Author's Point of View
Kabar hilang ingatan Sitma membuat Sam berusaha lebih cepat memutuskan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Kesempatan emas ini, mengenal Sitma dua kali adalah hadiah sekaligus kutukan bagi Sam. Setidaknya karena Sitma masih belum siuman, Sam punya waktu untuk menepati janjinya yaitu mengunjungi Hobit setelah menyelamatkan Sitma. Sehari sebelumnya, Sam sudah mengirimkan mail kepada Mr. Ekuador, menanyakan apakah ada kemungkinan Hobit dapat tinggal di camp ini bersama Sam.
Tung ting
Suara itu muncul dari tablet milik Sam yang ia letakkan di atas meja kerjanya. Sam yang tadinya sedang membereskan beberapa barang rehat sejenak untuk membaca mail yang masuk. Barang yang sedang dirapihkan Sam sebenarnya adalah barang-barang milik Hobit. Ia sengaja membawa beberapa digunakan untuk melepas rindunya sesekali. Lagi pula karena Sam tau misi ini akan berlangsung cukup lama dan Hobit dititipkan di tempat penginapan anjing, sebagian barangnya memang dibawa Sam.
Sam berdiri di pinggir mejanya, matanya mengarah pada notifikasi pada tabletnya.
“Mr. Ekuador?” Ia bergumam, bertanya-tanya ada apa sampai Mr. Ekuador mengirimkan sebuah email. Apa kali ini rencana untuk menjemput Hobit akan tertunda kembali?
Dengan bingungnya Sam duduk di mejanya itu, ya di atas meja sambil mengangkat tabletnya, membuka notifikasi mail dari Mr. Ekuador.
[Tentu saja boleh Sam, aku juga seorang pecinta anjing.] Makin kebingungan Sam akhirnya menarik ke bawah scroll button di tabnya itu.
[Selamat pagi Mr. Ekuador, ini aku Sam Anderson (alamat mail Sam adalah aherowholoveswaffle@mail.com jadi perkenalan adalah hal yang paling penting). Mr. Ekuador, semenjak memutuskan untuk bergabung dalam misi ini, ada stu hal yang membuatku sedikit berat. Itu adalah anjingku, aku tidak bisa meninggalkannya sendirian dalam waktu yang lama. Jika kau mengijinkan, aku akan membawanya ke camp ini dan dia akan tinggal di ruanganku. Terima kasih sebelumnya Mr. Ekuador.]
“hahahaha astaga aku bahkan lupa sudah meminta izin Mr. Ekuador”
Sam melupakan permintaannya.
Karena Hobit diizinkan untuk tinggal di camp itu, maka rencana Sam telah berubah, yang tadinya membereskan barang Hobit untuk dibawa ke tempat penitipan, kini barang itu ia simpan lagi di boks yang isinya memang khusus barang Hobit. Kecuali, tali favorit Hobit. Tali merah hijau bernuansa natal dengan lonceng kecil, Hobit sangat menyukai hadiah natalnya itu.
Setelah selesai mempersiapkan semuanya, Sam bergegas menghampiri Hobit. Hotel yang diinapi Hobit memang tidak terlalu jauh dari rumah Sam, tapi cukup jauh dari camp. Sam berjalan melewati lorong-lorong kamar. Setiap orang yang berjalan di dalam camp memang melewati lorong-lorong karena sebagian besar dari tempat ini memang lorong. Santainya, Sam menggunkan earphone untuk mendengar musik kesukaannya sambil kembali berjalan setelah perdebatan author mengenai lorong-lorong.
Saat di jalan, Sam melihat Zlo yang berlari di depannya dan berlawanan arah.
“Sam!” Zlo memanggil Sam dari kejauhan dibalas Sam dengan mengangkat tangannya seperti isyarat orang menyapa balik pada umumnya.
“Sam!” Kali ini ia terengah, layaknya kehabisan napas. Zlo menghabiskan sisa langkahnya menuju Sam dengan berjalan.
“Hai Zlo, apa yang membuatmu sangat bersemangat?” Sam melepas earphonenya.
“Tadi ada p*********n di distrikmu”
Sam terkejut, Disep adalah bumi bagian yang cukup maju dan memiliki standar keamanan yang cukup baik juga. p*********n ini adalah hal yang hampir mustahil.
“Ini titik koordinatnya, sangat dekat dengan rumahmu.” Zlo menunjukkan tab yang dibawanya, melihatkan huruf dan angka titik koordinat yang ia maksud.
Sam memerhatikan secara seksama, ia memencet titik itu dan benar saja, profil tempat yang keluar atau yang bertepatan dengan titik itu adalah hotel hewan peliharaan dimana Hobit tinggal. Wajah Sam berubah menjadi pucat, seolah darahnya mengalir pada tempat yang jauh dari kepalanya.
Melihat temannya yang tiba-tiba pucat, Zlo tidak tau apa yang ada dipikiran Sam, yang ia tau hanya ia harus menenangkan temannya itu. “Hei apa kau baik saja? Insiden itu sudah terjadi, tidak ada koban jiwa kecuali satu orang terluka.”
Tanpa mendengar perkataan Zlo, Sam langsung berlari mengambil motor tenaga hydro milik perusahaan, ia sangat panik dengan keadaan Hobit. Tak ada satu katapun keluar dari mulut Sam, wajahnya juga tidak berubah dari saat melihat letak koordinat itu.
Sam sampai di depan hotel tempat Hobit menginap. Saat ia mau masuk, ada dua penjaga keamanan distrik yang menghalangi Sam masuk karena tempat itu sedang diselidiki oleh mereka.
“Maaf tuan, anda belum bisa masuk dan untuk hari ini hotel ditutup sementara.” Ucap salah satu penjaga.
“Aku keluarga dari tamu hotel ini, tolong izinkan aku masuk”
“Tidak bisa, anda harus menunggu besok. Tolong jangan memaksa”
“Tapi…”
Belum selesai kalimat diucapkan Sam, seseroang memutusnya.
“Biarkan dia masuk” Ucap pria itu.
“Calk!”
Pria itu adalah Calk, pemilik hotel ini sekaligus teman Sam dari perkumpulan pecinta anjing. Seketika kedua penjaga itu membiarkan Sam masuk.
“Tak usah terburu-buru Sam, aku sudah mengecek semuanya dan Hobit baik-baik saja” Calk menenangkan saat mereka memasuki lobi utama hotel itu.
“Benarkah? Syukurlah. Sungguh aku tidak bisa percaya perkataan siapapun kecuali kau Calk jika ini tentang Hobit.”
“Hahaha sebenarnya tadinya aku juga panik karena ini pertama kali aku merasakan serangan LISI. Apalagi setauku dalam lima tahun terakhir ini juga serangan pertama mereka di Disep.” Calk menerka nerka mengenai keamanan Disep yang dianggapnya melonggar hingga LISI yang semakin kuat.
“Tapi hal yang paling membingungkan adalah, menagapa mereka menyerang penginapan anjing seperti ini?” Semua yang keluar dari mulut Calk terlihat meyakinkan. Keresahan dan kebingungan itu telah tertransfer dari kepala Calk menuju kepala Sam.
Di luar itu, Sam pura-pura tidak khawatir dan hanya membalas keluhan Calk dengan senyum menyeringai sambil menganggukkan kepala. Tidak ia sangka, ini terjadi kedua kalinya setelah serangan di Feekuy kemarin. Tanpa korban jiwa, dan selalu mendekati dirinya. Setelah berbincang singkat, Sam kembali pada tujuannya untuk mengambil Hobit dan membawanya ke camp. Ia meminta kunci ruangan Hobit pada Calk.
Sam berjalan menuju Hobit dan masih ditemani oleh Calk. Pintu kamar dibuka dan benar saja, ia bisa melihat Hobit sedang tidur di atas kasur kecilnya. Rasa rindu Sam akhirnya terbayarkan, ia bisa melihat Hobit.
“Bahkan ia bisa tertidur setelah kekacauan” Gumam Calk. Walaupun tidak ada korban jiwa, p*********n itu tetap diwarnai dengan perusakan beberapa fasilitas hotel dan penyandraan sementara sehingga keadaan tetap kacau.
Karena Hobit sedang tertidur, Sam mendekatinya dengan perlahan. Langkahnya dibuat kecil tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Baru setengah dari perjalanan untuk sampai pada Hobit, Sam melihat ada menda mencurigakan di atas kasur Hobit.
“Tunggu, benda itu?” Sam tidak berhenti menatap benda lonjong yang memancarkan cahaya itu. Sam mencoba untuk menyentuh Hobit.
“Hobit?!” Benar saja, setelah Sam menyentuhnya, ternyata itu bukanlah Hobit melainkan cahaya berbentuk Hobit yang dikeluarkan dari benda itu. Kali ini Sam benar-benar membeku, darahnya bukan mengalir dan mengumpul di suatu tempat lagi seperti saat Zlo memperlihatkan koordinat itu, kini darahnya membeku.
Tidak tau harus berkata apa lagi Sam mengambil pemancar hologram itu. Memori dalam otaknya secara cepat memberikan sinyal, bahwa ia mengetahui benda apa yang sedang ia pegang. Tapi memori itu samar-samar sampai Sam tidak bisa memutuskan sebenarnya apa yang ia pegang itu.
Calk yang berdiri di belakang Sam juga ikut kaget dan merasa bersalah akan hilangnya Hobit. Ditambah dengan hilangnya Hobit menjadi teka-teki baru bagi Calk. Ia mengucapkan permintaan maafnya berulang kali karena tidak menyadari hal itu.
“Calk, aku akan segera pulang, kabari jika kau menemukan hal lain.”
Pesan terakhir Sam sebelum ia berlari dan segera kembali ke camp. Ia mulai menyadari bahwa semua p*********n ini ada hubungannya dengan dirinya. Selagi belum menemukan bangkai tubuh Hobit, ia masih optimis akan menemukan Hobit entah bagaimana caranya.
Sesampainya di camp, tanpa sepengetahuan Zlo, Kare, bahkan Mr. Ekuador. Sam mencoba untuk menyelesaikan ini sendiri. Di ruangannya ia tidak berhenti melihat benda yang mereka tinggalkan itu, sesekali ia juga melihat barang-barang Hobit yang telah ia susun rapih. Sam tak kuasa menahan air matanya. Walaupun ia optimis bahwa Hobit masih hidup, tapi hilangnya Hobit dan ingatan aneh yang tidak dapat ia temukan ini membuatnya sangat tertekan.