PROLOG

304 Words
****** . . Darah segar memuncrat dari perut ketika sebuah benda tajam menikamnya hingga ujung runcingnya menonjol keluar. Jlep! Jlep! Jelp! Berkali-kali pisau tersebut ditusukkan ke lubang yang sama, lalu diputar menciptakan rasa sakit yang tak terelakkan lagi. "Aarghhh!" Korbannya seorang gadis, berdiri sempoyongan dengan beberapa luka cukup parah di tubuhnya. Meski demikian, gadis itu terus mencoba untuk tetap bertahan. Ia berlari menjauhi si pelaku. Pelaku itu tersenyum sinis. Dia seorang pria, dengan belati berlumur darah di tangan kanannya. Kemudian, pria itu lari mengejar sang gadis. Suasana saat itu sangat gelap, membuat sang gadis kesusahan mencari jalan. Cairan merah dari tubuhnya terus membanjir, terasa dingin saat diterpa angin kencang. Tok! Sebalok kayu mendarat tepat di kepala sang gadis. Begitu keras hingga membuat keningnya berlubang mengucur cairan merah kental. Gadis itu menjadi pening. Pandangannya samar-samar. Sejenak kembali jelas saat tangan kekar menonjok penghidunya. Ada tiga orang di sana. Ketiganya itu sama-sama memukuli sang gadis tanpa ampun. Kemudian muncul lima orang lagi. Setiap tangan lengkap dengan benda tajam digenggamnya. Lantas mereka mulai mengeroyok gadis malang tersebut. Kres! Sebilah belati berhasil menyayat kulit sang gadis. Brak! Berganti kepalanya yang kini dipukul dengan punggung sekop. Gadis itu merasa semuanya buram. Sekelilingnya menjadi berputar-putar. Tawa puas nan sadis terdengar sumbang melalui gendang telinganya. Saat tubuhnya hendak roboh, sebuah peluru berhasil menyerempet pinggangnya. Dor! Dor! Dor! Tiga kali tembakan diluncurkan dan ketiganya mengenai tubuhnya. Brak! Tubuh lemas itu ditendang hingga jatuh terkapar. Setelah tak lagi berdaya, gadis itu digotong, kemudian dilempar ke sebuah lubang. Lalu dikubur dengan sisa nyawa di ujung tanduk. Mereka semua kini berjumlah tiga belas orang. Bagai pengecut, menghabisi dan menyiksa gadis malang yang hanya seorang diri bahkan tanpa diberikan kesempatan untuk mengangkat senjata. Semua bibir menggores senyum licik nan sinis, ke arah tanah yang kembali mereka ciptakan seperti semula. "KAU TAHU RAHASIANYA, JADI KAU HARUS MATI!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD