Chapter 6

1620 Words
Hari demi hari berlalu dan Keenan mulai menikmati kenyamanan yang disiapkan istrinya untuknya. Saat ingin menyalurkan gairahnya, ia hanya perlu naik ke lantai 3 di mansionnya. Selanjutnya, ia tinggal memilih kamar karena ada beberapa wanita yang sudah dipersiapkan istrinya. Wanita-wanita yang cantik, sexy, dan pastinya jago untuk memuaskan pria. Selain menyiapkan kebutuhan ranjang suaminya, Freya mulai mengatur semua hal yang harus dilakukan Keenan. Termasuk menghadiri berbagai kegiatan amal, perlahan-lahan menyusup ke politik, serta membangun koneksi dengan para pejabat. Keenan hanya menurut saja, bisa apa lagi selain menurut. Toh, sebelumnya ia memang sudah mengenal dunia perpolitikan saat ayahnya maju dan memegang kursi menteri perdagangan. Setidaknya Keenan sudah tahu hal-hal mendasar tentang meloby orang atau menggelontorkan nominal yang tak sedikit untuk mendukung partai-partai tertentu. Freya juga makin gencar dengan semua rencananya. Freya makin dikenal luas karena bolak-balik ke berbagai stasiun TV. Keuntungan menjadi cantik, jago berbicara, dan memiliki segudang prestasi serta pengalaman membuatnya selalu diundang di berbagai acara TV. Terkadang Freya diundang sebagai pembicara dan disandingkan dengan orang-orang hebat lainnya. Freya juga bahkan beberapa kali diminta untuk menjadi host dalam beberapa acara TV. Semuanya diterima, yang terpenting untuknya adalah membuat banyak orang mengenal siapa dirinya. Saat orang-orang sudah mengenalnya, tentunya bukan hal sulit baginya untuk menggandeng suaminya ke white house. Tak hanya itu, Freya dan Keenan juga beberapa kali menemui pejabat-pejabat penting untuk mendiskusikan tujuan dan keinginannya. Membangun koneksi dan tentunya pundi-pundi dollarnya juga harus ikut melayang demi kursi nomor 1 itu. Tak masalah, uang bukan masalah bagi Freya dan Keenan. Saat menghadiri satu acara amal, Freya dan Keenan menjadi sorotan kamera. Para media masih begitu penasaran dengan kisah cinta dua orang hebat itu. Namun, Freya masih menutup rapat kisahnya dari media. Ia hanya meladeni media untuk berfoto dan menolak segala jenis wawancara. “Berita kalian trending topic lagi, couple of the year” ucap Davina sambil menyodorkan tabletnya kepada Freya.  Freya hanya mengangguk sambil tersenyum.  “Aku menerima banyak telepon yang menginginkan kalian berdua untuk menjadi tamu dalam acara mereka, banyak sekali acara TV yang mau membongkar bagaimana kisah cinta kalian” ucap Davina. “Sabarlah Davina, tidak akan menyenangkan jika kita membongkarnya terlalu cepat. Biarlah mereka semakin penasaran. Seperti ini lebih baik.”  Davina akhirnya diam mendengar ucapan Freya. Freya tahu pilihan terbaik untuk rencananya.  “Oh ya, minta Nerissa menemuiku”  Davina segera mengangguk lalu keluar dari kamar Freya. **** “Bagaimana respon monster itu?” tanya Freya saat Nerissa duduk di hadapannya.  “Sejauh ini dia terlihat biasa saja, tak ada hal mencurigakan yang dia lakukan. Tapi, dia mengetahui setiap orang yang kau temui”  Freya mengangguk tanda mengerti ucapan Nerissa.  “Apa dia tau tujuanku?”  Nerissa segera mengangguk. Pembicaraan serius antara Freya dan Nerissa adalah tentang ibu tirinya. Nerissa yang sangat jago dalam urusan IT ditugaskan untuk menghacker semua pergerakan Elina dan semua orang-orang kepercayaannya. Tak hanya Elina, namun seisi mansion keluarga Mallory juga diawasi oleh Nerissa di balik komputer canggihnya. Satu hal yang membuat Elina tertinggal di belakang Freya adalah Elina tak tahu menahu keberadaan Nerissa. Nerissa memang tak pernah menunjukkan dirinya dimana pun. Hanya dua tempat yang selalu ia kunjungi, arena balapan dan mansion milik Freya. Selebihnya ia tak pernah kemana-mana. Bahkan tak ada yang tahu jika wanita berambut pirang itu ternyata sangat handal dalam IT. “Berhati-hatilah, aku mencemaskanmu” ucap Nerissa setelah ia berdiri dari tempat duduknya. Freya hanya mengangguk. “Kau tau kan jika dia diam artinya dia sedang bersiap untuk melakukan sesuatu. Kali ini aku takut dia melakukan sesuatu yang lebih mengerikan.”  Setelah itu Nerissa keluar dari kamar Freya. Freya meraih ponselnya dan menghubungi seseorang untuk menghadapnya.  5 menit kemudian pintu kamarnya terketuk dan Freya mempersilahkan sang pengetuk pintu masuk. Brandon masuk dan duduk di hadapan Freya.  “Perketatlah pengamanan di mansion.” Brandon segera mengangguk. “Pastikan keamanan Uncle dan Daddyku” raut wajah Freya menunjukkan kekhawatiran mendalam.  Elina bukan lawan yang mudah. Satu langkah yang salah akan membuatnya kehilangan orang lain. Freya tak mau kehilangan siapapun lagi. Freya tak akan sanggup menghadiri pemakaman lain. “Mulai sekarang kirimlah penjaga secara diam-diam di mansion keluarga Wilfred.”  Freya mengkhawatirkan banyak orang, karena ia telah melibatkan banyak orang ke dalam rencananya.  “Aku ingin kalian semua aman” ucap Freya dengan lirih.  Brandon turun dari kursinya lalu mendekati Freya dan menggenggam tangannya. “Aku akan memastikan semuanya baik-baik saja. Kau tak perlu khawatir.”  Freya mengusap wajahnya dan menatap mata Brandon. Freya tersenyum tipis.  “Aku menjadi melankolis”  Freya kemudian tertawa. Di balik tatapan tajamnya atau di balik senyum ramahnya, ada luka yang tersimpan di dasar hatinya. Freya berkali-kali kehilangan, karena itu ia tidak ingin merasakan hal itu lagi. Ia akan memastikan semua orang-orang yang ia sayangi dalam keadaan aman. Orang-orang kepercayaannya bukan hanya sekedar bawahan yang ia gaji. Tapi, Freya mempercayai, menjaga, dan menyayangi mereka semua seperti keluarganya. Freya mungkin seringkali bersikap tak sopan pada orang-orang kepercayaannya. Terkadang ia mengomel seharian, terkadang ia berteriak, tak jarang pula Freya mengancam dengan pemotongan gaji. Namun, jauh di lubuk terdalam hatinya Freya menyayangi mereka semua. Freya ingin semua orang-orangnya terlindungi. **** Sudah tepat dua bulan Freya meyandang gelar sebagai istri Keenan. Semuanya masih baik-baik saja. Rencananya menuju white house juga perlahan-lahan semakin terbuka lebar. Perjalanan ke white house memang tak akan mudah, terlebih dua orang itu masih terlalu muda untuk dipercayakan memegang kekuasaan tertinggi di Amerika. Freya juga tak muluk-muluk ingin langsung mendudukkan suaminya di kursi presiden. Ia tahu betul perjuangan ke white house tak akan mudah. Namun, sejak awal Freya sudah mempersiapkan diri. Saat tiba waktunya nanti ia sudah mengumpulkan dukungan dan ia bisa melangkah dengan mudah. Perjuangan panjang yang Freya tahu akan menguras tenaga, emosi, serta dana yang tak sedikit. Ibaratnya berinvestasi, Freya mulai berinvestasi kepada para pejabat untuk mendapatkan dukungan. Saat ini ia hanya menyokong dengan memberikan dana, nantinya ia akan meminta bagiannya dalam bentuk jabatan dan dukungan. Freya juga makin intens bergabung dengan perkumpulan para istri-istri pejabat. Meskipun dirinyalah yang paling muda, namun ia tidak bisa dipandang sebelah mata. Salah satu keuntungan bagi Freya karena memiliki mertua menteri perdagangan sehingga ia dapat dengan mudah masuk ke perkumpulan para istri-istri pejabat. Hubungan antara Freya dan ibu mertuanya juga sangat baik. Meysha Zeline Wilfred adalah wanita yang sangat penyayang, ia begitu menyayangi menantu perempuan satu-satunya itu. Tak jarang dua wanita itu menghabiskan waktu bersama untuk sekedar minum teh di sore hari atau berbelanja saat weekend. Freya seolah menemukan kembali mommynya. Menemukan sosok ibu yang sangat ia rindukan selama 17 tahun terakhir. Nyonya Wilfred tak tahu menahu jika menantunya itu sudah tak memiliki ibu, karena yang ia tahu Elina lah ibu kandung Freya. Bahkan sampai detik ini Freya belum bisa jujur pada keluarga suaminya, bahkan kepada Keenan sekalipun ia belum mengatakan apapun. “Bagaimana sebenarnya kalian bertemu?” tanya Kyra, adik perempuan Keenan.  Kyra Grizelle Wilfred adalah anak kedua sekaligus anak bungsu dari Nathan Oliver Wilfred dan Meysha Zeline Wilfred. Umur Kyra saat ini adalah 25 tahun, 2 tahun lebih muda dari Freya.  “Ayolah, ceritakan pada kami” Kyra menggoyangkan lengan Freya. Saat ini 5 orang itu sedang berkumpul di villa pribadi mereka untuk menikmati akhir pekan. Sejak menyandang gelar sebagai menantu keluarga Wilfred, Freya dan Keenan memang masih menutupi bagaimana kisah mereka bermula.  “Kak” Kyra berbalik menatap Keenan karena tak mendapati jawaban dari kakak iparnya. “Dia mendatangiku dan memintaku untuk menikahinya” ucap Keenan tanpa pikir panjang.  Kyra, Tuan, dan Nyonya Wilfred sontak berbalik menatap Freya.  “Benarkah?” tanya Nyonya Wilfred.  “Kurang lebih seperti itu” ucap Freya sambil menggaruk tengkuknya.  Freya tak menyangka jika ia akan ditanya mengenai bagaimana hubungannya dengan Keenan bermula. Selama ini Freya tak pernah memikirkan alasan apapun, sehingga ia hanya asal menjawab saat Keenan mengatakan yang sebenarnya.  “Apa yang bagus darinya?” tanya Kyra sambil melirik kakaknya.  “Apa kurangnya aku huh?” Suara Keenan meninggi karena tak terima dipandang enteng oleh adiknya. “Aku tampan, kaya, dan punya banyak pengalaman”  Keenan membanggakan dirinya sementara Freya hanya tersenyum simpul.  “Pengalaman apa? s*x?” Ucapan Kyra membuat Keenan berdecak kesal.  “Kyra jaga bicaramu” Tuan Wilfred memperingatkan puteri bungsunya.  “Memang benar Daddy, dia pecandu s*x”  Freya tak bisa menyembunyikan kekehannya. “Benar kan? Dia sangat ganas kan?” Kyra menatap Freya sementara Freya hanya menggedikkan bahu karena enggan menjawab pertanyaan adik iparnya itu.  “Mau berenang?” tanya Kyra saat Freya berdiri dan menatap kolam renang.  Freya segera menggeleng, tak akan nyaman baginya untuk memakai pakaian renang di hadapan Keenan dan mertuanya. “Kemarilah”  Kyra menarik tangan Freya ke arah kolam renang. Kyra sangat menyukai Freya, ia merasa menemukan teman sekaligus kakak. Freya mungkin tampak tak pedulian dari luar namun selama dua bulan ini ia sangat memperhatikan Kyra. Beberapa kali ia membantu Kyra untuk urusan kampus dan tugas-tugas adik iparnya itu. Freya memilih duduk di pinggiran kolam sementara Kyra sudah terjun ke kolam renang dan berenang kesana-kemari.  “Ayolah” Kyra mengajak Freya namun Freya hanya menggeleng. “Kenapa? Tidak bisa berenang?” Kyra mendekati Freya.  “Bisa, hanya malas basah” ucap Freya sambil menurunkan kakinya hingga menyentuh air di kolam. Dari dalam villa Keenan terus memperhatikan aksi istri dan adiknya yang saling bercanda dan saling tertawa. Baru kali ini Keenan melihat Freya tertawa tanpa beban seperti itu.  “Tak kusangka dia secantik itu saat tertawa” batin Keenan sambil mengulas senyum.  “Tertarik masuk ke pemerintahan?” suara Tuan Wilfred membuat Keenan mengalihkan pandangan matanya ke ayahnya. “Tuan Baylor mengatakan padaku jika kalian menemuinya”  Keenan segera mengangguk.  “Apa rencana kalian?” tanya Tuan Wilfred lagi.  “Dia ingin masuk ke white house”  Tuan Wilfred mengernyitkan dahinya.  “Sebagai apa? Menteri? Penasehat?” Tuan Wilfred bertanya secara beruntun.  “Dia ingin menjadi first lady.” **** 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD