Besok paginya Shabila masih tetap menanti Andra di depan pagar rumah pria itu. Namun, hari ini Shabila sedikit khawatir karena waktu sudah menunjukan pukul tujuh lewat dua puluh menit, dan Andra belum keluar sama sekali.
"Shabila,"panggil Unna ketika melihat gadis itu berdiri di depan pagar.
" Kak Unna! Andra hari ini tidak sekolah?"
Unna menggeleng sedih menatap Shabila." Andra sudah berangkat jam setengah tujuh dengan motor."
"Motor!"serunya mengulang.
Unna mengangguk. " Iya, dia baru saja dibelikan motor baru oleh papa. Maka dari itu Andra akan pergi ke sekolah pakai motor mulai dari sekarang."
Shabila mendelik kecewa." Baiklah Kak, kalau begitu aku berangkat dulu sudah telat,"sahut Shabila sambil melambaikan tangan ke arah Unna.
Unna menatap punggung gadis itu yang sedikit menjauh. Terkadang Unna merasa aneh kepada Shabila. Padahal Andra tidak sekalipun bersikap baik kepada dirinya, tapi gadis itu masih mampu tertawa dan bersikap ceria di dekat Andra.
Belum sempat gadis itu berjalan menjauh menuju sekolah, Andro berteriak keras.
"Dek, nebeng abang aja! Nanti kamu telat dan tidak boleh masuk. Abang juga ke arah sekolah mu."
Dengan senang hati Shabila menerima tawaran dari Andro. Gadis itu berlari kecil menuju arah Andro, cara lari Shabila yang lucu membuat Unna dan Andro tertawa.
"Kamu jangan mau ditindas dengan Andra, Shabil!"seru Andro saat mereka di atas motor.
"Dia tidak menindasku, Bang. Hanya mulutnya saja yang pedes."
"Sesekali kamu tidak perlu memperhatikan pria yang tidak punya hati itu."
"Bang Andro aneh masa adeknya di jelek-jelekan."
"Habisnya Andra sering sekali membuatmu sedih, kan?"tebak Andro sangat tepat sasaran.
Shabila menggeleng berbohong. " Tidak."
Andro berdecak tidak percaya. "Bohong banget kamu, Shabil. Kalau Andra tidak mau, sama abang mau nggak?"
Shabila tertawa cekikan. "Bang Andro sudah tua,"jawab Shabila bercanda.
" Lah, kita beda cuman tiga tahun doang. Masih bisa lah di atur, sana pikir-pikir dulu."
"Ya, bagaimana ya bang, hatiku mau nya cuman Andra. Istilahnya nih bang, hatiku sudah terpaut kepada hati Andra. Nah! Susah sangat untuk beralih ke lain hati," ucap Shabila sambil cengengesan.
"Memangnya tampangku tidak seganteng Andra? Rasanya lebih ganteng abang deh, Dek." Lanjut Andro.
Shabila tahu Andro hanya bercanda, karena pria itu sudah memiliki kekasih. Cuman Andro dan Unna memang menyayangi Shabila seperti adeknya. Bagi Unna dia sudah memiliki dua adik pria, tapi tidak punya adek perempuan. Sedangkan untuk Andro dia memang menginginkan adek perempuan tapi yang lahir adalah Andra.
"Kamu sudah sarapan?"tanya Andro tepat saat mereka sudah sampai di sekolah Shabila. Andro mengantarkan Shabila di depan pintu gerbang.
" Sudah Bang, aku juga bawa bekal untuk makan siangku."
Andro merogoh saku celananya, mengambil dompet dan memberikan Shabila beberapa lembar uang.
"Buat jajan, Dek! Jangan ditolak! Kalau kamu tidak mau menggunakannya sekarang, ditabung saja."
"Aduh, seharusnya aku yang bayar ongkos ojeknya,"jawab Shabila tertawa kecil.
" Uppss, tapi aku nggak nolak loh bang! Lumayan, sepertinya bisa buat foya-foya,"lanjut Shabila menerima uang lima ratus ribu dari tangan Andro dengan candaan khas dirinya.
Andro mengacak rambut Shabila penuh sayang seperti adik perempuannya. Wajah polos Shabila ketika menerima uang membuat hati Andro menghangat. Shabila selama ini tidak pernah meminta apapun kepada dirinya. Terkadang Andro dan Unna selalu memberikan uang jajan untuk Shabila, dan mereka menyerahkan kepada Shabila untuk digunakan apa yang dari mereka itu.
"Masuk sana! Nanti kamu nggak boleh belajar."
"Terima kasih bang Andro atas tumpangannya." pekik Shabila dengan penuh semangat dan ceria sambil melambaikan tangan dengan semangat.
Namun, dari jarak beberapa meter Andra menatap sinis kepada Shabila dan Andro. Pria itu mengintip tidak suka dengan keduanya yang nampak akrab. Lebih tepatnya, Andra tidak ingin gadis itu dekat dengan keluarganya.
***
"Kamu punya motor baru ya sekarang? Boleh ya nebeng sampai rumah!"kata Shabila membujuk Andra saat mereka pulang sekolah.
Seperti biasa Andra tidak membalas apa pun. Pria itu tetap berjalan sampai parkiran sekolah.
" Aku nebeng ya?"tanya Shabila lagi membujuk
Andra berhenti tiba-tiba membuat tubuh Shabila membentur tubuh Andra tidak sengaja. Dengan cepat dan kuat Andra mendorong tubuh Shabila menjauh dari tubuhnya.
"Apakah kau tidak mengerti bahasa Indonesia? Haruskah aku berbicara kepadamu menggunakan bahasa binatang!"teriak Andra di parkiran.
" Maaf Andra,"ucap Shabila dengan suara menciut.
Andra berjalan mengitari motornya. "Oh ya, aku memperingatimu untuk menjauh dari bang Andro. Aku tahu kau datang ke sekolah bersamanya tadi pagi."
Shabila tersenyum mengejek Andra." Kamu memperhatikan ku ya? Kamu marah ya aku diantar oleh bang Andro,"tutur Shabila mencairkan suasana.
"Kau tahu sendiri bang Andro memiliki kekasih dan sangat baik dan cantik. Aku tidak ingin kau merusak hubungan mereka berdua. Menjauh dari keluargaku!"
"Tadi pagi itu bang Andro yang memberi tumpangan kepadaku saat aku menunggumu di depan rumahmu. Karena takut aku terlambat, dan bang Andro juga akan pergi, dia menawari ku. Bukan aku yang memintanya untuk mengantarku Andra! Serius aku tidak berbohong!"
Andra tertawa sinis." Apakah kau ingin menjadi seperti ibu mu?"
Seketika Shabila menatap cepat ke arah Andra, dia tidak menduga kalau pria itu berkata seperti itu. Gadis itu terdiam mendengar perkataan tersebut.
"Cukup ibu mu yang memiliki sifat seperti itu. Jangan kau tiru sifat jeleknya!"
"Cukup Andra! Berhenti! Tolong jangan lanjutkan lagi kalimatmu!"
"Menjauh dari ku dan keluarga ku!"
"Salahkah aku yang begitu nyaman berada di lingkungan keluargamu? Mama dan papa mu menyayangiku, bang Andro dan kak Unna juga. Aku menyayangi mereka, kenapa kau memintaku untuk menjauhi mereka."
"Karena aku tidak suka dengan mu yang selalu mencari perhatian terhadap keluargaku. Semua orang tahu bagaimana ibumu."
Air mata menumpuk di pelupuk mata Shabila. "Karena itu kau membenciku? Itulah mengapa kau menjauhiku? Padahal dulunya kau begitu baik kepadaku?"
Andra mengangguk membenarkan ucapan Shabila
"Andra, aku tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim siapa. Aku juga tidak bisa meminta untuk dilahirkan ke dunia ini. Jika aku bisa memilih, mungkin aku memilih untuk tidak dilahirkan. Karena tidak diinginkan itu begitu tidak enak, Andra," Ucap Shabila pelan dan menangis.
Andra sama sekali tidak peduli dengan air mata dan kesedihan dari Shabila. Pria itu tetap melajukan motornya dan meninggalkan gadis itu.
Shabila menghela napas melihat Andra menghidupkan mesin motor dan meninggalkannya sendirian. Akhirnya, gadis itu berjalan sendiri pulang ke rumahnya.
Shabila menepuk-nepuk pelan pipinya untuk menghentikan air matanya. Lalu dengan mengukir senyuman lebar gadis itu berjalan ke luar sekolah.
Sebelum pulang ke rumah, Shabila menyempatkan diri membeli sekarung beras dan beberapa bahan pokok makanan lainnya. Uang yang diberikan oleh Andro tadi dipergunakan Shabila dengan baik.
"Makasih Pak!"seru Shabila ketika bapak ojek mengantarkannya sampai di rumah. Dengan barang belanja yang tidak mungkin di bawa sendiri sambil berjalan kaki atau naik angkot.
Mata Shabila melirik ke arah rumah Andra, pagar rumah itu tertutup.
" Terima kasih uangnya Bang Andro,"ucap Shabila mengarah ke rumah Andra.
Gadis itu dengan riang mengangkat barang belanjaannya masuk ke dalam rumah. Namun, langkah kaki Shabila terhenti ketika melihat siapa yang sedang menunggunya di teras rumahnya.
***