Singa Playboy dan Kucing Liar

2330 Words
 'Kita masih berada di jalan yang berbeda'  Di sebuah rumah yang megah berkumpul beberapa orang yang tengah membicarakan sesuatu. Dan di jejeran sofa tempat orang-orang itu duduk.. terdapat pemandangan kontras yang membuat semua orang di sana memandang takjub pada dua makhluk yang baru saja mengikat janji sehidup semati kemarin..     Seorang pria dewasa berusia 27 tahun, dan seorang pemuda yang berusia 17 tahun duduk bersebelahan, dan keduanya memandang ke arah yang berseberangan. Pria yang lebih dewasa duduk dengan wajah datar dan enggan berbicara sejak mereka tiba di rumah itu.  Tampan  Tapi playboy  Mapan  Tapi egois  Dan walaupun punya banyak pengalaman dengan wanita, ia makhluk yang kurang peka soal asmara.  Dari luar ia seperti Pangeran berkuda putih yang datang dari negeri khayalan.  Namun dari dalam ia persis seperti iblis bersayap hitam yang menerobos dari dunia bawah.  Tubuh dan usianya dewasa namun sifatnya kadang kekanakan.. membuat keluarga dan kerabatnya kadang harus menahan urat kekesalan mereka dalam-dalam.   Pasalnya si pembuat masalah itu sendiri sangat sulit untuk diberitahu dan malah dengan senang hati mencari lebih banyak masalah meski hidupnya bisa saja normal dan tenang.  Berbeda dengan pemuda di sebelahnya, Pemuda yang duduk menahan dagu dengan tatapan malas menatap ke arah lain, enggan menatap pada sang suami yang terlihat ingin mengajukan protes dengan tubuh gagah tegapnya.   Ganas  Tapi manis  Pemberani  Tapi lembut    Walaupun dia seorang berandalan sekolah, pemuda imut ini punya segudang kesabaran jika dirinya tidak sedang merasa terancam. Ia terlihat seperti penjahat di muka umum namun menjadi pahlawan di belakang mereka.   Dan si manis ini memiliki hidup yang menyulitkan. Karena sebaik apa pun sikapnya.. malah masalah yang selalu datang menghampirinya.. membuat image baik itu jadi percuma untuknya, dan akhirnya ia simpan untuk dirinya sendiri.   Mereka terlihat mirip namun berbeda di saat yang bersamaan. Walau sama-sama pembuat masalah, Luar dan dalam diri mereka seolah berkebalikan. Dan kedua orang itu kini tengah memasang wajah keruh sesampainya di kediaman keluarga Hwan, Padahal mereka berdua baru saja mengucapkan janji suci kemarin malam dengan tenang.   Ya.. tenang diluar namun meledak di dalam.  Saat ini kedua belah keluarga tengah mendiskusikan sesuatu.. tentang di mana mereka berdua akan tinggal. Mereka tak ingin membiarkan kedua suami istri ini hidup tanpa pengawasan.  Bukan karena belum rela melepas, namun keduanya ini belum akur, menikah atas permintaan orang tua, keduanya sama-sama lelaki, mereka normal dan ditambah lagi.  Mereka berdua itu tukang onar. Para ibu takut jika di awal pernikahan mereka akan terjadi perang besar di rumah mereka nantinya. Jika tak ada yang mengawasi, mereka yakin kekacauan akan semakin menjadi.    "Aku ingin tinggal di apartemenku sendiri". Hwan Jun Seon, pria yang lebih dewasa akhirnya mengungkapkan keinginannya, ia lelah mendengar kedua keluarga yang terus berdiskusi ini dan itu.  "T-tapi Jun ah.. kalian baru saja menikah.. dan Eomma juga masih ingin mengenal Arlen lebih dekat..". Lee Eun Momma mencoba membujuk sang anak.  "Sebenarnya yang menikah itu aku atau Eomma?, Dia istriku jadi hakku kalau dia mau tinggal di mana! Lagi pula mau dia ikut denganku atau tidak pun aku tak masalah". Jawab Jun dengan acuh.  "Jun Ah! kau tidak boleh begitu pada istrimu, jangan terlalu keras padanya, lagi pula dia masih kecil. Kau ini sudah tua tapi terlihat lebih kekanakan dibanding istri kecilmu itu". Ejek Rei yang menatap geli pada sifat sang adik.  "Aku belum tua Hyung!, Kau sendiri masih melajang padahal usiamu dua tahun lebih tua dariku, lagi pula salah siapa yang menjodohkanku dengan bocah". Jun menatap sinis bocah di sampingnya yang terlihat cuek-cuek saja.  “Jun Seon! jaga sikapmu! tidak seharusnya kau tidak memperlakukan istrimu seperti itu! Ini memang kesalahan kami karena memaksa kalian, jadi jangan timpalkan kekesalanmu padanya.. ia juga korban sepertimu". Yoon Soo Appa mencoba meredam amarah Jun.  “Sudah tahu salah kenapa malah dilakukan”. Jun mencibir di hadapan orang tua dan mertuanya.  Kini keluarga Han tahu apa yang membuat Nyonya dan Tuan Hwan begitu stres karena anak bungsunya. Mereka hanya bisa melihat keluarga itu menghela nafas seakan benar-benar berat hanya untuk berbicara dengan Si bungsu Jun yang sebenarnya sudah dewasa.  “Jun ah... Eomma tahu akan sulit untuk kalian hidup bersama.. terutama dengan Arlen yang masih kecil dan dia laki-laki, Tapi kami ingin kau mencobanya dulu bersama Arlen.  “Tidakkah kau bosan dengan kehidupanmu yang dikerubungi wanita?". Kini yang berbicara adalah Eomma Herly, Ibu dari Arlen, mertuanya.  "Eomma tahu.. pasti sulit menangani wanita-wanita ganas itu kan.. setidaknya Arlen mungkin akan memberi suasana baru untukmu.. untuk sekarang kau tidak perlu menganggapnya istrimu.. anggap saja dia adikmu..".   Nyonya Herly menatap sang menantu dengan tatapan lembut dan kalimat yang hati-hati. Namun tidak dipungkiri bahwa orang-orang di sana merasakan aura tekanan dari kalimat wanita paruh baya itu.   "Dan jika kau benar-benar tidak kuat bersamanya, kembalikanlah ia pada kami. Namun bisa kami pastikan, kalau Arlen tidak akan meninggalkanmu sebelum kau sendiri yang memutuskan untuk meninggalkannya".   Nyonya Herly sebenarnya tidak begitu khawatir pada calon menantunya ini.. hanya saja ia tak ingin menekan mereka berdua mengingat ini pertama kalinya anak-anak mereka berhubungan serius.  "Herly ya.. kau tidak perlu memberikan pilihan seperti itu.. karena aku percaya pada Arlen.. ". Nyonya Hwan menatap lembut menantunya yang sejak tadi diam mendengarkan.  "Baiklah.. aku mengerti". Tanpa di duga sang pangeran dingin itu merespons kalimat Nyonya Herly Han, jujur wanita satu ini membuatnya kagum, karena tanpa bertanya pun ia tahu bahwa Nyonya Han adalah wanita yang kuat dan berpendirian tinggi.  "Aku tak keberatan tinggal di mana pun Eomma..". Si imut itu akhirnya mengeluarkan isi pikirannya. Ia memang tidak begitu mau berurusan dengan hal yang merepotkan, jadi ia hanya menunggu hasil akhir dan mengikutinya.  "Baiklah kalau begitu, kalian tinggal di rumah kami saja". Ajak Nyonya Hwan.  "Jun ah.. Eomma dan Appa akan pergi di luar negeri sementara waktu, untuk mengurus pekerjaan Appa. Kami akan berangkat besok pagi, lalu kedua orang tua Arlen juga akan pergi untuk mengurus perusahaan mereka di tempat lain...   kalian tahu bisnis keluarga Han saat ini sedang dalam masa krisis?, Jadi Eomma ingin Arlen tinggal di sini agar ia tak kesepian, setidaknya kau dan Rei sesekali akan ada di rumah untuk menemaninya sepulang kerja bukan?.   Lalu Jun dan Arlen,, Eomma sudah meminta Rei mengawasi kalian jika terjadi sesuatu di sini". Jelas Nyonya Hwan yang baru saja memberi kabar keberangkatan mereka sekaligus memperingati kedua pengantin baru itu.  "Tunggu dulu! Eomma dan Appa tidak mengatakan kepadaku kalau kalian akan pergi". Arlen yang cukup kaget dengan rencana kedua orang tuanya, kini mulai menuntut penjelasan pada mereka.  "Kondisi nenekmu sedang tidak baik di sana Arlen ah.. dan Appa mu juga harus mengurus perusahaan yang dipegang nenek di sana, Saat ini sudah ada yang menjagamu, tidak baik jika kau meninggalkan suamimu setelah hari pernikahan kalian..   Kau harus tetap di sini Arlen ah, kau baru saja naik ke kelas 3 jadi kau harus masuk di hari pertama kelas barumu!". Herly Momma mengusap pelan rambut Arlen, ia memang jarang meninggalkan anak satu-satunya itu.  "Tapi.. kalian akan sering berkunjung kan? jangan lupa memberi kabar padaku.. Eomma jangan sampai sakit.. Appa juga jangan banyak merepotkan Eomma..". Keluarga Hwan cukup takjub melihat interaksi dari keluarga Han, Sangat berbeda dari rumor yang mereka dengar tentang Arlen.  Jun yang menganggap anak nakal ini hanya akan banyak berulah ternyata menunjukkan sisi lain dari dirinya di depan keluarga mereka.  "Appa tidak akan merepotkan Eomma mu Arlen ah, berhentilah mengkhawatirkan hal yang tidak perlu.. kami akan banyak mengabarimu, kau sendiri jangan merepotkan suamimu nanti..". Appa Heojin yang gemas mendengar anaknya yang mulai mengoceh tentangnya, dan akhirnya mencubit pelan pipi sang anak.  "Mau bagaimana lagi, aku juga tidak bisa menolak kan, kita tinggal di rumah ini mulai besok". Jun melirik sebentar bocah yang kini menjadi istrinya. Arlen yang dimintai respons akhirnya hanya menjawab dengan anggukan pelan.   "Tenanglah Arlen ah.. Hyung akan menemanimu juga di sini nanti". Rei menatap lembut sang adik ipar, ia menyadari bahwa suasana hati Arlen kini terlihat mendung.   "Hum!.. Terima kasih Rei Hyung!!". Arlen membalas Rei dengan senyuman lembut.   Astaga.. jika saja ia tidak ingat bahwa bocah itu adalah adik iparnya.. istri dari adik kandungnya.. sudah pasti ia ingin sekali menerkam anak itu! senyumannya benar-benar manis bahkan untuk ukuran seorang namja!.   'Ck!'. Jun hanya berdecih melihat sikap sang kakak yang menurutnya hanyalah adegan tebar pesona. ~~~~~ Ke Esokan Harinya ~~~~~  Orang tua Arlen dan Jun kini sudah siap di bandara, mereka akan pergi cukup lama dan hanya akan berkunjung sesekali.  "Arlen ah.. apa pun yang terjadi tetaplah kuat, oke!! Eomma percaya padamu!". Nyonya Herly mengecup pelan kening putra kesayangannya.    "Baik Eomma.. kalian hati-hati di sana". Arlen terlihat masih tak ingin berpisah dengan kedua orang tuanya. Ayah dan ibu Arlen hanya membalas ucapan sang anak dengan anggukan dan senyuman lembut.  "Jun ah.. Rei ya.. Eomma titip Arlen pada kalian ya.. ". Nyonya Li Eun menatap anak-anaknya dan dibalas anggukan oleh keduanya.  "Oh iya, Eomma lupa.. Arlen ah!. Ingat pesan Eomma yang satu ini.. Jika Jun membuat kesalahan, atau kebiasaan buruknya muncul, kau boleh melakukan apa pun padanya! melarangnya, menghukumnya, mengganggunya, apa pun itu tak apa. Dan ingat!! ini bukan hanya pesan tapi perintah!! mengerti nak?!".    Nyonya Li Eun bicara pada Arlen dengan sedikit penekanan bahwa kalimat yang ia ucapkan tidak main-main, dan kedua anaknya yang lain hanya meneguk ludahnya kasar ketika mendengar perintah itu.  "Baiklah Eomma". Arlen menjawab lembut dan dibalas dengan pelukan oleh ibu mertuanya. Kemudian mereka pun pergi menaiki pesawat yang sebentar lagi akan berangkat.   'Jika sudah begini.. tidak akan ada hari bebas'. Batin Jun.  Setelah mereka pergi, ketiganya bergegas pulang karena ini masih hari libur. Rei menaiki mobil yang berbeda. Sementara di dalam mobil yang lain, Jun dan Arlen hanya saling terdiam, tak ada yang mau memulai pembicaraan, bahkan tak terasa mobil itu pun sudah sampai di kediaman keluarga Hwan.  Setibanya mereka di dalam, Jun langsung menahan tangan Arlen dan membuat remaja itu menghadap padanya.  "Dengarkan aku bocah!!, Aku tidak terima hidup serumah denganmu!! Dan aku tidak berniat untuk bermain rumah-rumahan suami istri, apalagi dengan sesama pria sepertimu!!. Jadi selama kau di sini, kau harus menjadi pelayan pribadiku". Ucap Jun dengan angkuhnya.  Tatapan tajam yang menuju telak di mata Arlen seolah tak menerima penolakan. Arlen sebenarnya hendak memprotes namun aksinya sudah diwakili terlebih dahulu oleh sang kakak ipar.  "Tunggu! Apa-apaan kau ini Jun! Dia itu istrimu!, Apa maksudmu menjadikannya sebagai pelayanmu?!, aku yakin kau tidak serius". Rei menatap intens adiknya. Sang kakak yang baru saja sampai setelah kedua orang di depannya masuk.. jelas mendengar semua kalimat yang diucapkan adik brengseknya.  "Tentu saja aku serius, Dan tak ada yang bisa menolak keinginanku! Kau harusnya bersyukur karena aku sudah bersedia menikahimu! jadi sebagai imbalannya kau harus menjadi pelayanku".  Astaga apa adiknya ini sudah gila..??!! Dari mana sebenarnya sifat arogan, angkuh, keras kepala, dan menyebalkan itu berasal?!! kedua orang tuanya bahkan tak se-menyebalkan itu meskipun mereka memang punya sifat sulit dibantah. Ini pasti karena pergaulan bebas adiknya di luar sana!.  "Tidak mau".  Satu kalimat telak baru diterima oleh Jun, sang pangeran yang tak terbantahkan!. Ia menatap tajam bocah di hadapannya, menarik kasar kerah pakaiannya.  "Kau..!!". Jun menatap emosi pada remaja yang kini malah menatap datar padanya, seolah tekanan dari Jun tak cukup untuk membuatnya takut.  "Berhenti bersikap seperti seorang bocah Hyung". Ucap Arlen dengan datarnya.  "Hah?!!". Geram Jun, Tak terima dirinya dikatai bocah oleh makhluk cebol di depannya ini. Sedangkan Rei kini menatap takjub pada keberanian Arlen yang dengan tenangnya mengatai sang adik, mengingat hanya ia yang selama ini berani mengatai Jun.   Teman-teman sekolahnya.. bahkan Sunbae (Senior) Jun sendiri tak berani mengusik ketenangan sang pangeran iblis itu. Dan kini remaja manis yang tingginya hanya sebatas d**a Jun dengan wajahnya yang dingin tengah menatap sang adik tanpa rasa takut. Bolehkah Rei jadi pendukung Arlen sekarang?!.  "Apa Anda tidak memiliki cermin, Tuan Arogan? Tidakkah kau berpikir kalau kau sudah tidak pantas untuk bersikap kekanakan seperti remaja labil saat ini? Apakah kau sudah melupakan berapa usiamu sekarang Tuan Jun Seon?". Arlen bertanya dengan tenang namun penuh penekanan.  " Jangan bersikap kekanakan di hadapan orang yang kau sebut bocah, sementara usiamu bahkan jauh dari bocah itu sendiri, kau mempermalukan dirimu sendiri Hyung".   Arlen melanjutkan dengan tatapan meremehkan, tak peduli pakaiannya kini telah ditarik erat oleh lawan di depannya. Ah ralat, yang benar adalah suaminya.  "Hyung, kau itu sama denganku, kita sama-sama 'bermasalah'. Jadi mau apa pun yang Hyung lakukan padaku.. itu tak akan berpengaruh. Kau dan aku, sama-sama bebal untuk takluk pada orang lain".   Arlen menatap intens kedua mata yang menatap tajam ke arahnya. Ia akui jika urusan posisi mana yang menjadi istri.. dia sudah kalah telak! Tapi jika itu menyangkut harga dirinya, ia tak mau direndahkan oleh orang di hadapannya.  "Kau berkata begitu, hanya karena kau sudah merasa mendapatkan perlindungan dari Eomma ku kan?! Dasar penjilat!! Kau sama rendahnya dengan para p*****r yang menginginkan hartaku”.  "Aku memang memanfaatkan perlindungan dari Lee Eun Momma.. hanya untuk bertahan hidup di sini. Namun jika itu tentang hartamu, Maaf saja, aku tak terima harta yang didapat dari merendahkan diriku, tenagaku masih cukup kuat untuk mencari pekerjaan sendiri!"   "Dan aku tak akan meminta apa pun padamu jika kau memang keberatan". Arlen seolah tengah menantang singa yang tengah mengamuk, memandang remeh Jun dan kemudian melenggang pergi begitu saja.  Jun menggeram kesal .. belum pernah ia diremehkan seperti ini, terutama oleh seorang bocah nakal seperti Arlen.  "SIALAN KAU ARLEN!!. AKAN KU BUAT KAU TAKLUK PADAKU DAN MENURUTI SEMUA PERINTAHKU!!". Jun berteriak kencang melepas amarahnya.  "Aku akan menurut padamu ketika kau sudah menjadi suami yang baik untukku.. Hyung..". Kemudian Arlen pun pergi menuju halaman belakang rumah.  Sekejap..    Hanya sekejap saja..    Jun menyadari raut wajah Arlen di kalimat terakhirnya.. dan entah mengapa itu membuat Jun terdiam.  Ia seolah...  Ingin menangis..  Dan semua kejadian itu tak luput dari penglihatan satu-satunya saksi yang berada di sana. Hwan Rei Soo, mengamati setiap respons dari adik kandung dan adik iparnya. Dan yang membuat Rei kini tak mampu menahan sebuah senyuman yang terukir di wajahnya..   Adalah reaksi terakhir dari Hwan Jun Seon .. Adiknya, kini tengah menatap punggung seorang remaja manis yang tampak rapuh.. dengan tatapan... Seolah ingin memeluk tubuh kecil itu.  "Sepertinya sang singa ... mulai takluk di bawah pesona sang kucing liar". gumam Rei yang tak dapat didengar oleh orang di hadapannya.    ❖❖❖ TBC ❖❖❖
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD