IV LANGKAH PERTAMA

1843 Words
Author's Point of View   Mereka (Zlo dan Kare) sedang berada di dalam pesawat. Perjalanan dari Iedhla menuju Yugyert memakan waktu yang cukup lama. Tak perlu heran kenapa mereka dapat dengan mudah menaiki pesawat yang kini sudah tidak diperuntukan secara komersil lagi. Pertama, mereka bekerja untuk XIX Company. Kedua, mereka sedang membawa sebuah misi penting. Sebenarnya pesawat masih digunakan untuk kepentingan masyarakat dunia, namun dengan harga yang semakin mahal apakah hal tersebut dapat dikatakan sebagai pemenuh kepentingan komersil? Mengingat hanya elit yang dapat menggunakan layanan pesawat antar bumi bagian. Perawakan Kare yang memiliki tinggi badan 176 cm dan berat sekitar 65 kg, bermata hitam, rambut ikal hitam serta kulitnya yang sawo matang membuatnya terlihat seperti seorang dari benua yang dulu disebut dengan Asia, tepatnya Asia Tenggara. Entah di mana dulu nenek moyangnya tinggal, namun tempat itu sekarang disebut Ifralert. Luas bagian bumi tidak selalu persis dengan bentuk benua terdahulu. Hanya kebetulan pecahan yang membentuk Ifralert dulunya merupakan Asia Tenggara. Hampir 80% orang yang mengenalnya mengatakan bahwa Kare adalah hasil perkawinan antara manusia dan mesin. Sangat kaku dan sedikit empati, Kare hanya melakukan apa yang harus dilakukannya secara profesional. Zlo sendiri memiliki paras yang sangat manly dengan wajah yang terlihat sangat tegas dan postur tubuh tengap. Tinggi badan 185 cm, bermata biru dengan alis yang bervolume. Zlo tidak pernah mengetahui siapa orang tuanya, ia dirawat oleh adik presiden bumi sejak usianya masih hitungan bulan. Sam melihat Zlo seperti adiknya sendiri yang sangat baik dan penurut, terkadang cukup nakal. Intinya entah seberapa besar jabatan dan tanggung jawab Zlo dalam XIX Company, Sam selalu menganggapnya anak kecil yang baru menginjak usia remaja. Di dalam pesawat mereka hanya terdiam. Keadaan sangat hening sekarang. Tentu saja, kapasitas pesawat hanya mampu membawa sembilan penumpang dengan tiga sekat yang berarti saat mereka duduk hanya dapat melihat dua orang didepan mata. Hari ini, karena mereka membawa sebuah misi rahasia, pesawat hanya diisi beberapa orang saja dan yang berada dalam satu sekat itu hanya mereka berdua. Kare bolak balik melihat jam tangan digital miliknya, seperti memikirkan sesuatu berkali-kali. “Zlo, apa kau yakin akan melibatkan seorang pilot?” tanya Kare yang sepertinya meragukan usulan Zlo. Akhirnya isi kepalanya keluar. “Justru keberhasilan misi ini berada di tangannya” jawab Zlo santai. “Tapi ini tidak masuk akal, kita telah mengerjakannya selama 3 tahun, dan dia tidak pernah ikut campur sedikitpun. Sekarang saat ini semua sudah hampir selesai, kau memasukkannya kedalam tim? Bahkan aku tidak tau siapa dia.” “Kare, aku telah lama mengenalnya dan dia dilibatkan untuk membantu, bukan untuk menghancurkan misi ini. Jadi tenangkan dirimu.” Kare memang terlihat sedikit emosional mugnkin itu karena keraguannya ditambah nervous karena ini merupakan misi besar yang hampir selesai. “Kau gegabah, Zlo. Aku tak akan membiarkannya menghancurkan kerja kerasku.” Zlo memilih untuk tidak membalas perkataan Kare, dan benar saja, diam Zlo membuat Kare ikut terdiam. Mereka sampai di Yugyert dan langsung menuju camp pilot berlanjut ke kamar Sam, Zlo memencet bel yang ada di depan pintu kamar Sam agar Sam segera keluar, tapi hasilnya nihil. Kare mengambil alih untuk memencet bel dengan kekuatan lebih, berharap suara bel yang keluar semakin besar di dalam. Tetap nihil. Sam tetap belum terlihat muncul dari dalam kamarnya. Tanggung jawab atas misi besar ini cukup membuat mereka panik dengan kelakuan Sam yang tidak juga keluar dari kamar. “Apa orang seperti ini yang kau percaya?” Sindir Kare. Zlo tidak menjawab apapun dan mengambil teleponnya, mencoba untuk menghubungi Sam. Sebelum Zlo menelepon, ternyata Sam telah mengirim pesan terlebih dahulu. Sam: Jika kau sampai di kamarku pukul 12.00, aku sedang menyantap sereal dan s**u di lantai 5. Tapi ada sedikit kendala dengan lift di lantai kamarku. Kau harus menaiki tangga dulu. Sampai jumpa! “Sial,” gumam Zlo. “Ada apa?” “Dia sedang brunch” Kini Zlo mulai merasa malu dengan Kare. Mungkin memang benar bahwa Sam bukan orang yang tepat untuk misi ini. Tapi Zlo tidak punya pilihan karena ini sudah ia rencanakan bersama dengan presiden XIX Company, untuk memilih Sam. Di bangunan yang sama namun lantai yang berbeda, Sam sedang menikmati sereal dan susunya. “Ah kenapa sereal di sini sangat enak?” gumam Sam sambil menunggu Zlo yang tak kunjung menyusulnya. Sam berpikir kalau Zlo akan menyesal karena tidak ikut mencoba sereal stroberi telezat di Yugyert. Sam juga bingung kenapa Zlo tidak membalas pesannya padahal Zlo sudah pasti telah sampai di Yugyert mengingat sekarang sudah siang. 12.35 Mereka tidak menghampiri Sam, mereka tetap menunggu di depan kamarnya. Zlo terlihat duduk di lantai depan kamar Sam dengan kaki menekuk memangku lipatan tangannya yang ditindis oleh kepala, seperti anak kecil yang menangis. Berbeda dengan Kare yang tetap berdiri tegak dengan melipat tangannya dan mata yang tetap terlihat tajam. Dua orang sisanya menyerah dan memilih untuk kembali ke mobil untuk melakukan pekerjaan yang lebih penting. Semua orang ini lelah dan emosi. Hingga Sam datang. Berjalan dengan santai, terlihat kenyang. “Zlo, aku menunggumu di lantai 5! Aku sengaja memperhitungkan keberangkatanmu agar kita tidak berdiskusi di kamarku.” “Oh astaga, aku tidak meyangka jika yang datang akan sebanyak ini” lanjut Sam yang baru menyadari bahwa Zlo datang bersama dengan timnya. Sam menganggap itu banyak karena jumlahnya yang lebih dari satu. Zlo tidak sedikitpun menanggapi Sam, ia diam dengan raut kesal. Sam yang baru saja selesai mengisi bahan bakar tubuhnya belum bisa membaca apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa mereka terlihat begitu serius. “Oke, aku tahu kau ingin masuk” ucap Sam sambil mengangguk kecil dan kebingungan tentunya. Sam menghampiri Zlo dan berbisik “Aku hanya memperbolehkan kau untuk masuk, yang lain tidak. Kau tahu kan Zlo seberapa penting privasi bagiku?” Zlo tidak menjawab. Sam membuka pintu dan masuk kedalam kamarnya. Ia tidak sadar kalau ada dua orang di belakangnya. Saat ia mulai duduk dikasurnya, Sam kaget melihat ada satu orang lagi di belakang Zlo. Itu Kare. “Zlo, kenapa kau membiarkanya masuk ke kamar seorang pria?” Tanya Sam melambat. “Sam cobalah untuk serius untuk kali ini saja.” Balas Zlo yang sudah lelah. “Kare, tolong beri tahu dia.” Perintah Zlo. Ia takut jika dirinya yang menjelaskan, Sam tidak akan menanggapinya dengan serius. “Kau akan masuk dalam misi penyatuan bumi” singkat, padat dan sangat jelas apa yang diucapkan Kare. Tapi tetap saja, bagi Sam yang tidak mengetahui apapun, hal tersebut membuatnya terkejut. Kini muncul 1001 x  pertanyaan dalam benaknya. Sam's Point of View Misi penyatuan bumi? Misi macam apa ini? Ini adalah sesuatu yang mustahil untuk diwijudkan. Hanya akan membuang waktu, energi, dan biaya. “Coba jelaskan secara rinci tentang apa yang kau ucapkan, Nona” tanyaku yang kupikir cukup bijak ketimbang harus mengucap ‘kau sudah gila’ atau ‘ide bodoh macam apa ini?’. “Pertama, namaku Kare, jangan panggil aku ‘Nona’. Kedua, aku akan menjelaskannya.” “Silahkan Kare, kau punya waktuku” Kare menjelaskan dengan sangat jelas, bahkan rinciannya terlihat sangat logis. Entah bagaimana, penjelasannya membuatku berpikir misi ini seperti memungkinkan. Intinya, ia bercerita kalau penelitiannya tentang gravitasi sudah membuahkan sesuatu dan kupikir itu adalah hal luar biasa yang kuketahui untuk saat ini. Kare dan Zlo telah mendapatkan sebuah tempat di mana gerbang menuju inti bumi ada. Tempat itu seperti punya dimensi yang menghubungkan kita langsung ke inti bumi, tepatnya di mana gravitasi itu ada. Tempat yang dulu menarik lempeng bumi sampai menempel pada intinya. Hal itu begitu logis karena dengan keadaan bumi yang terpecah seperti ini, retakan atau lubang pada bumi mungkin saja terjadi. Tapi mengenai arah lubang yang menuju pusat gravitasi dan masalah dimensi aku tidak bisa langsung percaya jika tidak melihat langsung data hasil penelitian mereka. Pelitnya adalah, mereka tidak memberitahuku di mana letak pastinya. Lagi pula aku sudah memutuskan untuk tidak tertarik dengan misi ini, buat apa aku ingin tahu tentang tempat ‘rahasia’ itu? “Baiklah, mungkin akan kupikirkan dulu untuk bergabung atau tidaknya dengan misi kalian.” Jawabku seolah aku seorang pemikir. “Ayolah, kau bukan tipikal orang yang lama untuk memutuskan sesuatu,” balas Zlo. Pertemanan kami memang sudah cukup lama, dan ternyata dia mengenalku cukup baik. Di suasana yang diam di luar, namun ribut di pikiran masing-masing, tiba-tiba teleponku berbunyi. Ini bukan telepon pribadi, tapi alat yang tertempel di telingaku. Sebagai seorang pilot, tepat dibalik daun telingaku ditanam sebuah alat panggilan. Bukan berarti aku dikendalikan oleh mereka karena aku tahu betul apa fungsi alat ini dan alat ini juga bisa sewaktu-waktu dibuka melalui operasi kecil. Tunggu dulu, kembali pada panggilan tadi, ada apa lagi ini? “Unit 71D, unit 71D pukul 14.00 segera meluncur ke markas utama” “Sial.” Spontanitas. Tidak salahkan? 14.00 adalah waktu makan siang terbaik menurut pakar kesehatan. Aku setuju karena dia memang ahli di bidang itu. “Ada apa?” tanya Zlo kebingungan. “Sekarang aku harus segera ke Auroert. Maafkan aku teman-teman, liburanku berakhir.” Aku segera ganti baju dan menyiapkan alat pribadi milikku. Mereka terdiam melihatku melakukan semua kegiatan yang aku sebutkan di kalimat sebelumnya. “Lagi, kau membuang waktuku Zlo” wanita itu melihat Zlo sangat sinis saat aku masih sibuk dengan diriku sendiri. Menurutku kemarahan wanita itu tidak sepenuhnya bahkan tidak lebih dari 10% kesalahanku. Mereka yang tiba-tiba datang di waktu sibukku. Alat itu berbunyi lagi. Kali ini mengagetkan. “Unit 71D meluncur sekarang juga. Feekuy diserang LISI, ubah tujuan ke Feekuy.” Serangan? Apa mereka mengamuk lagi? For your information, LISI adalah penduduk bumi pecahan kecil yang berarti bukan penduduk ketujuh bagian bumi. “Aku akan segera ke sana, Gips! Siapkan pesawat tempur untukku di Feekuy.” Gips adalah operator yang ‘mengaturku’ kurang lebih 5 tahun selama aku berkarir. Ya, dia adalah suara di balik alat ini. “Kalian lihat, ada pekerjaan yang lebih penting saat ini.” Sombongku seolah aku sangat dibutuhkan. Sebenarnya aku tidak bermaksud seperti itu, aku hanya ingin mereka sedikit bersabar dan memberikanku waktu untuk berpikir. Aku bergegas lebah cepat sekarang. “Aku harus pergi, ini kartu kamarku. Kau bertanggung jawab untuk menguncinya Zlo.” Aku melempar kartunya dan ternyata lemparan terburu-buru membuat Zlo tak dapat meraihnya dengan baik. Bukan, Zlo memang tidak berniat menangkapnya. Aku meninggalkan mereka berdua di kamarku. Terserah apa yang akan mereka lakukan di kamarku setelahnya, yang terpenting Zlo tidak boleh menyisakan spermanya di atas kasur. Aku berlari dan melewati lorong-lorong. Di depan camp sudah ada mobil yang ku yakin itu Derek yang akan mengantarku ke bandara. Lelah berlari aku menghembuskan napas terengah-engah. Tak ada waktu untuk menyapa Derek (supir di camp ini). Aku duduk di bangku belakang sambil memeriksa tas yang ku bawa. “Apa Anda kelelahan?” suara itu, bukan Derek. Tunggu dulu, itu suara yang membangunkanku kemarin. Sitma! Ia melihatku dari spion. Kini terjawab ia memang Sitma. “Kenapa kau-” dengan masih heran aku bertanya “Anak Derek mengalami kecelakaan, itulah kenapa saya yang menjemput tuan kemarin dan sekarang akan mengantar Tuan dalam menjalankan tugas penting. Saya bisa menambah kecepatan jika Anda menginginkannya” Wanita ini sangat hebat, sangat menarik. “Tunjukkan saja kemampuan menyetirmu, Sitma!” tantangku. Benar saja kecepatan menyetirnya sampai 170 km/jam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD