Oxstandvard University

1080 Words
Oxstandvard university adalah salah universitas terbaik di dunia. Ada ratusan ribu calon mahasiswa yang mendaftar setiap tahunnya, tetapi hanya ratusan saja yang bakalan diterima sebagai mahasiswa. Perbandingannya antara seratus banding satu. Seperti perguruan tinggi lainnya, Oxstandvard university juga memiliki nama sendiri untuk tes masuknya. Oxstandvard Scholarship Test atau lebih akrab disebut dengan 'OST', adalah tes masuk perguruan tinggi yang terbilang 'cukup' mengerikan di dunia. Mereka yang lolos adalah mereka yang ber-IQ tinggi. Bahkan, lulusan universitas ternama ini merupakan pejabat-pejabat penting negara. Suatu pagi di hari senin, seorang gadis tampak berjalan melewati halaman kampus yang luas. Auranya begitu cerah, memijakkan setiap kakinya di rerumputan hijau. Bibirnya yang berwarna merah muda itu tersenyum saat memandangi betapa megahnya bangunan kampus di depan mata binarnya. Namanya Teressa, salah satu gadis dari keluarga kalangan bawah yang mampu lolos tes OST tahun ini. Karena kepintarannya yang di atas rata-rata itu, kini ia bisa bersanding dengan orang-orang yang 'katanya' hebat di kampus tersebut. Kabarnya, Oxstandvard university adalah kampus surganya orang jenius. Mereka yang kepintarannya di bawah rata-rata atau standar, tidak akan mampu lolos di universitas bergengsi ini. Itulah yang terlihat di luarnya dan anggapan semua orang. Teressa mulai berjalan memasuki kampusnya. Gadis itu tersenyum saat bertemu para mahasiswa juga staf-staf kampus lainnya. Terkadang dia juga bertegur sapa dengan beberapa dari mereka. Menariknya, hanya Teressa mahasiswa dari keluarga kalangan bawah yang berhasil lolos tahun ini. Karena kebanyakan tahun ini Oxstandvard university dipenuhi oleh mahasiswa-mahasiswa kelas 'sultan'. "Uppz… kenapa pagi-pagi sekali sudah kebelet pipis, sih. Padahal belum juga minum air." Teressa menepuk jidatnya. Ia menggigit bibir bawahnya, kemudian gadis itu berlari mencari toilet wanita. "Ini dia!" gumamnya setelah menemukan toilet wanita. Gadis itu segera masuk ke dalamnya. Setelah buang air kecil, Teressa membasuh wajahnya di wastafel. Ia merapikan rambutnya juga mengusap wajahnya dengan tisu sembari bercermin. "Ingat, kau di sini itu karena aku! Beraninya kau menolakku!" "Lepas!" Teressa mengerutkan keningnya saat mendengar suara keributan di ruangan sebelah. Lantaran penasaran, gadis itu berjalan menuju sumber suara tersebut. "Jangan lupa, kau punya hutang budi terhadapku!" Suara yang seperti seorang pria dan juga seorang gadis itu mulai terdengar jelas di telinga Teressa. Ia mempercepat langkah. Terkejut saat melihat seorang pria dan seorang gadis yang tengah bertengkar. Pria di sana berpakaian seperti seorang dosen di kampus tersebut dan gadis itu seperti seorang mahasiswa. Mereka tampak berdebat, bahkan kali ini pria itu mencekik leher gadis di depannya. "Aku yang membantumu lolos tes OST, dan menjadikanmu mahasiswi di universitas ini. Sebagai gantinya, kau berjanji akan menuruti semua perintahku. Sekarang, saat aku meminta hakku ... kenapa kau menolak?" Pria berjas itu berkata tepat di bibir sang gadis. Tangan kirinya mencekik lehernya sedangkan tangan kanannya meremas aset berharga milik gadis tersebut. "Kau belum memberikan imbalan terhadapku, bagaimana kau bisa melupakan hal itu?!" sambungnya lagi. Mulai mendekatkan bibirnya pada bibir ranum sang gadis, kemudian melumatnya paksa. Sang gadis hanya bisa merintih kesakitan. "Diam!" Bersusah payah gadis itu menyingkirkan tangan kekar dari lehernya. Mendorong dadaanya pelan. "Apa kau tidak bisa meminta dengan baik-baik?" "Oh, jadi... kau ingin melakukannya dengan lembut?" Tangan kasar pria itu meraba pipi mulus di depannya. "Baiklah!Kau itu gadis bodoh. Untungnya kau memiliki wajah cantik, sehingga aku bisa membantumu lolos di universitas ternama. Aku telah melakukan banyak hal untukmu dan putraku agar kalian bisa lolos tes OST, termasuk mencuri kunci jawaban untuk kalian!" Brak! Ransel Teressa merosot dari genggaman tangannya, saat lengan itu gemetar. Matanya menjadi sebesar piring. Terkesiap usai mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh pria dosen di sana. Ia tak menyangka, kalau seorang dosen akan melakukan hal semacam itu. Dosen itu telah mencurangi semua orang. Aryo Bramasta adalah dosen jurusan manajemen fakultas Ekonomi dan Bisnis. Pria berumur empat puluh tahun itu terkejut saat mengetahui ada orang yang memergokinya. Kini, rahasianya telah terbongkar di depan Teressa. Sedangkan gadis yang ia kurung di lengannya bernama Lydia. Dia salah satu mahasiswi baru jurusan manajemen. "Hei! Beraninya kau memergoki kami!" Dosen itu membentak ke arah Teressa, dengan rahang sekeras baja. Teressa mendadak gentar. Segera ia mengambil ranselnya yang tergeletak di lantai, dan memilih kabur dari sana. "Lydia, cepat kejar gadis itu, atau rahasia kita akan terbongkar pada semuanya!" perintah Aryo pada gadis di sebelahnya. Tak ingin rahasianya terbongkar, Lydia menuruti perintah Aryo. Ia segera merapikan bajunya dan berlari mengejar Teressa. Aryo juga ikut membuntutinya. Sementara itu Teressa terus berlari. Mengencangkan persendian tulangnya, dan mengambil gerakan lincah. Hingga tanpa disengaja, tubuh langsingnya itu menumbuk tubuh seorang pria. Brak! "Aduh!" Seorang pria yang Teressa tabrak itu tampak terjatuh, tetapi Teressa masih baik-baik saja. "Arjun! Jangan biarkan gadis itu lari!" Lydia berteriak pada pria yang mencoba membangunkan tubuhnya. "Arjun! Cepat tangkap dia!" Aryo ikut memerintah. "Lydia? Ayah?" gumam Arjun heran melihat Aryo dan Lydia. Arjun Bramasta, dia adalah putra semata wayangnya Aryo Bramasta. Dia mahasiswa baru jurusan bisnis ekonomi. Sama seperti Lydia, pria berusia dua puluh tahun itu juga lolos tes OST dengan jalur 'haram'. "Arjun, gadis itu tahu semua rahasia kita!" teriak Aryo lagi. "Cepat tangkap!" gertaknya. Teressa yang menyadari Arjun juga salah satu dari mereka, ia langsung bergegas melanjutkan larinya. Namun, tangan lembutnya itu berhasil ditarik oleh pria itu. Arjun berdiri dan menggenggam erat pergelangan tangan Teressa. "Lepas!!!" Teressa menendang kaki Arjun dengan kencang, hingga membuat pria itu melepaskan genggaman tangannya. Arjun mengaduh dan Teressa kembali berlari. "Sial! Kenapa kau membiarkan gadis itu pergi?!" Aryo tampak marah sembari mencengkeram kerah baju putranya. "Dasar bodoh! Kau memang benar-benar anak tidak becus! Menangkap seorang gadis saja tidak bisa!" Arjun menjadi kesal, lantaran telah dihina ayahnya di depan sang kekasih. Yah, Lydia adalah kekasih Arjun. "Shut up, Dad!" Arjun melepas cengekeraman tangan sang ayah dari kerah kemejanya. "Daripada sibuk menyalahkanku, lebih baik kau berkaca! Bagaimana gadis itu bisa tahu rahasia kita?!" Pertanyaan Arjun membuat Aryo membuang wajah—kesal. Putranya itu tidak boleh tahu kalau ayahnya sudah mencoba bertindak c***l pada pacarnya. "Kenapa Ayah diam saja? Tadi saja membentak-bentak!" Arjun benar-benar telah membuat Aryo bungkam. Lydia mendekat ke arah Arjun. Gadis itu memeluk lengannya bermaksud menenangkan. "Arjun, selesaikan masalah ini nanti saja. Sekarang, yang terpenting adalah menangkap gadis itu. Dia bisa menjadi bencana bagi kita semua!" ujar Lydia cemas. "Lydia benar. Lebih baik kita cepat cari gadis itu sekarang!" Aryo kembali memerintah. Dengan kesal, Arjun menuruti perintah sang ayah. Pemuda itu bergegas berlari mengejar Teressa. Lydia ikut bergerak, tetapi tangannya itu dicekal oleh Aryo. "Dengar, jangan sampai Arjun tahu soal kejadian tadi atau kau akan menyesal!" ancam Aryo pada Lydia. "Kau tenang saja." Lydia melepaskan tangan Aryo—kasar, kemudian berlari mengikuti Arjun. Aryo pun ikut mengejar. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD