Terjebak Nostalgia

Pagi di sekolah itu, Aku ditugaskan untuk menjadi mahasiswa pendamping guru oleh kampus untuk mengawasi Ujian Nasional di setiap SMA di Jakarta. Tidak hanya sendiri, teman-temanku yang lain juga menjadi pendamping pengawas, setiap jurusan diminta 5 orang untuk membantu. Saat Aku memasuki ruang absen, di sana sudah berkumpul mahasiswa dari fakultas lainnya yang juga bertugas. Aku dan temanku Dinda mengambil tempat duduk di barisan kedua sebelah kanan, baru saja duduk tiba-tiba seorang yang duduk di depan Kami membalikan badan. “Tugas di sekolah mana?” Aku segera mendongak melihat sumber suara, Oh Tuhan, makhluk darimana ini, sorot matanya tajam, beralis tebal tapi proporsional, bibir tipis, kulit putih, dengan potongan rambut yang cukup style. Mungkin jika di kartun akan terlihat mataku yang berbinar-binar.Untunglah aku segera tersadar sebelum tertangkap sedang terpesona, haha. “Gue di SMA Angkasa, lo sendiri di sekolah mana?” “Gue di SMA Wijaya, kenalin nama Gue Attar”. Jadi namanya Attar, Aku tersenyum menanggapi jabat tangan Attar “Gue Ayesha, ini temen Gue Dinda, Lo dari fakultas mana?” tanyaku basa basi, sementara dinda masih sibuk dengan formulir yang harus dia isi. “Gue dari Fakultas Olahraga, lo sendiri dari fakultas apa?” “Wow, dari Fakultas Olahraga ya, ga akur donk kita, haha. Gue dari fakultas Teknik, Teknik Sipil” “haha, itu kan cuma katanya, buktinya Gue ga begitu kan” “Iya juga sih” ucapku sambil senyum dipaksakan. Memang entah kenapa sejak dahulu antara Fakultas Teknik dan Fakultas Olahraga tidak pernah akur, entahlah apa yang menyebabkan, aku tidak pernah berusaha cari tahu. Mungkin karena banyak lelaki di fakultas tersebut, sehingga masing-masing merasa terhebat. Hihi, itu hanya spekulasiku saja. Pembawaannya yang ramah dan dengan ditunjang wajahnya yang rupawan aku rasa membuat siapapun yang berada didekatnya terpesona. Termasuk Aku salah satunya, haha. Seperti ada tenaga ekstra ketika Aku berangkat bertugas. haha, ingat Ayesha kamu sudah punya Adrian. Yahh gapapa lah buat liatan aja. Sekolah tempat kami bertugas memang berbeda, tapi sebelum Kita berangkat ke sekolah masing-masing para pendamping pengawas memang diharuskan untuk mengisi absen di sekolah yang ditunjuk menjadi sekolah untuk koordinasi. “Hei Hessel, udah sampai kamu” seseorang menghampiri Attar, nampaknya seorang dosen dari kampus kami, Cuma karena beda fakultas jadi Aku tidak mengenalnya. “Hessel siapa Bu?” “Hessel Steven, Kamu kan mirip dengan dia” “Ibu bisa aja, haha” Hmm, pantas saja saat Aku melihat dia seperti melihat seseorang, dilihat-lihat memang agak mirip sih dengan artis itu, Cuma bedanya alis dia lebih rapi dan tebal dibandingkan dengan hessel steven. Aku melanjutkan isian formulirku yang tertunda karena mengobrol dengan dia. Tiba-tiba dia nyeletuk “minta nomor handphonenya ya” ucapnya tanpa basa – basi. Rupanya Dosen tadi sudah pergi ke tempat duduknya. Aku mendongak kembali dan memberikan secarik kertas yang sudah tertulis nomor handphoneku di dalamnya. "Thanks, nanti Aku Wasap Ya" ucapnya sambil tersenyum sehingga kedua matanya hanya tampak segaris, tapi manis. Aku hanya membalas dengan senyuman yang berarti mengizinkan dia untuk menghubungi balik.