Episode 2

1176 Words
Author Pov Keysa menemui Sanas di cafe depan kantor. Hujan sudah reda, Keysa memasuki cafe dan melihat Sanas sedang duduk sendirian sambil meminum kopinya. "Cepet banget, Key?" tanyanya menatap Key yang baru datang. "Iya" jawab Key dan langsung mendaratkan pantatnya dikursi di hadapan Sanas. "Gue langsung diterima Nas" ucap Keysa dengan antusias dan sedikit teriak tanpa memperhatikan orang-orang sekitarnya "Astaga? Serius loe?" ucap Sanas ikut senang "Ya gue serius, besok gue sudah mulai mulai pukul 8 pagi." ucap Keysa "Selamat yah Key" Sanas memegang tangan Keysa ikut merasa senang. *** Keysa berlari memasuki kantor dan menahan lift yang baru saja akan tertutup. Keysa segera masuk kr dalam lift, tanpa memperdulikan seseorang yang berada dibelakangnya yang tengah memperhatikannya. "Mudah-mudahan bos yang super dingin itu belum datang," gumamnya tak tenang dan terus melihat jam yang bertengker di pergelangan taangannya. Seseorang yang berada dibelakangnya hanya tersenyum saja. Ting Pintu lift terbuka dan Keysa langsung berlari ke mejanya. "Sepertinya dia belum datang, syukurlah" Keysa mengusap dadanya yang terasa sangat sakit  dan mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. "Menunggu seseorang nona" ucap seseorang dan suara bassnya mulaisya kenali dan segera berbalik badan. Terlihat jelas felix sang Ceo sedang berdiri dibelakangnya dengan tatapan yang sangat menakutkan, membuat Keysa kaget dan tubuhnya mendadak oleng, dia kehilangan ke seimbangannya dan terjatuh. Pantatnya langsung membentur lantai. "Kalau sudah merapihkan diri, masuklah keruangan saya" ucap Felix dengan datarnya dan langsung berjalan masuk ke dalam ruangannya tanpa membantu Keysa berdiri. "Dasar bos jahat, sudah bikin jantung gue copot dan jatuh bukannya bantuin berdiri malah nyelonong begitu saja" gumam Keysa dan segera berdiri "Astaga pantatku sakit sekali" ucap Keysa mengusap pantatnya dan merapihkan bajunya lalu berjalan menuju pintu ceo. Setelah menyuruhnya masuk, Keysa segera masuk dan duduk. "Ini" Felix memberikan beberapa dokumen ke Keysa "Pelajari itu, di dalamnya ada beberapa job disk kamu dan jadwalku. Kamu pelajari dan aku harap dokumen-dokumen yang belum diselesaikan oleh sekretaris sebelumnya harus sudah selesai nanti sore" ucap Felix membuat Keysa terpekik kaget.  Kesya hendak membuka suaranya. "Tak ada bantahan" ucapnya tajam Keysa menghela nafas pasrah dan hanya mengangguk saja lalu beranjak keluar. *** Keysa Pov Pekerjaanku masih banyak dan waktu sudah menunjukkan jam pulang. Ini hari pertamaku bekerja, tetapi langsung dikasih pekerjaan yang menumpuk seperti ini. Mana tadi belum sempat beli makan lagi, cuma minum kopi saja. Tiba-tiba hpku berbunyi dan menampakan wajah Reno dilayarnya. Aku segera mengangkatnya dengan semangat "Hallo sayang" "....." "Aku masih banyak pekerjaan, kamu sudah didepan yah" "......" "Sepertinya aku lembur deh, banyak banget kerjaan aku" "........" "Aku juga gak tau, kamu pulang saja duluan yah nanti aku pulang sendiri saja" "......" "Ya sayang, aku tidak apa-apa... Kamu juga hati-hati yah, love you too" aku menutup sambungan telpon. Kasian sekali, Reno sudah mau jemput aku tapi karena bos sialan itu aku jadinya harus lembur. Aku kembali mengerjakan pekerjaanku hingga larut malam. Sudah jam 9 tetapi masih belum selesai, aku kelaperan sekarang. Aku merasa tubuhku sudah sangat lelah, dadaku juga terasa sakit dan sesak. Aku menyandarkan kepalaku ke atas meja hingga deheman seseorang membuatku kembali mengangkat kepalaku. "Ck,, Lambat sekali, aku minta sore sampe jam segini masih belum selesai juga" ucapnya dengan datar membuatku kesal. "Saya baru pertama disini pak, saya belum tau detail pekerjaan saya. Saya harus mempelajarinya dulu dan mulai mengerjakannya sedikit demi sedikit karena takut ada yang salah. Apalagi saya tidak ada yang membimbing" keluhku, aku keluarkan semua kekesalanku padanya, seenaknya dia berbicara seperti itu. "Kenapa tidak bertanya padaku?" ucapnya lagi Aku melongo dengan ucapannya dan bingung harus menjawab apa. Bibirku kelu mendadak. Kenapa dia selalu memojokkanku dan membuat posisiku menjadi posisi yang bersalah??? "Saya kira, kamu sudah paham makanya tidak bertanya" ucapnya lagi lagi datar. "Ya saya sudah memahaminya sebagian" ucapku dengan jujur "Bereskan barang-barangmu" ucapnya dengan lantang "Apa?" ucapku meyakinkan pendengaranku "Kau tuli? Cepat bereskan barang-barangmu" ucapnya lagi lebih dingin. Apa dia memecatku? Astaga apa dia ingin memecatku sekarang? Kenapa dia menyuruhku membereskan semua barang-barangku? Apa yang harus aku lakukan sekarang. "Yak,,, jangan berpikir negative, aku tidak akan memecatmu. Cepat bereskan barang-barangmu,, apa kau akan menginap di kantor?" ucapnya membuatku menghembuskan nafasku lega. "Saya kira anda mau memecat saya" ucapku dengan cengiran khasku. Dia beranjak meninggalkanku tanpa menjawab ucapanku. Huh,,, kebiasaan sekali, dasar mister bossy menyebalkan. Aku segera menyambar tasku dan membereskan dokumen yang ada di atas mejaku. Aku segera berlari menyusul bosku yang sudah berada di dalam lift. Hap,, akhirnya aku berhasil masuk ke dalam lift yang hampir tertutup itu sambil mengatur nafasku yang ngos-ngosan. "Ini bukan lapangan bola, tapi kantor. Berlari dan menerobos lift sungguh tidak sopan. Benar-benar bukan wanita feminim" ucapnya membuatku kesal, dia berbicara seenak jidatnya saja. Aku hanya menjawabnya dengan memberikan senyuman kecilku saja. Saat keluar dari lift aku melihat mobil pa Hadi sudah terparkir di depan kantor. "Saya duluan yah pak, selamat malam" ucapku membungkukan setengah badanku untuk menghormat dan langsung berlari menghampiri p Hadi. Kebiasaanku memang senang sekali berlari, merasa kalau berjalan aku sangat lambat. ***  SEKARANG ini aku tengah menikmati makan siangku bersama tunanganku di sebuah cafe dekat kantor dimana aku bekerja. Aku akan ceritakan dulu sekilas tentang tunanganku ini. Reno adalah anak dari sahabat Papa, Reno bersama keluarganya berasal dari London. Tetapi entah apa yang terjadi, bisnis Papanya Reno gulung tikar dan orangtua Reno meninggal dunia karena serangan jantung dan kecelakaan. Papa memperkerjakan Reno di kantornya, dan dari situlah aku mulai dekat dengan Reno karena bagaimanapun, Reno adalah orang kepercayaan Papa. "Enak makanannya?" tanya Reno yang terlihat memperhatikanku makan. Aku memang suka makan. Malah bias habis sampai 2 porsi, tetapi untungnya badanku tidak pernah gemuk. Mungkin inilah keistimewaan yang harus aku syukuri. "Heem enak banget," aku berusaha menjawab walau terdengar kurang jelas karena masih mengunyah makanan di dalam mulutku. "Makanlah yang banyak," ucapnya padaku. Dia begitu perhatian dan lembut padaku. Senyumannyapun manis sekali, itu yang membuatku sangat menyukainya. Selain itu juga dia selalu memanjakan diriku, seperti halnya Papa dan Sanas yang selalu berpikir kalau aku ini masih kecil dan tak bisa melakukan apapun sendirian. "Akhirnya, kenyang sekali!" aku mengusap perutku. "Bagaimana tempat kerjamu?" tanya nya. Aku memang belum cerita apapun padanya padahal aku sudah bekerja selama satu minggu di perusahaan itu. "Lumayan menyenangkan, aku sudah mulai terbiasa. Oh iya gimana di kantor?" "Syukurlah, di kantor baik-baik saja. Oh iya yang aku dengar katanya atasan kamu masih muda dan belum menikah?" tanyanya dengan tatapan yang penuh selidik. "Ahh itu... Iya dia memang masih muda," malas sekali harus membahas si pria perfectionist itu apalagi dia sangat galak. "Dia tampan?" tanya Reno, ihh Reno apaan coba nanyain dia mulu. Apa reno cemburu yah? "Iya dia tampan tapi sangat menyebalkan dan galak," ucapku terus terang. "Masa sih? Tapi memang dia pria super dingin dan keras kepala di kalangan pengusaha," jelas Reno, dan aku hanya mengangkat kedua bahuku acuh. ♥ Aku kembali ke kantor dan berlari dari pintu lift hingga mejaku yang cukup jauh dari pintu lift. Saat aku sampai, ternyata sudah ada Bos galakku tengah bersandar di meja dengan tatapan tajamnya. Astaga,, apa aku berbuat salah? Kenapa tatapannya begitu mengintimidasiku? "Darimana saja kamu, sampai telat 30 menit," ucapnya begitu dingin. "Saya tadi lagi istirahat Pak, terus saya berbincang dulu dengan reseptionist soalnya ada yang mau membuat janji dengan anda," ucapku sejujur-jujurnya. "Alasan saja," ucapnya tetap dingin. "Ini Pak, tuh lihat!" Aku memperlihatkan kertas dari receptionist genit itu di depan wajah pak Felix yang terhormat. "Lain kali jangan terlambat lagi. Aku tidak suka dengan karyawan yang tidak disiplin," ucapnya penuh penekanan membuatku bergidik ngeri menatap tatapan elangnya yang tajam. "Selesaikan dokumen ini. Dan siapkan juga untuk bahan meetingku besok." tambahnya seenak jidat dan pergi meninggalkanku. "Huh dasar tukang perintah!" ♥   
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD