BAB2

1296 Words
"Bagian mana yang tidak kamu pahami?"tanya seseorang pria yang suaranya sudah di hapal Shabila. Tentu saja itu Andra, betapa senangnya hati Shabila ternyata Andra masih ingin bertanya tentang kesusahan yang dialaminya. Namun, disaat Shabila melihat ke arah pria itu, gadis itu malu sendiri karena bukan kepadanya Andra bertanya. Melainkan kepada Nadira yang duduk sedikit dekat dengan Shabila. "Apa yang kamu harapkan Shabil?"lirihnya bertanya kepada diri sendiri. Shabila dengan bodoh tidak menyadari kalau ada Nadira di dekatnya. Andra duduk tepat di sebelah Nadira dan menolong gadis itu untuk memahami pelajaran. Sedangkan Shabila hanya bisa menonton saja tanpa ingin mengganggu. *** Bel pulang sekolah berbunyi tepat pukul tiga sore. Cuaca sudah mulai mendung dan sedikit gerimis, daerah sekolah mereka memang sering hujan lokal. Kalau pun hujan deras sebentar saja maka akan cepat banjir. Nampak Andra sudah keluar dari kelas, Shabila segera menyusul Andra. "Kita pulang bersama?"tanya Shabila yang tidak direspon oleh Andra. Andra mendahului Shabila, dia tidak ingin gadis itu selalu membuntutinya. Saat hampir setengah perjalan menuju kompleks perumahan mereka, hujan semakin lebat. " Andra aku bawa mantel plastik, ini bukan mantel bekas ku. Aku baru membelinya kemarin karena sudah masuk musim hujan." Shabila memberikan mantel plastik berwarna biru kepada Andra. Hanya mantel murah seharga sepuluh ribu rupiah. Shabila pun juga membeli untuk dirinya sendiri berwarna ungu. Andra menerima mantel plastik itu dan memakainya. Shabila juga selalu membawa payung kecil di tas nya. "Ayo kita pulang!"seru Shabila berbagi payung dengan Andra. " Jangan-, " Belum sempat Andra berbicara, Shabila sudah menyela. "Jangan banyak komentar dulu, sebaiknya kita secepatnya sampai di rumah. Tuh petir dan gemuruhnya besar sekali." Shabila sebenarnya sedikit takut dengan bunyi gemuruh, jadi setiap dia mendengar suara gemuruh yang cukup besar. Tangan Shabila mencengkram tangkai payung dengan kuat. Terkadang tanpa sengaja mencengkram kuat lengan Andra. "Aku takut petir,"ucapnya sambil menyengir menatap Andra. Andra membuang muka melihat ke arah lain dan mempercepat jalannya. " Andra, apa boleh nanti kita belajar bersama? Aku benar-benar tidak mengerti pelajaran tadi. Aku janji akan serius memperhatikanmu menerangkan. Boleh ya aku datang ke rumahmu?"ucap Shabila memohon dan berharap Andra mengizinkannya. Tanpa memberi jawaban kepada Shabila, Andra langsung masuk ke dalam rumahnya saat mereka sudah sampai. "Terima kasih Shabila,"ejek Shabila kepada Andra. Karena pria itu sama sekali tidak pernah mengucapkan terima kasih kepadanya. Shabila menatap Andra saat masuk ke rumah, dia menunggu sampai Andra menutup pintu. Shabila terkejut saat Andra berlari menuju ke arahnya. " Ini,"kata Andra menyertakan uang dua puluh ribu kepada Shabila. Spontan Shabila menerima uang itu. "Untuk mantelnya,"kata Andra lalu masuk kembali ke dalam rumah. Saat Shabila hendak berbalik ke arah rumahnya. Terdengar suara seorang perempuan menyapa Shabila. " Kenapa kamu di luar Shabila? Andra tidak menyuruhmu masuk ke dalam? Dia membiarkanmu kehujanan di luar? "tanya Unna kakak perempuan Andra. "Bukan begitu kak, kami baru saja pulang bersama. Tadi Andra sudah pamit kalau dia masuk duluan." "Benarkah?"tanya Unna tidak percaya. " Benar kak, tuh mantel Shabila masih di jemur Andra di sana." Tunjuk Shabila ke dekat pintu masuk rumah Andra. "Shabila pulang dulu kak." Pamit Shabila berjalan menuju rumahnya yang terletak di seberang rumah Andra. *** "Andra!"panggil mamanya di dapur. " Ya Ma! " "Kamu panggil Shabila di depan, Nak. Lampu rumahnya nampak padam, mungkin dia sendiri di rumah. Suruh makan malam dengan kita bersama. " Andra berdecak malas, pria itu tahu seluruh keluarganya sangat menyayangi Shabila. Karena gadis itu memang sangat ceria, entah apa yang dimakan oleh Shabila tenaganya tidak pernah habis. Sehingga membuat semua keluarganya menyenangi gadis tersebut. "Kan, ada nenek Leni bersamanya, Ma. Mereka kadang selalu lupa menghidupkan lampu teras." "Panggil saja Andra! Kamu jangan banyak alasan, mungkin saja nenek Leni masih belum pulang!"seru Unna menyela. Dengan berat hati Andra menuruti permintaan mama dan kakaknya. Kalau tidak sepanjang makan malam dia akan diceramahi. " Shabila,"panggil Andra keras. Beberapa kali dipanggil dan rumah diketuk dengan keras barulah gadis itu membuka pintu. "Andra!"serunya dengan penuh semangat dan bahagia. Jarang-jarang pria itu menghampiri bahkan memanggil nama Shabila. Tentu saja ini momen langkah bagi Shabila. "Kata mama makan malam di rumah. Cepetan! Jangan kayak siput! Nggak perlu dandan, ayo!"seru Andra memaksa. Kalau dibiarkan Shabila kembali ke dalam rumahny, dia akan keluar empat puluh lima menit kemudian. "Baiklah,"ucap Shabila penuh bahagia. " Kenapa kau tidak menghidupkan lampu teras? Apakah matamu tidak melihat sudah gelap!"cetus Andra saat mereka berjalan ke rumah pria itu. Shabila menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia merasa bersalah."Aku ketiduran, maafkan aku ya." "Dimana nenek Leni?" "Nenek berkunjung ke rumah tante di kota sebelah. Tidak tahu apakah malam ini pulang atau tidak." "Kau tidur sendirian?" Shabila tersenyum malu-malu." Duh, so sweet nya saat kamu mengkhawatirkan ku." "Cepetan jalannya! "seru Andra kembali ke wajah sangarnya. *** Shabila tersenyum senang ketika makan bersama keluarga Andra. Kehangatan yang diterimanya dari keluarga Andra bisa mengobati kekecewaannya. " Andra,"bisik Shabila disela makan malam. "Hmm" "Tolong ajari aku beberapa pelajaran yang tidak aku pahami,"ucap Shabila memohon lagi. Gadis itu sengaja membawa topik pembicaraan di tengah keluarga Andra, agar dia mendapatkan dukungan. Shabila tidak akan menyia-nyiakan kesempatan walau sekecil apa pun. Andra menatap tajam ke arah Shabila. "Aku tidak punya waktu! Belajar sendiri!" "Pelitnya, Ndra! Kalau punya kepintaran itu harusnya dibagi nggak ditelan sendiri," Unna menyela. "Sama abang aja gimana, Dek!"seru Andro kakak kedua Andra menyela. Andra mempunyai satu kakak perempuan yang paling tua dan kakak cowok bernama Andro. Karena jarak kelahiran mereka yang dekat, mereka seperti berteman saja. " Memangnya bang Andro bisa matematika?"tanya Shabila menyipitkan matanya penasaran. "Oh tentu saja tidak bisa,"jawabnya sambil tertawa. " Ajari Shabila Ndra!" Kali ini mamanya Andro yang menyela. "Kalian sudah kelas tiga sebentar lagi akan ujian akhir. Kamu harus bantu Shabila, nggak boleh pelit ilmu."lanjut mama Andra. Andra merasa terpojok dan tidak bisa mengelak. " Ambil buku pelajarannya! Awas saja nanti tidak serius," Sela Andra menuju kamarnya. "Yuhuuu!" Shabila bersorak gembira. Gadis itu makan dengan cepat dan langsung berlari menuju rumah mengambil buku dan alat tulis. *** "Kenapa itu saja kau tidak mengerti!" jerit Andra di lima menit pertama. Shabila bergedik takut, padahal baru satu soal dan dia sama sekali tidak mengerti. "Pelan-pelan Andra, kamu kan tahu daya tangkap ku tidak seberapa,"rutuk Shabila menyerah. Gadis itu meletakan kepalanya di atas meja belajar Andra. " Sepertinya aku memang tidak berbakat dengan pelajaran matematika,"lirihnya sedih. "Tidak pelajaran matematika saja yang tidak kau pahami! Hampir semua pelajaran kau memang tidak becus!" "Oh! Untung kamu adalah pria yang aku suka! Kalau tidak sudah ku tonjok mulut ular mu, Andra!"seru Shabila menatap garang kepada Andra. Shabila merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur Andra. " Siapa yang menyuruhmu untuk tidur di sana!"bentak Andra tidak suka. "Andra,"kata Shabila pelan sambil menatap langit-langit kamar Andra. " Sudah tiga tahun aku mengejarmu, apakah hatimu tidak luluh sedikit pun dengan perjuanganku? Kenapa kau malah menajuhiku?" Andra tidak menjawab, pria itu menyibukan diri mengerjakan soal. "Andra! Beberapa bulan lagi kita akan tamat SMA. Nanti aku ingin kuliah di kampus yang kamu pilih, boleh kan?" Andra menghela napas lagi."Aku berencana akan kuliah di luar Negeri. " Shabila terkejut dan tidak percaya. "Kamu pasti berbohong!" "Terserah kau kalau tidak percaya! Aku juga tidak peduli!" "Kalau ke luar Negeri sayang sekali aku tidak ada uang untuk ke sana. Kamu sengaja untuk menajuhi ku, Ya?" "Itu salah satu alasanku,"jawab Andra enteng. Shabila berdecak." Aku jamin nantinya kamu pasti akan merindukanku. Siapa lagi coba ada wanita yang begitu perhatian kepadamu. Membawakan mu bekal dan selalu cek keadaan mu setiap saat. Kamu harusnya beruntung ada aku di dekat mu." "Hanya halusinasi mu!" Shabila tertawa mendengar bantahan Andra. "Andra!" "Apalagi." "Boleh tidak aku meminta sesuatu hal kepadamu? " "Tidak!" "Sebelum kita berpisah nantinya, aku ingin kamu merubah sikapmu sedikit saja kepadaku. Beri aku kenangan manis sebelum nantinya kamu meninggalkanku." Kata Shabila pelan. "Hanya sampai kita tamat dari Sekolah, setelah itu aku tidak akan bisa lagi menemanimu. Karena kamu akan pergi jauh." Andra menatap lama ke arah Shabila.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD