Ulah si Anak Kucing

3824 Words
 'Kenakalanmu tidak baik untuk jantungku'  Hari pertama berjalan kurang baik. Sejak kejadian di perdebatan suami istri tadi pagi, rumah itu terasa semakin heboh. Pasalnya baik Arlen maupun Jun tak ada yang mau mengalah, entah dalam hal apa pun itu, keduanya memang biang masalah.  Seperti siang ini, keduanya ribut karena mereka memakai parfum dengan aroma yang berbeda.  "Bocah sialan!! kenapa kau mengganti parfumku?! Dan apa-apaan dengan parfum yang baunya seperti permen ini?!! Ini parfum bocah apa kau gila?!".   Jun terus menyalak penuh emosi. Pasalnya, parfum yang dibelikan oleh teman wanita di kantornya dengan aroma Lavender itu, kini telah diganti dengan aroma yang mirip dengan permen Mint dicampur gula! Manis!! Jelas Jun tidak mungkin memakai parfum anak-anak seperti itu.    "Berisik! aku tidak suka parfum Lavender itu! baunya terlalu menyengat!! aku yakin pasti parfum itu biasa dipakai oleh para yeoja!". Arlen berdecih kesal. Jun tertegun, Bocah ini ternyata peka juga dengan kebiasaan wanita.   "Heh.. ternyata diam-diam kau juga sering bermain wanita hm?, Bocah nakal!". Jun menatap Arlen dengan tatapan menyelidik.. Jelas saat ini Jun tengah mengejek Arlen.  "Aku bukan Ahjussi yang kurang belaian sepertimu! Aku tidak menyukai aroma itu dan para yeoja sering memakainya, karena itu aku tahu!!". Jawab Arlen dengan cueknya kemudian keluar dari kamar mereka.   "Yak!! Sialan kau bocah!! Dan aku juga tidak suka aroma parfum bocah sepertimu!". Jun semakin kesal pada bocah itu.    Walaupun mereka tidur sekamar (yang pastinya dengan ogah-ogahan), Namun keduanya tetap keras kepala dan akhirnya tidur dengan saling membelakangi, disertai guling sebagai pembatas di antara mereka.  Arlen mengabaikan teriakan dari suaminya dan melenggang pergi menuju ruang makan.. di sana Rei Hyung sudah duduk lebih dulu dengan makan siang yang sudah tersaji di meja.  "Hei Arlen, ada apa dengan suamimu itu?, Apa kalian bertengkar lagi?". Tanya Rei pada pemuda yang kini wajahnya sedang ditekuk itu.  "Ne Hyung.. Maafkan aku yang mungkin akan membuat rumah ini sedikit heboh, tapi kuharap kau akan membiasakannya Hyung". Arlen menatap tak enak pada sang kakak ipar.   "Tak apa Arlen ah, Justru aku senang kau ada di sini. Jarang-jarang ada yang bisa membuat sang pangeran iblis itu berteriak selain aku..". Rei terkekeh kecil.   "Ne.. Aku setuju! dia memang ibl-".  Takk!   "Apa yang ingin kau katakan hah?! Dasar cebol!!". Jun mengetuk kencang kening Arlen dengan sendok saat tiba di meja makan.  "Sakit Hyung!!!. Lagi pula aku tidak cebol! Aku masih masa pertumbuhan! kau saja yang kelewat tinggi dasar je-hmp!!!". Ucapan Arlen terpotong saat sesuatu masuk ke mulutnya.  Jun lah pelakunya. Ia membuat wajah Arlen semakin keruh.     Krauk! krauk!  Mulut Arlen dijejali oleh selada yang masih segar. ia hendak menyemburkannya namun kalimat Jun selanjutnya membuat Arlen membatalkan niatan itu. Alhasil ia hanya mengunyahnya sampai habis dengan wajah ditekuk.   "Sekali lagi kalimat indah keluar dari mulutmu, maka aku tidak akan segan-segan menjejalkan paprika utuh ke dalam mulut menyebalkanmu itu..". Jun mengucapkannya dengan kalimat dingin disertai tatapan tajam.  Apa pun selain paprika!! terutama yang berwarna hijau!! Arlen paling benci dengan sayuran yang satu itu.. Paprika Hijau adalah musuh!! Sama seperti makhluk menyebalkan di sampingnya ini!!  Akhirnya makan siang kali ini terselamatkan berkat sayuran yang paling Arlen benci. Jun merasa kali ini ia yang menang, diam-diam ia tersenyum mengejek sambil terus menatap Arlen di tengah acara makan mereka.  Arlen membalas tatapan itu dengan sinis seolah berkata 'Selanjutnya aku tak akan kalah darimu! dasar Ahjussi menyebalkan!!'.   'Ohoho coba saja kalau kau bisa dasar anak kucing liar!!'. Jun mengangkat sebelah alisnya meremehkan Arlen.   "Astaga bisakah kalian makan dengan tenang?! Tentunya tanpa mengeluarkan tatapan seperti ingin mencabik seseorang seperti itu?! Aku seolah melihat banyak kalimat mengerikan yang keluar dari kepala kalian, ini acara makan jadi diamlah!!".   Rei yang paling tak suka diusik ketika makan, merasa terganggu dengan aura peperangan yang muncul dari kedua orang di hadapannya.    "Mian Hyung... "Arlen mengalihkan tatapannya sementara Jun makan dengan santai.   Dan acara makan pun terus berlanjut damai dengan Arlen yang mengunyah sambil menahan kesal.     Kini Arlen dan Rei sedang menonton TV bersama, ini masih hari libur dan besok Arlen akan kembali sekolah setelah izin selama seminggu untuk pernikahan mereka.  Di mana Jun berada? Jangan tanya.. dia sudah pergi sejak selesai makan dengan pakaian yang rapi.. entah pergi ke mana.   "Oh ya Arlen, saat setelah bertengkar tadi pagi... Hyung lihat kau bertemu dengan Yeongi ya?". Rei memulai percakapan lebih dulu.  "Ah.. um.. Iya Hyung, Aku hanya kaget saat ia ada di sana.. ". Arlen bingung menjelaskan.  "Ahaha.. tak apa.. Hyung sudah menduga kau akan kaget. Yeongi punya kebiasaan untuk duduk di belakang pintu, dekat Jendela yang mengarah ke halaman belakang. Kadang Hyung sendiri tidak sadar kalau dia ada di sana". Rei terkekeh pelan    - Flashback   Tak lama setelah perdebatan Arlen dan Jun. Arlen berniat mendinginkan kepalanya di taman belakang sambil melihat bunga-bunga. Hingga saat Arlen membuka pintu, tiba-tiba ia mendengar suara seseorang.  "Aww!! S-sakitt.. Astaga duduk di sini memang ada resikonya! Tapi aku suka di sini.. ". Seorang Pemuda yang kelihatannya seusia Arlen, memakai pakaian pelayan hitam putih yang Jasnya dilepas, dan menyisakan kemeja yang ia pakai. Tengah duduk sambil mengusap kepala belakangnya yang ditabrak pintu.  "Eh?". Arlen terdiam.. hingga tiba-tiba raut wajahnya berubah pucat. "P-pe pe .. penam.. penampakaaann!!!". Arlen hendak berlari namun tangannya ditarik dan ia mendengar orang itu berbicara padanya dengan suara panik.  "A-an-ani ani ani.. Tuan muda salah paham!! A-Aku bukan penampakan!!! Aku pelayan yang tinggal di sini!!!". Sanggah orang itu dengan cepat sambil tergagap. Arlen pun berhenti ketakutan dan berbalik menghadap pemuda yang katanya pelayan di rumah ini.   "M-mian, Aku tak tahu tentang itu.. dan lagi.. kenapa kau duduk di sana sendirian?.. kau bisa terluka jika orang-orang tidak menyadari keberadaanmu".   "A... ahahaha.. maafkan aku.. anggap saja ini hanya rutinitasku.. Ah iya.. Anyeong haseyo.. Lee Yeongi imnida.. maafkan atas pertemuan kita yang tidak mengenakan ini Tuan Muda Arlen". Pemuda bernama Yeongi itu memperkenalkan dirinya.  "A-anyeong haseyo, Arlen Hwan imnida. Aku dari keluarga Han, saat ini aku memakai marga Jun Hyung. Dan aku mohon jangan bersikap formal padaku.. aku hanya anak nakal, dan aku butuh teman di sini.. jadi bersikaplah biasa seperti teman sebaya saja. Itu lebih nyaman".   Arlen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal di hadapan pemuda manis itu. Jujur saja Arlen tidak pernah diperlakukan seperti tuan muda oleh orang yang terlihat seumuran dengannya. Dan itu membuatnya merasa canggung.. Yeongi yang mengerti dengan ucapan Arlen akhirnya mengangguk setuju.  "Baiklah Arlen ah.. mulai sekarang kita berteman!! Oke?!". Yeongi tersenyum dengan ceria, dan dibalas dengan senyuman lembut oleh Arlen.  -Flashback End.    "Hyung, Aku ingin tanya.. Sejak kapan Yeongi bekerja dan tinggal di rumah ini?”. Arlen yang penasaran dengan teman barunya, akhirnya memutuskan bertanya pada sang kakak ipar yang lebih dulu mengenal Yeongi.  "Hm? .. Emm.. Sepertinya sekitar enam tahun yang lalu. Rumah mereka diambil oleh pihak keluarga dari sang ayah.. sementara ayahnya sendiri menghilang entah ke mana..   Jadi saat Bibi Suji mencari pekerjaan, Ia bertemu Eomma ku. Eomma menerima Bibi Suji dan Yeongi untuk bekerja di sini, dan mengizinkan mereka untuk tinggal. Semua keperluanku dan juga Jun ditangani oleh mereka berdua". Jelas Rei sambil mengutak-atik remote nya.   "Begitu ya.. Aku tak tahu tentang itu, sebaiknya aku tidak bertanya lebih jauh. Ah iya.. Ngomong-ngomong ke mana Jun pergi? Tadi aku melihatnya memakai pakaian rapi dan pergi entah ke mana".   "Em.. Tentang itu.. nanti juga kau akan tahu setelah ia pulang.. Kau boleh memarahinya nanti". Rei menepuk pelan kepala Arlen. "Oh iya, Arlen ah, Aku ada urusan diluar sebentar. Aku akan pulang nanti sore, jika kau bosan ajaklah Yeongi bermain. Mian ne, Hyung tinggal dulu". Rei teringat jadwal meetingnya hari ini.  "Um!.. Tak apa Hyung.. lagi pula aku kan bukan bayi yang harus terus dijaga". Arlen mengembungkan pipinya.   "Baiklah.. baiklah.. Hyung pergi dulu. Jika kau ingin beli sesuatu kau bisa minta ditemani para pelayan untuk mengantarmu"   "Seorang anak berandalan pergi berbelanja diantar pelayan? Hyung mengejekku ya?!". Arlen tersenyum sinis.  "Astaga adik iparku ini benar-benar-.. Lakukan apa yang kau mau asal jangan membuat keributan!". Rei menarik kedua pipi Arlen dengan gemas.   "Auhh hihihu (pipiku!)..!! Hangan hi Hahhikk (jangan di tarik)!!". Arlen memberi gesture hormat pada Rei.  "Mian, Saking gemasnya Hyung sangat ingin merobek pipi chubby mu ini Arlen ah, Hahaha. Baiklah Hyung pergi.. dah Arlen". Dengan begitu Rei segera melesat mengambil kunci mobilnya.  "Kau mengerikan Hyung!! Berhati-hatilah di jalan.. Pastikan tidak ada yang menculikmu ke dalam Kantung saat pulang nanti!!". Arlen sedikit berteriak menjahili Rei. Terlihat Rei yang terkekeh pelan jauh di sana.   "Sekarang, Apa yang harus aku lakukan?? Ah! Yeongi!!". Arlen pun segera mematikan televisinya dan berlari menuju halaman belakang tempat di mana Yeongi berada.   "Yeongiii..!!! Kau di sini?!!".  Braakk!!!    “Aduhh!! sakitt!!..”.    "A-! Yeongi kau di situ rupanya.."  "Jujur saja tuan muda kau sengaja membuka pintu dengan kencang agar kepalaku terbentur lagi kan?!!". Yeongi menatap tajam pada Arlen, ia mengusap-usap kepalanya yang terasa berdenyut.   "Ahahaha.. maaf.. aku hanya ingin membuatmu jera agar berhenti duduk di tempat berbahaya seperti itu.. Dan berhenti memanggilku tuan muda!. Mian Yeongi ya.. Apa masih sakit?". Arlen membatu Yeongi berdiri dan mengusap kepalanya yang ia buat benjol tadi.   "Baiklah.. Aku akan berhenti memanggilmu tuan muda.. Arlen ah.. tapi jangan melarangku duduk di sana jika kau tidak punya tugas apa pun untukku..". Yeongi menatap kesal pada majikan sekaligus teman barunya.   "Ne.. tapi kenapa kau betah di sana??. Apa yang enak dari tempat itu?? Melihatnya saja tempat itu sepertinya benar-benar sempit..". Arlen masih sibuk menggosok-gosok bagian kepala Yeongi yang memerah akibat ulahnya.  Tubuh Yeongi itu tidak kurus tapi tidak gemuk juga.. ia normal.. hanya saja ia sedikit lebih pendek dari Arlen. Jika mereka berdua berdiri bersebelahan, mereka terlihat seperti adik dan kakak.    "Emm... tempat itu.... err.. Rahasia!. Tak akan aku beri tahu!! Lalu ada apa Arlen mencariku?". Yeongi langsung mengalihkan topik pembicaraan.  "Tidak ada, aku hanya ingin ditemani, mengingat sepertinya hanya kau yang sebaya denganku di rumah ini. Oh ya Yeongi.. apa kau masih sekolah?".   "Ne.. aku masih sekolah.. dan sepertinya Arlen masih belum tahu ya?,.. Kita itu sebenarnya ada di sekolah yang sama".    "Jinja?.. Dari mana kau tahu kita di sekolah yang sama". Arlen sama sekali tidak tahu jika mereka satu sekolah.  "Seragam sekolahmu, aku yang mencucinya, dan lagi siapa yang tidak kenal dengan Arlen Han si murid manis pembuat onar yang tiap pagi pasti selalu datang dengan babak belur".   Yeongi menatap aneh pada makhluk manis di hadapannya, kenapa wajah manisnya berbanding terbalik dengan kelakuannya??. Turunan siapa sih?. /Ekhem Yeongi tidak perlu tahu, Nanti bisa dimakan singa betina yang ganas.  "Astaga .. apakah aku begitu terkenal? Pantas rasanya musuhku tidak ada habis-habisnya.. Dan lagi aku tidak manis!!!". Arlen menyangkal keras jika ia dipanggil manis.   "Perlukah aku ambilkan cermin untukmu wahai Tuan Muda Arlen yang merasa dirinya tidak manis?". Yeongi tersenyum jahil pada Arlen.   "Hee.. lalu perlukah aku membalikkan cermin itu pada wajahmu wahai Tuan Yeongi yang tidak sadar dengan wajahnya sendiri?". Arlen memandang Yeongi dengan tatapan tak mau kalah.   "Shi-". Ahh.. hampir saja ia keceplosan mengucapkan kalimat kasar pada tuan mudanya.. Etika seorang pelayan.. harus menjaga bahasanya di depan sang majikan.  "Muehehhehe.. tenang saja Yeongi ya. Jika tak ada orang selain aku kau bebas mengumpat sepuas hatimu". Arlen menyeringai.   "Astaga.. Tuan baruku ini benar-benar biang masalah..". Yeongi menghembuskan nafas kasar mencoba menghilangkan stres yang tiba-tiba saja muncul.  "Lalu Yeongi ya, kau berada dikelas mana?". Arlen penasaran karena jujur ia kaget kalau Yeongi adalah teman sekolahnya.  "Ah.. aku berada di sebelah kelasmu Arlen ah." Yeongi menatap datar pada Arlen, pemuda ini terlalu banyak berkelahi disekolah sampai tidak memperhatikan hal lain.  "Mwo?!, Kalau begitu mulai besok kau harus menemaniku makan siang disekolah!! A.. itu pun jika kau tidak keberatan". Tatapan Arlen yang tadinya berbinar kini meredup. Ia baru ingat jika disekolah tak ada yang mau dekat dengannya, karena ia akan membawa dampak buruk pada yang lain.  Yeongi yang pada dasarnya bisa membaca raut wajah seseorang, bisa menebak isi hati Arlen saat ini, ia ingin punya teman tapi tidak bisa.  "Baiklah.. besok aku akan menjemputmu ke kelas saat jam istirahat. Lagi pula tidak mungkin aku mengabaikan permintaan tuan muda, sekaligus temanku Ini iya kan?". Yeongi tersenyum Lembut.  "Jinja?!!". Arlen menatap tak percaya pada Yeongi, ia benar-benar senang dan memeluk Yeongi "Gomawo Yeongi ya!!!". Dan Yeongi membalas Arlen dengan mengusap lembut punggungnya.    Sementara di lain tempat.   "Jun.. Terima kasih sudah bersedia menemaniku jalan-jalan!!". Seorang Yeoja cantik yang berpenampilan ketat kini tengah bergelayut manja pada lengan kekar seorang Hwan Jun Seon.   "Hm..". Sementara pria yang bersangkutan hanya menjawab wanita itu dengan asal-asalan.  "Oh iya Jun, kenapa kau tidak memakai Parfum yang aku berikan? Dan Parfum yang kau pakai jadi beraroma manis begini, Sejak kapan kau suka aroma Mint Candy?". Wanita itu terus mencium aroma asing dari parfum yang Jun pakai.  "Seseorang mengganti parfumku di rumah, aku pikir tak ada salahnya mengganti aroma lain".  "Padahal aku sudah memesan khusus untukmu, agar parfum yang kita pakai sama.."  "Hm..". Jun sebenarnya hanya berhutang bantuan pada wanita ini.. Ia pernah sekali tidur dengannya, namun wanita ini malah tergila-gila pada dirinya.  Tapi mau bagaimanapun kinerjanya dalam pekerjaan di kantor membuahkan hasil yang bagus, meski kadang ia berlagak seolah ia adalah kekasih jun di sana dan membuat orang-orang di kantor harus wanita genit ini.  "Ne Jun.. bagaimana kalau kita ke Hotel?.. Aku ingin berduaan denganmu di tempat yang romantis..". Wanita itu menggoda Jun dengan kalimatnya yang dibuat terdengar manja. Sementara Jun menatapnya bosan.   "Aku tidak suka berada di hotel, itu membuatku tidak nyaman.. Aku mau langsung pulang". Jun langsung berjalan menuju mobilnya.  "Kalau begitu aku ikut!!.. Lagi pula di rumahmu sedang tak ada siapa pun kan?. Eomma dan Appamu kan sedang keluar negeri. Rei tidak akan keberatan jika aku di sana". Gadis bernama Park Hana itu memaksa mengikuti Jun.  "Terserah kau saja.."   "Aku akan membuat kenangan panas untuk kita di kamarmu nanti". Hana mencium pipi Jun lalu kemudian mengikutinya masuk ke dalam mobil.   "Astaga.. kenapa Rei Hyung lama sekali sih?? Aku ingin makan es krim..". Arlen menggerutu kesal di depan televisi, bersama Yeongi yang menemaninya setelah selesai bersih-bersih.  "Padahal aku sudah mengajakmu tadi tapi kau tidak mau.. ". Yeongi menuangkan Teh untuk Arlen.  "A-aku kan tadi sedang bermasalah dengan pencernaanku.. kau kejam sekali memaksaku keluar dari toilet!". Arlen menjawab dengan kaku.   "Salahmu sendiri memakan samyang sampai dua porsi! Padahal kau tidak kuat makan pedas. Bagaimana keadaan perutmu? apa sudah membaik?". Tanya Yeongi setelah beberapa saat yang lalu kerepotan membantu Arlen untuk minum obat.  Diluar dugaan.. Arlen ternyata sangat sulit minum obat, Ia menghabiskan tiga pil karena dua sebelumnya dimuntahkan lagi oleh Arlen, sampai membuat Yeongi harus membawakan makanan manis agar ia mudah menelannya.  "Ne.. Aku sudah membaik. Gomawo Yeongi ya, maaf aku merepotkanmu lagi".  "Tak apa.. ini memang pekerjaanku. Astaga kau membuat Eomma ku panik, Aku sampai diomeli olehnya. Bagaimana jika Nyonya Hwan tahu?!! Aku bisa terkena masalah karena membuat menantu kesayangannya sakit perut".   "Mian Yeongi.. Lain kali aku akan mendengarkanmu".  "Ne.. Lain kali.. entah Lain kalimu itu harus memakan waktu berapa lama?!.. Benar-benar sulit diatur!". Yeongi menepuk pelan wajah Arlen dengan kipas kecil yang ia pakai untuk membuat Arlen sedikit tenang.   Kemudian Yeongi melihat kedatangan mobil seseorang dari celah jendela.   "Ah, itu pasti Jun Hyung atau Rei Hyung". Yeongi bergegas menuju pintu di ruang tamu.  "Kenapa kau memanggil mereka Hyung sementara padaku harus Tuan Muda?". Tanya Arlen yang tak suka kebiasaan Yeongi. Ia sering kali keceplosan memanggilnya Tuan Muda.  "Lain kali aku akan mencincang tubuhmu jika kau menggunakan panggilan itu lagi". Arlen mengikuti Yeongi menuju pintu. Sementara Yeongi tak mengindahkan kalimat Arlen dan bergegas membuka pintu depan.  "Selamat datang Tuan Jun". Yeongi membungkuk pelan disisi pintu setelah mempersilahkan Jun masuk. Arlen hanya menatap Jun yang datang dan terdiam di depannya.. ia datang bersama seorang wanita.  "Jun.. ada apa? Hm? Siapa dia? Apa dia pelayan baru di rumahmu?". Tanya Hana. Jun menyeringai jahil dan Arlen tahu jelas apa yang dipikirkan oleh Jun, yang pasti itu bukan hal yang baik.   "Ne, dia pelayanku, Pelayan Pribadiku". Jun menyeringai ke arah Arlen. Yeongi sejak tadi meneguk ludahnya kasar merasakan ketegangan dari dua sisi.   Jun membuat Arlen meradang dengan kalimatnya.. ia menatap kesal pada Jun.  "Oh benarkah? Lalu tunggu apa lagi? Bawakan barang-barangku! Jangan hanya diam saja!". Sikap angkuh Hana tak bisa lepas darinya.   "Memangnya siapa kau Noona? Berani memerintahku". Arlen berkata sinis pada Park Hana.   "Aku Park Hana.. Calon istri Jun.. Kau pelayan pribadinya jadi kau pelayan pribadiku juga". Hana menatap dengan angkuh, ia merasa kesal dengan namja cebol di depannya.   'Pffttt'.    Itu bukan Arlen yang menahan tawa, Melainkan Yeongi! Ia tidak kuat menahan tawanya saat Yeoja ini mengatakan bahwa ia calon istrinya Jun. Tanpa wanita itu ketahui kalau yang ada di hadapannya adalah istri sah Jun sendiri.   "Apa-apaan pelayanmu ini Jun?! Mereka tak bekerja dengan benar! Kenapa kau tidak pecat saja mereka?!". Park hana menatap sinis pada Arlen dan Yeongi.    "Jangan bawa-bawa Yeongi! Dia sudah seperti adikku sendiri, dan dia sudah lama bekerja di sini. Jadi jangan Menyalahkan apa pun padanya!!".   Jun tidak suka urusannya di usik, dan Yeongi sudah menemaninya selama enam tahun di rumah ini. Ia sudah seperti adik bagi Jun, jadi ia tidak suka orang lain mengusik Yeongi meskipun ia hanya pelayan.  Park Hana menatap tidak suka pada Yeongi. Membuat Yeongi menunduk tak nyaman karena ditatap tajam oleh wanita itu. Jika saja matanya itu bisa menembakkan peluru pasti tubuh Yeongi sudah berlubang saat ini.    "Berhenti menatapi Yeongi seolah kau ingin memakannya hidup-hidup Noona. Dia temanku dan aku tak suka ia diganggu, aku akan menarik matamu keluar jika kau terus menatapnya seperti itu". Arlen menatap tajam Park hana.  Woaahh.. bisakah kita beri penghargaan pada Yeongi? Karena Pasangan Aneh yang biasanya berperang ini bisa menjadi kompak jika ada masalah yang menyangkut tentang Yeongi.  "Apa-apaan sikapmu itu?! Kau hanya pelayan di sini jadi diam saja pada majikanmu!!". Hana menyalak pada Arlen, membuat ketiga orang di sana termasuk Jun menatap geli padanya.  "Ah.. apa aku belum memperkenalkan diri? Anyeong Haseyo, Arlen Hwan imnida. Aku tak pernah bilang jika aku adalah pelayan pribadi milik Jun Hyung. Tapi jika Noona mempertanyakan statusku sebagai apa di rumah ini, Akan aku jawab dengan lantang jika aku adalah istri Jun Hyung".   Arlen menatap tajam pada Hana dan Jun bergantian. Sementara Jun bersikap seolah ia tidak tahu apa-apa. Walau sebenarnya Jun cukup tertegun Arlen berani menyatakan kalau dia adalah istri sah Jun di hadapan orang lain.   'Om-om m***m ini benar-benar minta dihajar'. Batin Arlen   "Jun sendiri yang mengatakannya kalau kau adalah pelayan pribadinya!! Jangan berlagak di depanku!! mana mungkin kau istrinya sementara kau ini namja, di bawah umur, dan kau masih bocah. Jun bisa saja memecatmu saat ini juga jika akibat ulahmu, ia pasti akan membelaku kau tahu?".   Park hana menyeringai puas, ia tak takut diancam oleh bocah kecil di hadapannya. Arlen benar-benar dibuat kesal oleh yeoja satu ini.   Maka yang dilakukan oleh Arlen selanjutnya adalah mengambil ponselnya, membuka kontak dan menunjukkan satu nomor pada dua orang dewasa di depannya.   "Begitukah? Kalau begitu kita lihat.. siapa yang Jun Hyung pilih saat ini? Suruh Noona ini pulang, atau Aku sendiri yang akan menendang Noona ini keluar dengan ‘paksaan’?. Maaf saja, Tapi aku tidak pandang bulu untuk membuat masalah".   Arlen mengeluarkan smirk-nya dan menatap tajam pada Jun dengan nomor di ponselnya sebagai ancaman.  'Itu bukan pilihan dasar bodoh!! itu namanya kau memaksa! Astaga bocah nakal ini.. benar-benar berandalan pembuat ulah!!'. Batin Jun.  Jun sebenarnya tahu nomor ponsel yang Arlen tunjukkan saat ini, dengan kata lain.. Arlen akan menelepon Lee Eun momma dan melaporkan jika Jun berulah lagi kemudian Jun akan mendapat masalah jika Ia tidak menuruti kemauan Arlen.   "H-Hana ya, sebaiknya kau pulang saja sekarang, seperti yang kau tahu jika situasinya seperti ini..". Bujuk Jun.  "Apa maksudmu Jun? Tidak mungkin kan kalau dia benar-benar-". Kalimat Hana terhenti begitu jun memotongnya.  "Ne.. dia memang istri sahku. Tentang mengatakan kalau dia adalah pelayan.. Itu hanya bohongan, Aku hanya menjahilinya sedikit". Jun melirik Arlen yang tengah Tersenyum mengerikan padanya. "J-jadi aku tolong berhenti menggangguku..".   Jun tak suka bermasalah terlalu lama dengan wanita.. karena tipe wanita seperti Hana bisa membuatnya pusing berkali-kali lipat.   "Ah.. dan Noona, sekalian bawa parfummu itu.. aku tak suka Aromanya. Aku lebih suka Aroma Mint Candy". Arlen memberikan Botol Parfum yang tadi pagi ia ambil dari kamar Jun dan memberikan senyum kemenangan pada wanita itu.  "Jadi kau..!!". Hana sekarang tahu siapa yang memberikan parfum Mint Candy pada Jun, bukti bahwa memang bocah ini punya hubungan tertentu dengan orang yang ia sukai.  "Dasar bocah sialan!!!". Hana merenggut Botol parfum itu dengan cepat.. membuka botolnya dan..   Byurrr..!!   Hana menyiram Arlen dengan parfum Lavendernya, membuat kedua lelaki lainnya di sana kaget dan Refleks menutup hidungnya karena aroma parfum yang menyengat.   "Rasakan itu!!!". Hana melempar botol itu pada wajah Arlen kemudian ia pergi begitu saja. Sementara Arlen Hanya terdiam.  "Astaga ini menyengat sekali.. Yeongi panggil pelayan yang lain dan bersihkan kekacauan ini!!". Jun sedikit menjauh dari Arlen.  "Arlen.. ayo ke kamar mandi.. kita bersihkan tubuhmu". Yeongi mendekati Arlen namun ada sesuatu yang aneh dengan Arlen.. ia tak bergerak sama sekali.   "Arlen.. ada apa?". Yeongi sedikit panik karena Arlen bersikap aneh.  "Y..Yeo..ngi... Ambil...kan.. Obat.. di.. t..as.. ku..". Nafas Arlen Memburu.. Ia seperti kekurangan Oksigen.    "O-obat?". Yeongi yang tengah panik sulit mencerna kalimat Arlen. Baru saja ia ingin bertanya lagi namun tiba-tiba saja Tubuh Arlen ambruk di hadapannya tanpa sempat Yeongi tahan.   Brukk!!!    "Ha.. hah.. hhkk.. aghhh.. hahh". Arlen ambruk dengan memegangi dadanya yang semakin kesakitan.  "J-Jun Hyung!!! Jun Hyung!! Arlen!!!". Yeongi benar-benar panik.. tidak peduli dengan aroma lavender yang begitu menyengat ia langsung mencoba mengangkat Arlen namun tenaganya ketika panik seolah menghilang begitu saja.  Jun yang belum jauh dari tempat itu segera berbalik setelah mendengar Yeongi berteriak panik.   "Arlen?!!!". Jun mendekati Arlen dan Segera mengangkat tubuhnya. Arlen benar-benar kesulitan bernafas.  "Hoi Arlen kau kenapa?!!! Jangan bercanda seperti itu!!! Ini tidak lucu!!!". Teriak Jun terdengar panik.  'Siapa juga.. yang ingin bercanda.. disaat seperti ini.. Ahjussi sialan!!'. Batin Arlen.  “H-Hyung!! Kepala Arlen! Berdarah!”. Yeongi semakin panik.   “Eh?”. Jun tidak menyadarinya karena keningnya tertutup rambut Arlen. Jun segera melihat ke arah botol parfum yang tadi di lempar pada Arlen.   ‘Cih, Wanita sialan itu! Bagaimana bisa dia melempar botol kaca pada kepala orang dengan mudahnya?! Harusnya aku tak membiarkannya mengikutiku!’. Jun merutuki kedatangan Hana.   "Hahh.. hhkk.. Lhav..hen..dher .. Se..s..ak.. hh.. hh. ". Arlen memaksakan bicara agar kedua orang yang tengah panik itu tau penyebabnya.  "Huh? Lavender? Sesak? Tunggu! Kau alergi Lavender?!! Harusnya kau katakan sejak pagi dasar bodoh!! Yeongi cepat ke bagasi!!!". Jun panik dan bergegas menuju mobilnya, mereka melupakan aroma Lavender yang terus menyengat ikut membasahi pakaian Jun.  'Hahh.. sesak sekali.. pandanganku kabur.. Kenapa menghirup oksigen bisa sesulit ini?!  Astaga aroma parfum ini tak mau menghilang. Hyung.. kepalaku pusing.. Aku ingin tidur..' . Arlen terus beradu dengan pikirannya..   Jun menidurkan Arlen di kursi belakang dengan Yeongi yang menemaninya..   Sesaat ketika ia melihat Arlen mulai memejamkan mata, Jun dengan panik menghidupkan mobilnya, langsung menginjak pedal gas dan melaju dengan cepat menuju rumah sakit. Ia tak peduli lagi dengan klakson mobil lain yang terus bersahutan ketika ia menyalip.   'Dasar kucing liar kurang ajar!!.. Kau sudah membuat ulah di hari pertamamu!! Dan berkat ulahmu sekarang aku harus senam jantung yang cukup ekstrim!! Pastikan kau bertanggung jawab dasar kucing kecil!!!'. Batin Jun yang dilanda Panik akibat ulah kucing nakalnya..      ❖❖❖ TBC ❖❖❖
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD