu? Tak mungkin! Batinnya dengan perasaan was-was.
***