Jadi Akrab

1356 Words
"Awas Rani!?" teriak Ghea yang tengah mengobrol dengan Raniya dan satu temannya lagi ketika berada di depan mading sekolah. Rupanya Raniya yang ternyata tengah melihat ke lantai dua tepatnya kelas dua belas itu,malah terlambat menyadari adanya bola basket melayang ke arahnya. kemalangan tidak dapat di hindari, kepalanya terkena bola membuatnya sedikit terhuyung. Ghea dan temannya menatap dan memegang Raniya memastikan keadaannya. Sementara Raniya mengaduh kesakitan seraya memegangi kepalanya yang terkena lemparan bola basket itu. "Sorry Beb, enggak sengaja!?" seru Julian menghampirinya sembari mengambil bola basket yang ada di lantai. "Beb, kepalamu!" gerutu Raniya. "Eh, maksudnya ayang Beb Dias!?" tukas Julian nyengir seraya berlalu ke lapangan basket yang memang berada di depan mading itu. Raniya melihat ternyata di sana ada Dias pantas saja Julian langsung pergi. " Kamu lagi liatin apa sih, Rani?" tanya Ghea melihat kearah pandang tadi. Ghea kemudian tersenyum sambil manggut-manggut mengerti namun berbeda dengan satu temannya lagi yang masih tidak mengerti. "liatin apa emang?" tanya perempuan berambut sepundak itu yang juga teman sekelas keduanya. "Bukan apa-apa. Ayo pergi!?" ajak Raniya menggandeng lengan Ghea dan temannya untuk pergi. Dia terlalu malu karena ada Dias di sana apalagi kejadian tadi pasti kakak kelasnya itu juga melihatnya. sebelum pergi sekilas melihat kearah Dias yang ternyata juga masih melihatnya dari tadi. Sementara itu di lantai dua gedung sekolah, seorang laki-laki yang berdiri dekat pembatas tembok pembatas depan kelasnya menatap kearah Raniya dan dua temannya yang berjalan pergi. Dias juga melirik sekilas kearah laki-laki itu sebelum akhirnya berlalu pergi. "Tadi kamu lagi liatin a Bintang, ya?!" tebak perempuan berambut sebahu itu sukses membuat Raniya yang tengah menyuapkan baksonya tersedak. ketiganya memang tengah berada di kantin sekolah ketika jam istirahat. Dengan sigap Ghea memberikan air mineral pada Raniya yang tengah batuk-batuk sebab tersedak. "Pertanyaanku segitu terkejutnya ya?!" tanyanya nyengir dengan rasa sedikit merasa bersalah. Raniya dan Ghea saling memandang satu sama lain. "Ya. Memang Rani naksir kok!?" tukas Ghea. "Hah? Beneran?" tanyanya lagi menatap Raniya yang tampak tak bergeming malah menikmati baksonya. "Itu pas awal-awal masuk sekolah." timpal Ghea lagi. "Oh..sekarang udah enggak, kan? Mending jangan deh, dia udah punya pacar!?" cerocosnya membuat Raniya dan Ghea memandangnya. "Sok tahu!?" seloroh Raniya kemudian kembali memakan baksonya yang sudah dia potong dengan sendok karena bakso berukuran besar. "Ya tahu. Aku tetangga a Bintang." tukas. "Apa?" seru Raniya dan Ghea bersamaan untung kali ini walaupun sedang mengunyah Raniya tidak tersedak. Sementara temannya menatap keduanya bergantian. "Kamu gak pernah cerita kalau tetangganya a Bintang?!" seru Ghea di diangguki Raniya karena sependapat. "Ya aku gak tahu kalau Rani naksir a Bintang." tukasnya tanpa rasa bersalah. "Yah sudahlah lagian kamu juga udah enggak suka sama a Bintang, kan?!" tanya Ghea menatap Raniya. "Ya enggak pasti orang udah punya pacar kece, Dias!?" Tukasnya membuat Raniya hampir kembali tersedak lagi sembari memoloti temannya itu. "Hey! Aku.." Raniya tidak melanjutkan ucapannya karena ternyata seseorang yang tiada lain Dias yang ternyata duduk di kursi tak jauh dari keberadaannya itu hendak pergi dari kantin. " Ghe, Ta. Emang a Dias dari tadi di sana?" tanya Raniya pada Ghea dan temannya yang di panggil Ta atau Tita itu. Sebagai jawaban Ghea dan Tita menganggukkan kepalanya secara bersamaan. "Kenapa tidak bilang?!" ujar Raniya mendadak panik. "Loh, kenapa? Ah, lupa tadi, kan kita ngomongin a Bintang. jangan-jangan a Dias marah!?" cerocos Tita ikut panik tapi justru membuat Raniya terdiam. Dia malah berpikir kenapa harus malu dan panik saat membicara seseorang yang memang sempat dia taksir saat menjadi murid baru kala itu. "Duh! Rani itu a Dias enggak bakalan marah, kan, sama kamu?" tanya Tita heboh sambil menggoyangkan bahu Raniya. "Enggaklah Ta. Tenang aja." jawab Raniya santai karena menurutnya tidak ada hubungannya dengan kakak kelasnya itu. Seperti biasa pulangnya salah satu kakak kembarnya menjemputnya namun kali ini memang dari mengantar juga menjemput di lakukan Dalfi sebab Dalfa sedang sibuk. Raniya dan Ghea datang menghampiri Dalfi yang tengah duduk diatas motornya seraya memainkan ponselnya. "A!?" panggil Raniya membuat Dalfi menoleh padanya kemudian dengan cepat memasukkan ponselnya ke saku celananya dan memberikan helm yang diambil di jok belakang. "A Alfa masih sibuk?" tanya Raniya seraya menerima helmnya. "Kenapa?" ujar Dalfi malah bertanya. Sebelum menjawab, Raniya melihat ke arah Anindira yang baru saja datang dengan motor maticnya dan berhenti tepat di depan Ghea yang berada di sampingnya. "Enggak, cuma nanya." seru Raniya melambaikan tangannya pada Ghea yang sudah naik motor di jok belakang bersama Anindira yang bersiap akan pergi. "Aku duluan Rani!?" ujar Ghea seraya tersenyum ke arah Dalfi yang seperti biasa hanya mengangguk saja. "Iya. Hati-hati teh Dira bawa motornya!?" ujar Raniya. "Iya." balas Anindira kemudian melajukan motornya. Setelah itu Raniya naik keatas motor kakaknya, tak menunggu lama Dalfi melajukan motornya. *** "Loh kok sepi?!" tanya Raniya yang menghampiri ayahnya di meja makan. "Semuanya sudah pada berangkat ." jawab Fabian atau ayahnya. "Loh..maksudnya, a Alfa dan Alfi udah berangkat?" tebak Raniya. "Iya. Termasuk Bunda kamu yang minta Alfi nganter pagi-pagi." jelas ayahnya lagi. "Bunda mau kemana? Kok enggak diantar sama ayah?" tanya Raniya seraya mengambil nasi ke piringnya kemudian lauk pauknya. "Bunda gak mau." Mendengar ucapan ayahnya membuatnya terdiam berpikir jika kedua orang tuanya masih bertengkar. Walaupun tidak memperlihatkannya hanya tempo hari saja. Akan tetapi memang ada yang berbeda pada mereka menurutnya yang tidak lagi terlihat harmonis seperti biasanya. Tiba-tiba membuatnya khawatir. "Ayah masih marahan sama Bunda?" tanya Raniya khawatir. "Sebenarnya Bunda hanya salah paham saja. Enggak usah khawatir ya, bentar lagi Bunda gak akan marah sama ayah." jelas Fabian tersenyum meyakinkan. "Iya." balas Raniya singkat namun hatinya tetap tidak tenang. karena selama ini dia bahkan tidak pernah melihat kedua orang tuanya bertengkar malah sangat harmonis. "Ayo di makan sarapannya, nanti ayah antar ke sekolah." ujar Fabian lagi. sebagai jawaban Raniya menganggukkan kepalanya. Setelah pamit pada ayahnya yang mengantarnya, Raniya kaluar dari mobil hitam itu. Tiba-tiba kembali murung ketika mobil yang di kemudikan ayahnya itu berlalu pergi. Seraya menghela napasnya, Raniya berjalan gontai masuk area sekolah. Malah jadi tidak semangat. Tiba-tiba langkahnya terhenti dan ada sesuatu yang menghantam keningnya membuatnya terkejut karena ternyata telapak tangan Dias. "Masih pagi udah melamun. Sampe tidak sadar ada kaca di depan." ujar Dias. Raniya melihat kearah pintu kaca di lobby sekolah."Ah, iya.Makasih a." ujar Raniya nyengir. Namun Dias hanya mengangguk kemudian berjalan pergi. Raniya juga ikut pergi dan berjalan di belakang Dias seraya menatap punggung lebar laki-laki mantan ketua OSIS itu. Berbeda dengan Dias yang melambatkan langkahnya supaya bisa tetap Raniya berjalan di belakangnya. "Hey! Raniya!?" sapa Celin tiba-tiba dari belakangnya membuat Raniya terkejut dan menghentikan langkahnya kemudian menoleh pada Celin yang menghampirinya. "Tumben gak di antar pacarnya. Eh, ada a Dias.." Celin menjeda ucapannya membuat Dias ikut berhenti dan membalikkan badannya kearah Celin. "A Dias harus tahu kalau Raniya itu punya pacar lain selain Aa alias selingkuh!?" tukas Celin. Raniya menatap Dias yang juga menatapnya. "Ini buktinya!?" sarkasnya menghampiri Dias dan memperlihatkan foto di ponselnya. "Oh, itu Aa-nya Raniya!?" tukas Dias. "Hah? Aa-nya? Maksudnya?!" tanya Celin tidak mengerti. "Ya..yang nganter tiap pagi itu Aa-nya, Kakaknya Raniya bukan pacarnya!?" tukas Dias sukses membuat Celin terdiam berpikir. "Tunggu! Jadi selama ini dia kakak elo, Raniya!?" tanya Celin memastikan. "Iya." sahut Raniya. "Kok dia bilang waktu itu.." "Aa gue Celin. Ada dua malah, Kembar!?" tukas Raniya berlalu pergi begitu juga Dias yang berjalan sejajar atau berdampingan. Celin masih terdiam saja mendengar penjelasan Raniya dan tampak berpikir. Kali ini tidak mengejar juga. "Makasih A!?" ucap Raniya tersenyum dan Dias hanya mengangguk." Maaf juga karena gosipnya masih belum hilang." ucapnya lagi ketika keduanya masih tetap berjalan bersama. "Aku tidak masalah." ujar Dias. "Hah?" Raniya menghentikan langkahnya menatap Dias yang mendadak salah tingkah karena ucapannya keluar begitu saja. "Bukan apa-apa. Sudah masuk sana!?" tukas Dias berlalu pergi meninggalkan Raniya yang masih terdiam melihatnya yang pergi. Dua juga baru meyadari jika telah sampai kelasnya. Ketika masuk ke kelas sudah banyak temannya yang datang termasuk Ghea. "Tumben siang? Dan.." Ghea tidak melanjutkan perkataannya. "Dan..apa?Ngomongnya jangan ngegantung gitu Ghea!?" sarkasnya menyimpan tasnya kemudian duduk. "Tumben bareng a Dias?" "Loh, tadi kamu lihat? Gak sengaja tapi bareng di depan lobby." "Ooh, udah akrab jadinya nih!?" "Enggak juga sih." "Yakin?" Raniya mengangguk yakin namun hatinya merasa ada yang aneh jika tadi memang antara dia dan kakak kelasnya itu sedikit akrab.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD