Gosip

1498 Words
Dalfi melirik ke arah Ghea yang baru saja turun atas motor yang di kendarai Anindira. Secara bersamaan keduanya saling memandang satu sama lainnya dan itu tak luput dari perhatian Anindira. Sebenarnya Dalfi hendak melajukan motornya namun malah diajak bicara oleh Anindira. "Kalian beneran pacaran?" tanya Anindira penasaran. "Tidak. " sahut keduanya secara bersamaan. "Kompak banget. Kalau pun benar juga enggak apa-apa atuh." cibir Anindira. Dalfi dan Ghea hanya memandang satu sama lainnya. "Tapi kalian enggak kelihatan kalau sedang pacaran. Lihat aja sekarang cuek gitu. Terus biasanya sebagai pacar, anter Ghea untuk ke sekolah." cerocos Anindira yang mendapatkan tatap tajam Ghea. Ghea tersenyum tidak enak pada Dalfi seraya membekap mulut sepupunya dengan telapak tangannya karena tiba-tiba saja jadi cerewet menurutnya. Namun Anindira kembali berucap setelah menyingkir tangan Ghea yang membekam mulut. "Gue malah curiga.." Ucapannya terhenti karena Ghea mendahului. " Kita enggak pacaran, aku aja yang ngaku-ngaku waktu ada si Andi." jelas Ghea akhirnya memberitahu seraya menunduk malu. "Wah! Itu si Aa enggak ngambek sama kamu udah ngakui begitu?" sindir Anindira seraya melirik Dalfi yang masih dengan wajah datarnya. "Aku sih, udah minta maaf. Iya, kan, a?!" ujar Ghea nyengir ke arah Dalfi meminta balasan. Walaupun sebenarnya dia sudah sangat malu. "Iya." balas Dalfi singkat. "Terus kalau si Andi ngejar Lo lagi gimana tuh? Masih ngaku punya pacar?" tanya Anindira dengan nada menyindir. Ghea menghela napasnya seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal melirik kembali ke arah Dalfi yang telah menghidupkan mesin motornya. "Kayaknya enggak, soalnya dia ngerasa kalah saing karena a Dalfi jauh lebih tampan dari dia. " lirih Ghea polos namun kemudian menutup mulutnya sendiri karena menyadari jika orang yang sedang dia bicarakan masih berada di sana. Kali ini Ghea tidak berani menatap wajah kakak dari temannya itu. Sementara Anindira juga malah menahan tawanya. Berbeda lagi dengan Dalfi yang tampak biasa saja dan malah berlalu pergi dengan motornya. Pandangan melirik spion motor tiba-tiba seulas senyum di bibirnya. "Dia enggak dengar, kan?! " seru Ghea. "Pasti denger lah. Kan, di sebelah kita, lagian terang-terangan banget memuji di depan orangnya. Naksir ya. " "He, he, he..enggaklah. Tapi kayaknya dia enggak denger tadi. " ujar Ghea yakin. "Terserah. Gue pergi ya. " Ghea melambaikan tangannya kearah sepupunya yang pergi mengendarai motornya menuju sekolahnya yang berbeda. Kemudian dia pun masuk area sekolah. Tiba di kelas, di dapatinya Raniya yang tengah adu mulut dengan tiga siswi kelas lain. mereka malah jadi pusat perhatian teman-temannya sekelasnya. "Udah balik ke kelas Lo sana Cel!? " tukas Angga ketua kelas. "Enggak usah ikut campur deh!" sungut perempuan yang di panggil Cel atau Celin itu. "Masalahnya ini kelas gue dan lo berisik pagi-pagi ngeributin cowok pula. " sarkas Angga lagi. Ghea yang menyimpan tasnya di bangku melirik Raniya bertanya tanpa suara. "Ikut lo ke belakang!? " ajak Raniya berjalan mendahului. Celin dan dua temannya pun mengekori dari belakang mengikuti Raniya yang berjalan ke belakang kelas. Ghea juga ikut mengikuti sebab Raniya hanya seorang diri takut sesuatu yang tidak di inginkan terjadi. Sementara itu teman-teman sekelas Raniya hanya melihat dari jendela yang mengarah ke belakang kelas mereka. "Maksudnya apa ya, Kata orang-orang kamu pacaran sama kak Dias!? " hardik Celin dengan nada sinis seraya melipat tangannya di d**a. "Hah? Gue pacaran sama Dias? kata.. " Raniya menghentikan ucapannya mengingat sesuatu. "Dasar mulut ember. Julian !? " gerutu Raniya seraya mengepalkan kedua tangannya kesal. Kemudian Raniya pergi meninggalkan Celin yang berteriak padanya namun tidak menghiraukan nya. Langkahnya terus menelusuri koridor sekolah menuju kelas IPA. Orang yang dia cari ternyata ada di depan kelas sedang bersenda gurau dengan temannya. "Eh, ada Raniya. Cari gue ya?! " tanya Julian percaya diri. "Iya." ketua Raniya. "Ketus amat Neng. Ada apa? " tanya Julian lagi tersenyum tidak jelas. "Kamu nyebarin gosip aku pacaran sama Dias? " tanya Raniya menatapnya curiga. "Loh, emang bener, kan. Kalian pacaran.. " "Gue nanya, elo yang nyebarin, kan!? " ulang Raniya mulai emosi. "Semua orang juga tahu kali. Semenjak lo bilang pacaran sama Dias. " timpal Julian. "Hah? Tapi gue ngomong ke lo aja deh. " tukas Raniya mulai geram. Pantas saja sudah beberapa ini seolah banyak orang yang tengah membicarakannya. Bagaimana tidak, dia yang cukup terkenal di sekolah sebagai Tim Volly putri terkuat di sekolah di gosipkan pacaran dengan ketua Osis sekolah, tentunya jadi pusat perhatian. "Emang kenapa sih? Kan jadi terkenal dong. ketua tim Volly sekolah pacaran sama ketua Osis. " "Dasar ember. " sungut Raniya memilih beranjak pergi. Langkahnya terhenti karena ada Dias yang tengah berjalan dari arah berlawanan yang berarti menghadap kearahnya yang hendak kembali ke kelasnya. "Aduh kenapa juga ada Dias lagi. " gerutu Raniya dalam hati. "A, ini Bebebnya nyariin!? " celetuk Julian tiba-tiba. Raniya yang tadi sudah siap kembali melangkah malah menghela napasnya seraya mendelik pada Julian. "Rese amat nih si Julian. " lirinnya. Akhirnya mau tidak mau Raniya tersenyum terpaksa pada Dias yang menatapnya heran. sebenarnya Raniya sudah ingin kabur sekarang. "Ada apa? " tanya Dias terdengar lembut. Ucapannya itu sukses membuat Raniya menganga. Karena baru kali ini ketua Osis yang sebentar lagi lengser itu tiba-tiba bersikap tidak biasa. sebab, jangankan menyapa , jika sengaja bertemu saja cuek. "Mingkem ntar ada lalat masuk. " tukas Dias. Raniya langsung mengatupkan bibirnya. "Masih pagi. Apelnya ntar pulang sekolah. " celetuk Julian lagi. "Berisik." sungut Raniya berlalu pergi. "Eh, neng! Ga jadi ketemu Bebebnya!? " usil Julian. Berbeda dengan Dias yang memandang kepergian Raniya. "Eh, A.. kirain kalian enggak pacaran.. " Ucapan Julian terhenti karena Dias mendahului. "Jangan Ganggu dia! " titah Dias menatapnya dingin seolah tidak ingin di bantah. "Oke." tukas Julian memberi hormat. Sementara Raniya menghela napasnya yang sedikit terangah karena tadi berjalan cepat untuk sampai ke kelasnya. Ketika masuk kelas semua orang menatap kearahnya seraya berbisik-bisik. Tanpa mempedulikan, Raniya duduk di sebelah Ghea yang dari tadi menunggunya. "Sebenarnya ada apa Rani? Kok Celin ngamuk-ngamuk sama kamu? " tanya Ghea penasaran. "Biasa..merasa tersaingi. " sahut Raniya malas. "Apa karena a Dias? Kalian jadi trending di sekolah. " bisik Ghea. "Iya. Gara-gara si Julian. Mulut ember tuh. Perlu di lakban mulutnya. " sungut Raniya kesal. "Oh.. dia yang menyebarkan tentang kamu. " gumam Ghea manggut-manggut. "Rani, emang beneran pacaran sama kak Dias? " tanya perempuan yang berkaca yang menghampiri yang merupakan teman sekelasnya. Kembali Raniya menghela napas lelah. "Enggak." bantah Raniya. Perempuan berkaca mata itu pun hanya manggut-manggut kemudian kembali ke tempat duduknya yang memang di belakang Raniya. "Wah gue patah hati dong Ran!?" celetuk laki-laki bertubuh tinggi tegap yang duduk di bangku paling belakang. " Huh..! " sorakan anak-anak perempuan terdengar dari jajaran bangku Raniya. "Eh, Ghe.. sebenarnya sejak kapan ini gosip beredar? " bisik Raniya. Ghea mengangkat kedua bahunya tidak tahu. "Gawat kan, itu si Dias bisa-bisa ngelabrak gue, Ghea. " lirih Raniya menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Tenang aja. Ini, kan, cuma gosip. " ujar Ghea menenangkan seraya mengusap punggung Raniya. Raniya menoleh pada Ghea seraya mengangguk. Saat jam istirahat Raniya buru-buru mengajak Ghea ke kantin. Sebab tidak ingin di datangi oleh Celin yang belum puas bicara dengannya pagi tadi. "Aku ke toilet dulu. " seru Ghea. "Gue anter. " Tepat di depan toilet khusus perempuan langkahnya semakin pelan ketika menyadari ada Dias yang baru keluar dari toilet khusus laki-laki yang memang tidak terlalu jauh dengan toilet perempuan. Ghea tersenyum lucu melihat kearah Raniya, sebelum akhirnya memilih masuk lebih dulu. "Bisa bicara sebentar a!? " celetuk Raniya memberanikan diri padahal sebenarnya gengsi. Dias yang sebenarnya sudah melewatinya itu menoleh. "Siapa yang kamu maksud? " tanya Dias. "Ya Aa atuh." Raniya gemas. Sebelum bicara Raniya melihat sekeliling kemudian berjalan menghampiri Dias yang tampak menunggunya bicara. "Em.. Aa tahu tentang gosip kita yang pacaran? " tanya Raniya. "Iya." sahut Dias singkat. "Sumpah, aku enggak tahu kalau bakal jadi kayak gini. Itu pasti si Julian yang ngomong tentang kita.. " "Bukannya kamu yang ngaku kita pacaran? " sindir Dias. "Eh, iya. tapi kan, cuma di depan si Julian. " "Lagian kenapa pake ngaku-ngaku segala. Banyak orang yang dengar waktu itu!?" imbuh Dias masih dengan nada datar. Raniya yang hendak bicara lagi malah mengatupkan bibirnya. sekarang dia tahu berarti semuanya adalah kesalahannya sendiri. "Maaf." lirih Raniya. Dias menyerngitkan keningnya heran. " Untuk apa? " "Ya itu.. kita yang katanya pacaran. Tapi apa pacar Aa ada di sekolah ini? Gawat atuh!? " oceh Raniya panik dengan menggigit bibirnya. "Eh, tapi tenang aja, pasti nanti bakal hilang gosipnya kalau kita diam saja. Atau aku jelasin aja ke pacarnya.. " ucapannya terhenti. " Enggak usah. " sela Dias hendak pergi. "Oh.. pacarnya berarti bukan anak sekolah kita, ya. Oke. Berarti aman. Tenang ini hanya gosip, aku jamin akan hilang. " cerocos Raniya nyengir. Namun Dias hanya terdiam. "Makasih, ya. " lirih Raniya. Lagi-lagi Dias menatapnya heran yang tiba-tiba berterima kasih padanya. seolah mengerti akan pikirannya, Raniya kembali berucap. "Makasih karena enggak marah atas kesalahpahaman ini. Terus si Rese Julian enggak ganggu lagi.. eh, udah Ghea. Permisi ya, a. " ujar Raniya tersenyum padanya sebelum akhirnya pergi bersama Ghea yang telah selesai dari toilet. Dias menatap kepergian Raniya dengan temannya , tiba-tiba seulas senyum terbit di bibirnya.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD