XI CHAOS

1671 Words
Author's Point of View Memberi wejangan kepada Sam memang bukan hal yang mudah. Melawan pendirian yang begitu kuat, Sam selalu memiliki titik berdirinya, yang akan ia yakini. Bertahan pada suatu prinsip tidak termasuk kejahatan, Sam sama sekali tidak jahat. Jikapun hasil dari pendirian itu dapat merugikan, entah untuk diri sendiri ataupun orang lain, itu tamparan untuk semua yang terlalu keras dan dunia ini memang tempat untuk belajar. Puluhan tahun sudah Zlo mengenal Sam dengan baik. Zlo yang tinggal di rumah ayah angkatnya (adik Mr. Ekuador) pastinya sudah tidak asing dengan XIX Company yang akhirnya menjadi tempatnya bekerja. Sejak awal masuk di perusahaan itu Zlo memang sudah ditempatkan pada divisi riset dan penelitian. Bekerja dan status saudara sambung dari pendiri perusahaan terbesar dan paling berpengaruh di dunia dilewatinya dengan penuh perjuangan. Tak sedikit orang beranggapan bahwa bisa sampai di sini hanya karna ia dibanjiri keberuntungan. Namun Zlo selalu berusaha bekerja lebih keras dibanding lainnya, untuk menunjukkan siapa yang membawanya, yaitu dirinya sendiri. Kinerja dan loyalitasnya yang tinggi membuat Zlo dipercaya Mr. Ekuador untuk bergabung dalam misi penyatuan bumi dan di sinilah ia betemu dengan Kare, si wanita cantik yang datang dari Bogola (pusat teknologi). Di mata Zlo, Kare adalah sosok perempuan dengan kecerdasan luar biasa dan pinggul yang indah. Secara sadar awalmya Zlo selalu mencoba untuk mendekati Kare, namun ia tidak pernah memberikan respon.  Kare memang terlalu dingin untuk ukuran wanita sejauh perjalanan Zlo. Soal kejadian malam itu, saat Sam tiba-tiba ke rumah Zlo, itu di luar kendali. Saat itu mereka dalam keadaan mabuk berat karena Sam yang hampir mengjhancurkan misi. Mereka tidak merasakan sesuatu yang mendebarkan saat itu, bahkan untuk Zlo yang pernah menyimpan rasa. Padaahal ini adalah kali pertama Zlo melakukan kegiatan skin to skin dengan lawan jenis. Berbeda dengan Kare, baginya melakukan s*x bukan hal yang baru dan asing. Ia memang sering melakukan hal seperti itu hanya untuk memenuhi kebutuhannya, bukan didasari oleh cinta atau getaran apapun. Di depan meja kerjanya, Zlo duduk bukan untuk mengerampungkan sesuatu yang penting tapi untuk bermain sudoku level ekstrim yang high scorenya ia rasa belum terlu maksimal. Pada permainan ini high score dilihat dari seberapa cepat ia dapat mengisi semua kotak angka. Tok tok tok Terdengar suara ketukan pintu, diikuti dengan masuknya seorang wanita ke dalam ruangan Zlo. "Zlo kita harus membicarakan langkah selanjutnya"  Ya, wanita itu adalah Kare. Tanpa pendahuluan Kare langsung menembak ke intinya. Zlo yang sedang asyik bermain sudoku refleks memencet pause agar waktunya permainannya berhenti sementara. "Astaga Kare. Kepalaku mau pecah memikirkan ini semua." Ucap Zlo dengan nada kekanakan dan sedikit nakal. Seolah ini rayuan agar pembicaraan serius ini diundur. "Aku tak punya banyak waktu." Kare terlihat tetap ingin melakukannya. Hal itu karena ia tetap masuk kedalam ruangan Zlo dan membawa tab kerjanya. Kare duduk di sofa ruangan Zlo, menyalakan tab yang dibawanya tadi. "Ayolah aku tak enak badan." Keluhan Zlo sambil memutar kursi yang didudukinya agar badannya berhadapan dengan sofa. "Jika kontrakku habis aku tak akan melakukan perpanjangan." Kare mengancam. "Oke baik-baiklah" Kare yang sedang duduk berhadapan denganku menaruh tab transparan berukuran 20x 27 cm  di atas meja kerja ku pastinya. Suasanya sangat sepi dan memang selalu seperti itu. Dengan minim cahaya dan pusat cahaya dari lampu di meja kerja Kare menjelaskan semuanya. Mulai dari lapsoina mana yang cocok untuk dipakai hingga uji coba pesawat super canggih Sam. Sesi tanya jawabpun dimulai. "Tunggu dulu. Pesawat itu, apa bisa tak terkena gravitasi asing saat melewati pecahan bumi?" "Ya, sebelum itu mereka sudah membuat pesawat bisa dua mode. Pada saat menyebrang bagian bumi, bentuk pesawat akan menjadi segitiga. Kita tetap butuh gerak memutarnya. Gerak ini bisa mengurangi percepatan gravitasi hingga lebih stabil saat di perbatasan." "Seperti gasing?" Tanya Zlo dengan tatapan penuh perhatian. Tentunya mengenai tema pembicaraan yang dibuatnya jadi menarik. "Betul sekali. Saat gasing berputar dengan cepat maka tak terpengaruh oleh gravitasi. Keliling sisi yang bukan ujung akan terlihat melayang." "Bagaimana dengan perubahan modenya? Kita tak perlu landasan bukan?" "Pesawat ini sangat canggih hingga bisa berubah mode dalam keadaan mengudara. Kau tak perlu meragukan tim dalam misi ini" "Sekarang kau harus berbaikan dengan temanmu." Suruh Kare. Sangat tidak jantan jika Zlo tak mau melakukannya. Lagi pula ia cukup kasihan atas luka yang ia buat di wajah Sam. "Ya" jawabnya singkat. Zlo memang cerminan Kare. Mereka dingin, pintar, dan ambisius. Bedanya harga diri Zlo sudah turun sedikit di bawah Kare. Itu karena saat Zlo memperdulikannya, Kare tidak peduli tentang itu sedikitpun. "Baiklah. Aku kembali. Besok kita akan uji coba pesawatnya." Zlo mengangguk ringan tanpa menatap. Kare berada dua langkah sebelum pintu keluar. "Kare?" "Ya." "Di mana Sitma sekarang." "Dia ada di ruang tahanan sementara." Kare melanjutkan langkahnya setelah selasai menjawab pertanyaan terakir dari Zlo. Sikap dinginnya justru membuat Zlo merasa hangat. Sebenarnya Zlo malas untuk sekedar bertemu dengan Sam, walau Sitma sudah aman ada di tempat tahanan sementara. Zlo berharap malam ini dapat menjadi malam yang panjang karena ia tak mau bertemu dengan siang untuk sementara waktu. *** Setelah tidak bisa menikmati malamnya, pagi datang menjemput Zlo. Ia bergegas membereskan badan secepat mungkin. PR hari ini adalah meminta maaf atas memukul wajah sahabatnya hingga berdarah. Sepetinya Zlo tau di mana Sam sekarang. Tentu, ini pagi dan saatnya sarapan. Sam takkan ketinggalan untuk memakan sereal dan meminum s**u, itu adalah kesukaannya. Zlo berjalan di lorong yang melewati kamar-kamar pekerja. Maksudnya ini adalah markas kantor, jadi tak salah bukan jika menyebut mereka semua yang ada di sini adalah pekerja. Karena alasan mereka semua di sini memang untuk bekerja. Sesampainya di ruang makan alias kantin yang cukup luas itu, mata Zlo memindai semua arah. Mencari seseorang yang ia cari, Sam. Dari ujung pojok kanan atas, bawah, kiri, tengah, bahkan di baris tempan mengambil makanan Zlo tidak dapat menemukannya. “Tidak mungkin” Zlo mengucapkan dengan volume minimalis. Pikirnya tidak mungkin Sam meninggalkan golden timenya. Tidak berhenti sampai di situ, Zlo akhirnya memutuskan untuk mencari di ruangannya berharap Sam ada di sana. *** Ruangan Sam Tepat di depan kamar Sam, Zlo terlihat akan membuka pintu. Tapi keraguan menghampirinya hingga ia memutuskan untuk mengetuk pintu ketimbang langsung membukanya. Tok tok tok Dari dalam tidak memberi jawaban. Tok tok “Sam apakah kau di dalam?” Masih belum ada jawaban. Zlo tahu persis pagi ini Sam tidak ada jadwal kegiatan apapun. Sam juga hanya keluar kamar jika ada kegiatan wajib atau di waktu makan.             “Sam ini aku, Zlo. Aku akan segera masuk” Zlo memberi aba-aba untuk menunjukkan sopan santunnya setelah kejadian tidak mengenakkan diantara mereka kemarin. Ia membuka pintunya, tidak ada kata lain di pikiran Zlo selain terkejut. Kamar Sam terlihat sangat berantakan. Barangnya berserakan, baju dalam lemarinya terhambur, bahkan ada gelas pecah dan beberapa botol alkohol di lantai. Pria yang menjadikan s**u sebagai minuman favoritnya ini telah menghabiskan malamnya bersama alkohol.             “Astaga Sam! Kau mabuk?!” Sam tetap tertidur tengkurap di kasurnya. Ia topless. Zlo mendekatinya dan membalik badannya agar tubuh bagian depan Sam menghadap langit ruangan itu. "Apa kau sekacau itu?" "Kau! Kau yang mengacaukannya!" Dia membentak Zlo tiba-tiba. "Bukan, wanita itu! Aku yang salah! Maafkan aku Zlo. Aku salah. Ini salahku. Ini salahku." Lanjutnya dengan nada yang lebih rendah. Bahkan seperti berbisik. Rambutnya berantakan, matanya merah dan wajahnya sangat kusut. Seperti bukan dirinya. *** Di suatu tempat "Tuan, mereka menemukan benda baru." "Aku yakin ini sangat berharga untukmu." Lanjut Pria berbadan kurus di hadapan Pria tua yang duduk di kursi tahtanya. "Tak usah membual dan tunjukkan padaku" "Kami belum mendapatkannya. Benda ini sangat menakjubkan. Benda yang memiliki gravitasi sendiri. Tidak mudah untuk membawanya karna benda ini bermassa padat." "Aku tak peduli. Bawakan benda itu secepatnya. Atau kaummu akan mati secara bersamaan. Satu lubang besar cukup untuk menyimpan mayat kalian semua." "Tapi tuan?" "Tidak ada alasan." "Dan jika kau tertangkap. Jangan berani- berani untuk membawa namaku. Atau anakmu akan menjadi yang pertama terpotong lehernya." "Ba,baiklah tuan." *** Ruangan Sam "Sam, tenangkan dirimu." "Aku tak pernah tau mana yang benar! Siapa yang benar? Mr. Ekuador? Atau wanita itu?!" "Kita semua salah Sam. Jadi berhentilah untuk memikirkan hal ini. Lagi pula aku datang untuk meminta maaf." Zlo bisa mengatakan ini setelah mendengar perkataan Kare yang mengatakan bahwa Sam telah dijadikan umpan oleh Mr. Ekuador. Sam menangis dan menundukkan kepalanya yang ditadah oleh tangan yang dipangku pahanya di balik badan yang terduduk di pinggir kasur. "Sam ayolah, angkat kepalamu. Ini sangat bukan dirimu, kau bukan orang yang cepat terpengaruh bahkan sampai sekacau ini.” "Kau tau kan pagi ini menu kita s**u dan seral? Mari kita mengajak Sitma untuk sarapan bersama?" Lanjut Zlo membujuknya. "Tidak. Aku mau sendiri. Tolong pergilah Zlo." Ini pertama kalinya Sam menolak ajakan untuk sarapan. Menandakan ini adalah masalah serius. "Aku tak marah padamu. Tapi aku benar-benar ingin sendiri sekarang." Lanjut Sam untuk menenangkan Zlo yang terlihat sudah cukup kebingungan bagaimana cara membujuk Sam. "Oke baiklah. Jika kau butuh sesuatu. Hubungi aku." "Ya terimakasih." Zlo keluar dari kamar Sam. Rasanya sekarang Zlo sudah tau kemana tujuan selanjutnya hari ini. Ya, ke tempat tahanan Sitma. Ia bergegas ke ruang penjaga dan meminta diantar ketempat Sitma berada. Mereka mengantarnya kedalam sel yang tak begitu buruk. Setidaknya tempat ini bersih. "Bersih sekali." "Tahanan itu yang membersihkannya." Basa-basiku dijawab spontan oleh penjaga. Ia menunjuk ke arah Sitma. Wanita itu lagi. "Nn Sitma, ada yang ingin bertemu anda." Sitma menghampiri kami. Agar lebih transparan kami mengobrol di luar selnya. "Ada apa? Kau mau memukulku seperti apa yang kau lakukan pada Sam?" Kalimat pembuka yang cukup kejam. "Tidak. Yang pertama, aku memukulnya karena kau." "Ya, lalu sekarang kau mau memukulku kan?" Wanita ini benar-benar menantang Zlo. "Tidak. Aku hanya ingin klarifikasi." "Apa lagi yang perlu dibicarakan? Kukira ini sudah jelas. Aku akan selalu seperti yang kau tanamkan di otakmu. Dan kau yang salah menaruh biji untuk ditanam tidak akan menebang pohon yang terlanjur tinggi." "Maksudmu?" "Kau tak pernah tau siapa aku dan apa latar belakangku. Tapi mungkin kau adalah orang yang paling membenciku." Jawabnya santai. Zlo terus bertanya apa yang dimaksud lawan bicaranya itu, ia merasa wanita itu sudah menipu Sam dan mencuri informasi. Bukankah itu jahat? Apakah itu tidak cukup kuat untuk dijadikan alasan?  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD