Chapter 7

1651 Words
Dua hari setelah liburan di villa miliknya, Tuan Wilfred memanggil menantunya untuk menemuinya. Freya datang sendiri tanpa Keenan. Ia menemui mertuanya di kantor kementerian perdagangan. Saat tiba di kementerian, para staff kementerian sudah heboh karena kedatangan sang menantu menteri perdagangan. “Duduklah”  Tuan Wilfred mempersilahkan Freya duduk. Tuan Wilfred juga ikut duduk di hadapan Freya setelah meminta sekertarisnya membawakan minuman untuk Freya.  “Kudengar dari Keenan, kalian ingin masuk ke white house.”  Freya tersenyum lalu mengangguk kecil.  “Apa kamu serius tentang kursi first lady?”  "Lebih dari serius" jawabanya mantap.  “Aku tak meragukanmu sama sekali, tapi rasanya Keenan agak kurang mumpuni untuk memegang tampuk kekuasaan itu. Keenan tak begitu tertarik soal kekuasaan dan politik” ucap Tuan Wilfred tanpa basa-basi.  Freya menyesap teh yang baru saja dihidangkan di hadapannya.  “Karena cintalah dia akan melakukannya” ucap Freya dengan serius. Tuan Wilfred sampai kehabisan kata mendengar keyakinan menantunya. Maksud Freya bukanlah cinta Keenan padanya. Sebenarnya ada rahasia kecil yang Freya gunakan untuk menaklukkan Keenan. Rahasia kecil yang mau tak mau membuat Keenan bersedia diatur layaknya boneka. Setelah berdiskusi tentang rencananya, Freya berpamitan pulang.  “Kuyakin kau sudah mengetahui bahwa white house adalah tempat yang mengerikan. Tempat keramat yang begitu disegani namun akan menghancurkan pemiliknya jika ia goyah sedikit”  Peringatan Tuan Wilfred membuat Freya menghentikan langkahnya. “Kuharap kalian tidak salah memilih jalan. White house mungkin memaksa kalian untuk menukar hal paling berharga yang kalian miliki” ucap Tuan Wilfred lagi.  “Saya tidak khawatir karena saya memiliki anda untuk membimbing kami.”  Freya tersenyum lebar kepada Tuan Wilfred. Setelah itu, ia keluar dari ruangan mertuanya setelah mendapatkan lampu hijau dan dukungan penuh dari Tuan Wilfred.  “Bagaimana anak nakal itu menemukan wanita sehebat itu?   Tuan Wilfred terkagum-kagum dengan rencana matang yang sudah dipersiapkan Freya untuk masuk ke white house. Freya tak menyembunyikan rencananya pada sang mertua. Ia hanya menyembunyikan alasannya masuk ke white house. **** Semakin hari Keenan makin asyik dengan seorang gadis muda di mansion. Sandra adalah gadis yang manis dan sangat polos. Sandra benar-benar masih muda, usianya baru 20 tahun saat Freya membawanya ke mansion untuk menjadi salah satu wanita pemuas bagi suaminya. Siapa sangka jika gadis muda itu ternyata membuat Keenan jatuh hati dengan segala tingkah manisnya. Keenan memang menyukai tipe wanita yang manis dan polos. Persis seperti cinta pertamanya, Eriska. Keenan seolah menemukan Eriska di diri Sandra. Karena itulah Keenan selalu dibuat penasaran dengan gadis muda itu. Setiap pulang kantor, Keenan akan langsung bertandang ke kamar Sandra. Tak perlu ditanya apa yang mereka lakukan. Toh, tugas Sandra di mansion itu adalah memuaskan sang Tuan Besar. Selain urusan ranjang, ternyata Sandra juga menjadi teman berbicara untuk Keenan. Yah, Keenan benar-benar dibuat candu dengan tingkah polosnya yang menggemaskan. Keenan merasa seperti kembali di masa-masa ia masih bisa bersama Eriska. Bercengkrama seperti dulu dengan cinta pertamanya. Berbicara sepanjang hari dengan Eriska. Tidur di pangkuannya dan mendapatkan ketenangan dengan mendengar suara merdunya. Karena itulah, Keenan benar-benar tertarik dengan Sandra. Karena ia merasa bahwa Eriskanya yang hilang kembali bersamanya. Eriska adalah cinta pertama yang masih menyisakan duka mendalam bagi Keenan. Ia tak bisa melindunginya dan membuat gadis itu diseret paksa masuk penjara. Bahkan dengan semua kekuasaan dan kekayaan yang Keenan miliki, ia masih tak bisa membebaskan Eriska. Saat Freya datang menawarkan kesepakatan padanya untuk membebaskan Eriska jika Keenan berhasil membawa Freya ke white house, saat itu juga Keenan merasa menemukan jalan untuk menyelamatkan Eriska. Karena itulah ia akhirnya menyetujui pernikahan tak wajarnya dengan Freya, menyetujui untuk menjadi boneka wanita itu. Eriska sudah bertahun-tahun mendekam di balik jeruji besi. Padahal posisi Eriska adalah korban, tapi takdir begitu kejam padanya hingga ia yang harus merasakan pahitnya hidup di balik tembok penjara. Bertahun-tahun tertekan dalam trauma masa lalunya, bertahun-tahun menerima penyiksaan di penjara hingga ia menjadi gila. Yah, gadis manis yang dulunya begitu mempesona berakhir menjadi gila karena trauma yang dihadapinya. Meskipun ia menderita penyakit jiwa, Eriska tetap terkurung di ruang dingin penjara. Terpasung di ruang gelap itu, ditinggal sendirian, dan segala macam perlakuan buruk yang harus ia terima. Eriska adalah luka yang benar-benar mengerikan bagi Keenan. Luka yang selalu membuatnya kalah dari Freya. Karena Freya selalu tahu cara untuk mendiamkannya, melalui Eriska. Karena itulah Keenan memaksa dirinya untuk bertahan, demi Eriska. Bertahan bersama wanita gila kekuasaan itu agar Eriskanya bisa ia selamatkan. Tak masalah jika ia harus menderita bersama Freya. Penderitaannya tak ada artinya dibandingkan semua hal yang dialami oleh Eriska. Keenan hanya perlu bertahan, memastikan bahwa ia berhasil mendapatkan kursi nomor 1 di Amerika dan menukarkannya dengan kebebasan Eriska. **** Satu bulan berlalu dan hubungan antara Keenan dan Sandra semakin menjadi-jadi. Hubungan yang awalnya hanya sekedar give and take membawa ketertarikan mendalam antara dua orang itu. Setiap hari Keenan semakin sering berkunjung ke kamar Sandra. Begitu juga sebaliknya, Sandra selalu menantikan kehadiran Keenan. Bagaimana respon Freya? Selama satu bulan ini Freya terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan amalnya. Ia tidak memiliki waktu untuk sekedar memantau bagaimana perkembangan hubungan antara suaminya dan wanita-wanita bayarannya. Toh, selama ini Freya memang tak ambil pusing dengan apapun yang dilakukan Keenan di lantai 3. “Sepertinya kau harus melihat Tuan Besar dan gadis muda itu”  Freya yang baru tiba di mansion langsung berbalik menatap Davina.  “Hubungan mereka sebulan ini yah…agak…” Davina menjeda ucapannya karena bingung bagaimana harus mengatakannya.  “Apa yang terjadi? Keenan melakukan kekerasan?” tanya Freya. “Sebaliknya, mereka sepertinya saling jatuh cinta”  Freya menghentikan langkahnya sejenak lalu mendongak ke lantai 3.  “Dimana dia?” tanya Freya dan Davina langsung menunjuk ke lantai 3 tepatnya ke arah kamar Sandra.  “Hey, mau kemana? Jangan bilang mau memergoki mereka.” Davina mencekal pergelangan tangan Freya. Freya berbalik dan mendecak kesal. “Apa yang kau pikirkan huh? Aku tak segila itu untuk mengganggu kegiatan ranjang orang lain. Aku sedang menuju kamarku. Aku ingin tidur, aku belum tidur dengan benar beberapa hari terakhir ini. Besok aku bahkan harus berangkat pagi-pagi ke stasiun TV.” Davina tersenyum tanpa dosa dan mengikuti Freya ke kamarnya.  “Haruskah aku melakukan sesuatu?” tanya Davina saat Freya hendak masuk ke kamar mandi. “Seperti membawanya pergi?”  Freya tak menanggapi ucapan Davina sama sekali lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Saat Freya keluar dari kamar mandi, Davina masih menunggunya. Freya menatap Davina dengan tatapan malas.  “Aku ingin tidur, aku sangat lelah. Aku akan memikirkannya saat aku memiliki waktu” ucap Freya lalu membaringkan tubuhnya ke tempat tidur. “Matikan lampunya saat kau keluar” Davina berdiri dari tempat duduknya. “Tidak cemburu?”  Freya yang sudah memejamkan matanya langsung membuka matanya seketika. Tatapan matanya langsung menajam seolah siap menggorok leher Davina.  “Ada alasan kenapa aku harus cemburu?” ucap Freya dengan nada dingin.  “Yah, dia tetap suamimu bukan?”  Tatapan mata Freya semakin menajam hingga Davina berlari keluar dari kamar Freya sebelum ia mendapatkan amukan. Pagi-pagi sekali Freya sudah bersiap untuk keluar dari mansion. Saat Freya keluar dari kamarnya ia berpapasan dengan Keenan yang baru saja turun dari lantai atas. Freya melirik suaminya sejenak dan mengulum senyum melihat rona bahagia di wajah pria itu.  “Berangkat sepagi ini?” tanya Keenan sambil melirik jam tangannya. “Hmm…nikmatilah sarapanmu”  Setelah itu Freya keluar dari mansion bersama Davina, Brandon, serta Kyler. Freya tersenyum mengingat bagaimana wajah cerah Keenan barusan.  “Apa yang membuatmu tersenyum?” tanya Davina karena tak biasanya Freya tersenyum geli seperti itu.  “Apa jatuh cinta menyenangkan?” Pertanyaan Freya sukses membuat seisi mobilnya menatap padanya, kecuali Zayn yang fokus menyetir.  “Kenapa? Apa yang salah dengan pertanyaanku?”  Freya menatap Davina, Brandon, serta Kyler bergantian.  “Keenan terlihat sangat baik saat ini. Aku sedikit penasaran, seperti apa rasanya jatuh cinta?” Freya memang belum pernah jatuh cinta selama ini. Selama hidupnya ia terkurung dalam penderitaan dan dendamnya pada ibu tirinya. Selama ini yang ada di pikirannya hanyalah menemukan cara untuk menjatuhkan monster itu. Membuat wanita kejam itu membayar semua penderitaan Freya dan keluarganya. “Tidak cemburu?”  Brandon angkat bicara, persis seperti pertanyaan Davina semalam.  “Aku sedikit cemburu dengan semua orang yang pernah jatuh cinta. Aku ingin merasakannya juga, tapi jatuh cinta terlalu mewah bagiku” ucapan Freya membuat suasananya jadi canggung.  “Maksudku tidakkah kau marah suamimu bersama orang lain?” tanya Brandon dengan ragu-ragu. “Entahlah, aku belum memikirkannya. Aku terlalu sibuk akhir-akhir ini untuk sekedar memikirkan apakah aku cemburu atau tidak. Tapi, jika kupikir-pikir saat ini, sepertinya aku…” Freya menjeda ucapannya dan berpikir sejenak. “Kupikir aku baik-baik saja. Entahlah, seperti apa rasanya cemburu?”  Freya menatap orang-orang di sekitarnya bergantian. “Kau sangat bodoh” cibir Davina.  “Mau kupotong gajimu huh?” Freya meninggikan suaranya.  “Kau memang bodoh, jatuh cinta saja tak pernah, berapa umurmu saat ini? Kau bahkan tak tau seperti apa rasanya cemburu. Kau bahkan membiarkan suamimu tidur dengan wanita lain. Bodoh” ucapan Davina malah membuat Freya terkekeh. “Aku harap suatu hari nanti saat aku belum terlalu tua aku memiliki kesempatan untuk jatuh cinta. Kuharap aku menemukan seseorang yang mau menerima semua sikap mengerikanku” ucap Freya sambil menatap lurus ke depan.  “Kuharap saat itu terjadi kau belum setua Uncle mu” cibir Davina dan membuat seisi mobil itu tertawa. “Apa kau berencana berpisah dengan Tuan Wilfred?” tanya Kyler. “Maksudku setelah kita menyelesaikan semua ini, jika kita bisa menuntaskan misi ini, apa kau akan bercerai?”  Freya terdiam.  “Harusnya seperti itu, aku tak bisa menahannya selamanya bukan? Kuharap kita bisa selesai secepatnya agar aku tidak terlalu lama menyiksanya” ucap Freya dengan tulus. “Kuharap saat kita menyelesaikan ini, belum terlalu terlambat baginya untuk menjemput cinta pertamanya”  Freya menghela nafas panjang.  “Kuharap tak ada lagi orang yang terluka untukku, kuharap kita masih bisa terus berkumpul seperti ini. Dengan suasana yang lebih menyenangkan, tanpa dikejar-kejar dendam…ah aku terlalu melankolis pagi ini”  Freya menarik cermin dari tasnya dan menatap wajahnya. **** 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD