"Hanya sampai kita tamat sekolah, setelah itu kita akan berpisah,"lirih Shabila sedih.
" Andra,"panggil gadis itu lagi.
"Kamu benar-benar serius kuliah di luar negeri? Ke negara mana?"
"Kenapa? Kau mau mengekor kemana aku pergi lagi?"tanya Andra ketus.
" Kan aku sudah katakan aku tidak akan punya uang untuk kuliah ke luar. Aku hanya ingin tahu, kamu ingin ambil jurusan apa? "
"Tidak perlu kau tahu kemana aku pergi, dan bukan urusanmu juga. Tidak juga ada untungnya untukku."
"Ishh..mulutmu Andra, pedes kayak cabe setan!" Rutuk Shabila mengernyit melihat Andra.
Gadis itu terdiam sambil memikirkan sesuatu. "Kenapa kau membenciku?"tanya Shabila.
"Haruskah aku menjawabnya? padahal kau tahu sendiri alasan ku."
"Apakah salah aku menyukai dan mencintaimu? Kamu kan masih single, tidak ada istri atau pun anak. Aku tidak mengambil yang bukan milikku. "
"Aku tidak menyukaimu dan berhentilah mengejarku. Sampai kapan pun juga usahamu akan sia-sia," ucap Andra ketus tanpa memikirkan perasaan Shabila.
"Kejam sekali!"seru Shabila menggerutu.
"Aku yakin suatu saat nanti hatimu akan luluh juga dengan semua usahaku! Awas loh nanti saat kamu mulai menyukaiku, aku yang tidak ada rasa lagi padamu,"tutur Shabila sedikit bercanda.
" Hanya ada dalam mimpimu!"seru Andra percaya diri.
Pria itu sepertinya sudah menahan emosi yang ingin meledak. Sekali lagi Andra berkata sedikit keras kepada Shabila.
"Kalau kau tidak ingin belajar, keluar dari kamarku! Aku ingin istirahat."
Shabila menghela napas keras, dia menyadari kalau Andra sudah mulai emosi terhadap dirinya.
"Baiklah, jangan mara-marah setiap hari Andra. Kamu seperti emak-emak."
Shabila mengambil semua peralatan tulisnya dan keluar dari kamar Andra dengan tersenyum kepada pria itu. Seperti biasa, Andra selalu memperlihatkan wajah juteknya. Namun, tidak membuat Shabila membalas dengan wajah muram, gadis itu akan selalu ceria.
Sampai di luar kamar pria itu, barulah wajah Shabila berubah sedih. Dia menghela napas lelah.
"Kenapa semua orang tidak menginginkanku?"bisiknya kepada diri sendiri.
***
Besok paginya, saat Andra keluar dari rumah dia melihat Shabila duduk jongkok di dekat pintu pagar rumah Andra. Entah apa yang sedang ditulis gadis itu di bawah pohon.
Shabila langsung berdiri dan tersenyum seperti biasanya sesaat melihat kehadiran Andra.
"Selamat pagi, Andra!"sapanya melambaikan tangan dan tidak lupa tersenyum.
Andra seperti biasa membuang muka selalu setiap Shabila melakukan hal itu. Mungkin sudah puluhan bahkan ratusan kali gadis itu menyapa Andra dengan senyuman manisnya. Tetap dibalas oleh wajah ketus dari Andra.
"Kita berangkat bersama?"tanya Shabila berbasa-basi. Padahal walau dijawab tidak oleh Andra, gadis itu akan selalu membuntuti Andra di belakang.
Andra nampak sedang membuka pintu pagar lebih lebar lagi. Sedangkan Shabila mengarahkan kepalanya mencari tahu apa yang akan dilakukan pria tersebut.
"Shabila!"panggil Unna kakak Andra.
"Selamat pagi, Kak Unna!"balas Shabila.
" Ayo! Berangkat bersama! Kakak sekalian mau mengantar Andra!"
"Hore!"sorak Shabila berlari menuju mobil Unna.
Shabila dengan senang hati menerima penawaran dari Unna. Ini adalah kesempatan yang langkah baginya untuk pergi bersama dengan Andra.
" Kamu mau duduk di belakang atau di depan?"tanya Shabila kepada Andra.
"Kak, aku jalan kaki saja,"sela Andra tidak senang dengan kehadiran Shabila.
" Kalau kamu jalan kaki, aku juga jalan kaki aja,"sela Shabila tidak ingin di tinggal Andra.
"Masuk Andra! Apa salahnya Shabila nebeng dengan kita? Lagipula kalian juga satu sekolah. Masuk!"seru Unna tidak suka melihat tingkah Andra yang selalu sinis kepada Shabila.
Andra memilih duduk di depan, Shabila tetap senang walau tidak duduk di dekat Andra.
"Kamu bawa bekal ke sekolah, Shabil?"tanya lembut Unna ketika melihat ada bekal di tangan Shabila.
" Iya kak, hanya nasi goreng sederhana. Aku juga buatkan untuk Andra,"jawabnya riang.
"Makan saja! Aku tidak suka!"ketus Andra.
" Andra!" Unna memperingati Andra agar tidak berkata ketus kepada Shabila.
"Nggak apa-apa, Kak! Walau jawaban Andra seperti itu, kayak emak-emak judes. Nanti di sekolah dia akan terima juga apa yang Shabila berikan kepada Andra. Di luar saja dia yang seperti itu, hatinya baik kok, Kak,"sela Shabila bercanda.
" Kau tidak tahu apa yang aku lakukan kepada semua pemberianmu,"kata Andra berbisik pelan.
Unna melotot ke arah Andra atas ucapannya yang barusan. Untung saja Shabila tidak mendengar. Karena selama ini makanan pemberian Shabila, baik itu diganti atau tidak oleh Andra. Tetap berakhir di tong sampah, Andra pantang sekali memakan apapun dari tangan Shabila.
"Terima kasih, Kak Unna!"seru Shabila keluar dari mobil.
Unna hanya mengantar sampai ke persimpangan sekolah. Andra dan Shabila berjalan kaki ke dalam, kira-kira jaraknya empat ratus meter dari persimpangan.
" Andra! Tunggu!"langkah kecil Shabila tidak mampu mengimbangi langkah besar Andra. Pria itu juga sengaja jalan lebih cepat.
Shabila juga tidak mau kalah, dia berusaha mengimbangi walau tetap ketinggalan di belakang Andra.
"Andra! Ini nasi gorengnya, aku membawakan dua kotak. Satu untuk mu dan satu untuk ku,"ucap Shabila menyodorkan sekotak nasi goreng kepada Andra saat mereka sampai di pagar sekolah.
" Aku tidak ingin makan!"seru Andra sudah mulai kesal.
Shabila tetap mengulurkan kepada Andra."Aku sejak shubuh memasaknya."
"Aku tidak memintamu memaksakan untuk ku!"
Shabila menarik tangan Andra lalu menyerahkan sekotak nasi goreng itu yang terbungkus plastik berwarna hitam.
Dengan begitu marah Andra membanting nasi goreng ke bawah. Sehingga berserakan di lantai persis di dekat pagar sekolah.
"Berhenti memberiku sesuatu yang tidak aku suka!"teriak Andra sangat keras di depan wajah Shabila.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya menahan rasa sedihnya melihat nasi yang berserakan di lantai.
" Andra,"lirih Shabila menatap mata Andra.
Pria itu langsung pergi dari hadapan Shabila menuju kelasnya. Membiarkan gadis itu membersihkan semua nasi yang berserakan.
Shabila mengumpulkan satu demi satu nasi yang sudah bercampur dengan pasir.
"Jatuh Shabil?" tanya Riri yang baru saja datang.
Shabila menganguk cepat. "Aku tersandung dan menjatuhkan satu kotak nasi gorengku,"kata Shabila pelan.
Shabila berusaha agar Riri tidak melihat matanya, karena gadis itu berusaha menyembunyikan air matanya.
" Mari aku bantu, lihatlah lututmu sudah dipenuhi oleh pasir,"kata Riri sambil membantu Shabila mengumpulkan sisa nasi goreng.
***
Saat jam istirahat, Shabila memutuskan tidak makan di dalam kelas. Ada satu kebun yang terletak di belakang kelasnya. Di sana tenang dan tidak ada orang. Kebanyakan siswa dan siswi bermain dan berkumpul di kebun yang terletak di tengah sekolah. Shabila memilih duduk menikmati sendiri bekal makan siangnya.
"Sebentar lagi kamu akan meninggalkan sekolah ini. Nanti di kampus kamu pasti banyak teman." Itulah ucapan penyemangat Shabila ketika dia selalu sendiri di sekolah.
Dia yakin saat masa menjadi mahasiswa nanti, dia akan memiliki teman dan mungkin sahabat. Tidak seperti sekarang, tidak satupun ingin bermain dengannya. Dia merasa kesepian di sekolah, hanya Riri yang baik kepada Shabila.
Saat sedang menikmati makannya, Shabila memperhatikan memar biru yang berada di tangan bagian dalamnya. Satu memang berukuran besar dan satu lagi berukuran kecil. Air matanya jatuh mengingat darimana memar itu berasal.
"Sebentar lagi,"liriknya tertahan sambil menghapus air matanya.
TBC