BAB 8 - Nayla Jenava

638 Words
“Oh ya, Nayla. Aku sempat lupa, tapi tadi kamu jatuhin ini.” Nayla Jenava menoleh mendengar panggilan dari belakang kepalanya. Vina, teman sekantor Nayla, merogoh tasnya sebentar lalu menjulurkan sesuatu ke depan wajah Nayla. Nayla langsung mengenali itu sebagai tanda pengenal karyawan yang disodorkan oleh Vina. "Oh! Terimakasih. Hampir saja aku tidak bisa absen saat pulang.” Nayla menerima tanda pengenal yang dijulurkan Vina, lalu langsung memakainya dengan menggantungkan di leher sambil tersenyum singkat. Nayla saat ini dalam perjalan turun lift dari kantor desain yang terletak di lantai 19 tempatnya bekerja, ke lantai dasar. Nayla bekerja menjadi asisten desainer di salah satu butik milik desainer paling terkenal di Indonesia saat ini. Anya Sastranegara. Meskipun pekerjaannya sebagai asisten melelahkan dan banyak menyita waktunya, namun ia cukup menikmati pekerjaannya dan banyak belajar dari bosnya. Saat ini sudah jam pulang kerja, sehingga ia dan teman-temannya berbondong-bondong turun dan hendak absen dengan menempelkan tanda pengenal itu di pintu masuk lobby. Jika tanda pengenal ini hilang, hampir saja lelahnya seharian ini sia-sia, karena bosnya yang galak itu cukup teliti terhadap jam kehadiran dan kepulangan karyawannya. “Kamu ikut makan malam bersama malam ini kan?” Maria menepuk dahinya karena hampir saja melupakan acara itu. Perusahaan tempatnya bekerja memang mementingkan kebersamaan dan kekompakan karyawan lebih dari apapun. Sehingga satu hari dalam sebulan biasanya mereka mengadakan makan malam bersama seperti ini. Kadang di restoran chinese, kadang restoran prancis, kadang sekedar menikmati kopi di coffe shop. Yang Nayla kurang sukai dari kegiatan ini, adalah sifatnya yang seolah-olah wajib. Padahal Nayla yang sudah seharian bekerja dan meninggalkan Fiona dengan bibi pengasuh, harus cepat pulang ke rumah untuk bergantian menjaga Fiona. Bibi pengasuh Fiona, Bibi Tina memang hanya bisa menjaga Fiona sampai jam 6 malam saja, jam pulang Nayla dari kantor. Kecuali lembur karena deadline super ketat, Nayla hampir tidak pernah terlambat pulang ke rumah. Kecuali ketika hari ini datang. Dirinya yang sudah dua kali kemarin absen tak ikut pertemuan ini, sudah sempat ditegur oleh bosnya beberapa kali. Nayla mengetuk-ketuk sol hak tingginya ke lantai lift. “Sepertinya malam ini aku sudah tidak bisa beralasan untuk tidak ikut lagi, ya?” “Betul sekali!” Vina menggeleng tegas menatap Nayla yang sedang meringis. Detik berikutnya Nayla langsung menelpon Bibi Tina dan menyampaikan kemungkinan ia pulang telat. Namun anehnya Bibi Tina yang biasanya alot untuk berkompromi, hari ini mengalah dengan mudahnya. “Gimana? Ikut, kan? Bareng saja pakai mobilku…” Vina segera bersuara setelah sambungan telepon terputus. “Boleh.” Nayla segera menerima ajakan Vina, tapi mengnyernyitkan dahi saat merasa ada yang aneh dengan Bibi Tina. “Tapi tumben sekali Bi Tina tidak ribut menyuruhku cepat pulang… Katanya Fiona sedang tidur nyenyak dan aku dibolehkan datang tiga jam an lagi.” “Hah, yang benar?! Asyik. Hari ini jadwalnya kita makan steak, loh. Sebenarnya aku cukup menyukai acara ini, karena pada dasarnya kita makan, tapi dibayari oleh perusahaan." Vina tertawa puas. "Aku mau pilih steak paling mahal, ah!” “Dasar, kamu…” Nayla tertawa singkat, bersamaan dengan denting lift yang berbunyi. Mereka berdua segera turun dari lift, absen sebentar, dan berjalan menuju parkiran. ……............................... “Nayla Jenava. Kamu nggak makan?” Nayla mengerjap lalu menoleh ke asal suara. Vina di tempat duduknya, yang berada di seberang meja menatap Nayla heran. Menu steak yang paling ia sukai, malah dari tadi ditusuk-tusuk setengah hati tanpa ditelan oleh Nayla. Nayla Cuma tersenyum tipis, “Aku nggak begitu lapar.” jawab Nayla kaku, di tengah obrolan riuh teman-temannya. Detik berikutnya Nayla kembali berpura-pura serius memotong potongan demi potongan daging di piringnya sambil tenggelam dalam lamunannya lagi. Nayla Jenava. Nama yang masih asing di telinganya bahkan setelah ia pakai selama enam tahun ini. Nama yang mengandung begitu banyak rahasia masa lalu. Sebuah nama yang menjadi perisai kebohongan, yang membuat dirinya, yang hancur dan compang-camping, bisa bertahan sampai detik ini. ........................
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD